Pangeran Yang Dikutuk

Percakapan Dengan Maxim (1)



Percakapan Dengan Maxim (1)

0"Nona, ini makan malammu. Tuan Vitas memintaku membawakan lemon untuk membantu pencernaanmu," kata pelayan yang datang dengan membawakan makanannya di malam hari.     

"Terima kasih. Tolong taruh di meja."     

Begitu pelayan meninggalkan kamarnya, Emmelyn mulai bekerja. Ia mengambil kertas kosong dan sebuah pena. Ia mengambil lemon dan memerasnya ke dalam mangkuk kecil. Dengan bantuan cahaya lilin, ia duduk dan mulai menulis suratnya.     

Ia mempelajari teknik ini dari Maxim tahun lalu. Untuk menulis surat rahasia ia menggunakan tinta tak terlihat yang terbuat dari perasan lemon. Untuk membaca kata-kata yang tertulis di atasnya, seseorang harus menghangatkan kertas di atas api. Tinta lemon itu kemudian akan terlihat di kertas kosong tersebut setelah api menghangatkannya.     

Orang yang tidak tahu teknik ini akan mengira kertas itu kosong dan tidak ada apa pun yang tertulis di atasnya. Teknik ini sempurna untuk mengirim pesan rahasia.     

Ketika Emmelyn belajar bagaimana melakukannya untuk pertama kalinya, ia sangat terkesan. Maxim memiliki begitu banyak trik yang ia kuasai dengan baik. Setiap kali Emmelyn merasa ia sudah mempelajari semua hal yang ia perlukan dan tidak ada yang bisa membuatnya terkesan lagi, ia berubah pikiran.     

Ia ingat ia pernah bertanya kepadanya suatu hari tentang latar belakangnya dan apa yang membuatnya memiliki begitu banyak trik bermanfaat. Pria itu hanya mengangkat bahu dan berkata, "Karena aku memang pintar?"     

Emmelyn membulatkan matanya begitu keras dan kemudian memukul pria itu tepat di bahunya. "Ck!"     

"Apa kau tidak percaya kalau aku pintar?" Ia bertanya kembali.     

Mereka sedang duduk di dekat api unggun kecil dengan memegang tongkat di tangan masing-masing saat keduanya memanggang daging kelinci, makanan kesukaan Emmelyn. Maxim menangkap dua ekor kelinci dengan jebakan yang dibuatnya tadi. Saat itulah ia mengajari gadis itu caranya menjebak binatang.     

Emmelyn yang baru saja kehilangan gurunya dan terjebak dengan Maxim khawatir tentang apa yang harus dimakan karena mereka terdampar di hutan dan tidak ada desa di sekitar tempat mereka untuk membeli makanan.     

Maxim tertawa kecil saat mendengar perut Emmelyn yang keroncongan. Ia berhasil membuat tiga jebakan dalam waktu singkat dan satu jam kemudian mereka sudah bisa menikmati daging panggang. Rasanya cukup enak karena rupanya Maxim selalu membawa garam dan bumbu.     

"Aku akui kau memang pintar," Emmelyn kemudian mengalah. "Namun, aku tetap saja penasaran bagaimana kau mempelajari semua trik itu."     

"Aku banyak membaca," jawab Maxim acuh tak acuh. "Aku juga bertemu banyak orang pintar selama perjalananku dan aku selalu memastikan untuk belajar banyak dari mereka."     

"Ngomong-ngomong, berapa lama kau berkelana?" Emmelyn bertanya lagi. "Bagaimana dengan keluargamu? Apakah kau masih memiliki orang tua? Di mana mereka tinggal? Apa kau tidak merindukan mereka?"     

"Wah... wah... tunggu sebentar. Apa kau sedang mengintrogasiku? Apa ini semacam wawancara… atau pemeriksaan latar belakang?" Maxim menjawab dengan bercanda. "Mengapa kau melemparkan begitu banyak pertanyaan?"     

"Terserah kau sajalah," kata Emmelyn acuh. Ia mengambil dagingnya dari api dan menggigitnya. Daging panggangnya sangat enak. "Aku hanya ingin tahu siapa dirimu sebenarnya dan dari mana kau berasal."     

Ketika mereka pertama kali bertemu, Emmelyn mengira Maxim juga seorang musafir seperti dirinya yang berasal dari Terra, karena Maxim juga bisa berbicara bahasanya.     

Namun, begitu mereka berdua bertemu orang asing di Atlantea, Maxim juga bisa berbicara dengan mereka menggunakan bahasa lokal dengan sempurna. Kemudian Emmelyn mulai menyadari bahwa Maxim sebenarnya berasal dari Atlantea, tetapi ia kebetulan menguasai banyak bahasa.     

"Aku berasal dari sebuah negara di bagian tengah benua Atlantea," jawab Maxim akhirnya. "Tempat asalku sebenarnya cukup membosankan. Tidak ada apa-apa di sana. Itu sebabnya aku pergi."     

"Apa nama kerajaan tempat kau berasal?" Emmelyn bertanya lagi. Ia ingin tahu lebih banyak tentang Maxim, rekan perjalanannya yang sangat menarik. "Bagaimana dengan orang tuamu?"     

"Oh... orang tuaku juga cukup membosankan. Aku memiliki lima kakak perempuan. Ayahku sangat menginginkan seorang putra, jadi setelah mendapatkan lima anak perempuan, ia memutuskan untuk mencari istri baru untuk mendapatkan seorang putra karena istri pertamanya tampaknya gagal menjalankan tugasnya untuk melahirkan putra untuk ayahku."     

"Oh..." Emmelyn berhenti memakan dagingnya saat mendengar penjelasan Maxim.     

Ia bisa menebak ayah Maxim menikah lagi dan segera mendapatkan seorang putra dari istri keduanya. Apakah putra itu Maxim?     

Ia teringat ibunya sendiri yang melahirkan tujuh kali. Pasti sangat melelahkan, pikirnya. Tapi setidaknya ibunya bisa menghasilkan tiga anak laki-laki dari tujuh kelahiran tersebut.     

"Jadi, ayahmu menikahi ibumu untuk mendapatkan anak laki-laki?" Emmelyn bisa menebak jawabannya, tapi ia tetap bertanya.     

Maxim mengangguk. "Ya. Keputusan ini sangat ditentang oleh kakak perempuanku dan keluarga ibu mereka. Mereka membenciku dan ibuku. Mereka menyalahkan kami atas keputusan ayah kami untuk menceraikan ibu mereka dan mengirimnya ke pedesaan."     

"Uff... Aku ikut sedih mendengarnya," Emmelyn menghela napas. Ia juga membenci kenyataan bahwa banyak orang tua atau, setidaknya, ayah lebih menyukai anak laki-laki daripada anak perempuan. "Tapi, ibumu bisa saja menolak lamaran ayahmu. Tidakkah ia merasa enggan karena harus menikahi suami wanita lain?"     

"Ibuku tidak punya pilihan lain saat itu," kata Maxim. "Pernikahan ayah dan ibuku sudah diatur."     

Emmelyn menoleh ke arah Maxim dan lebih memperhatikan pria itu. Ia pikir Maxim terlalu pintar untuk seorang petualang biasa. Ia mungkin berasal dari keluarga kaya dan mendapatkan pendidikan yang baik.     

Sekarang, ia merasa tebakannya memang benar. Biasanya, hanya orang-orang dari keluarga kaya yang melakukan perjodohan, terutama untuk mendapatkan anak laki-laki. Keluarga kaya biasanya ingin memiliki ahli waris laki-laki untuk mewarisi kekayaan dan nama keluarga mereka.     

"Apakah ibumu bahagia?" Emmelyn bertanya lagi.     

Beberapa kakak perempuannya juga menjalani perjodohan yang sama dengan suami mereka dan mereka benar-benar bahagia. Suami mereka semuanya adalah duke dengan jabatan penting yang berasal dari keluarga baik-baik.     

"Ya. Mungkin saja. Ayahku memperlakukan ibuku dengan sangat baik. Ia tidak pernah kekurangan apa pun. Begitu ibuku melahirkan seorang putra, semua orang memperlakukannya seolah-olah ia baru saja menyelamatkan sebuah kerajaan," jawab Maxim. Kali ini ia tertawa. "Ibuku sangat menyukainya."     

"Kalau begitu, apakah kau punya saudara lain?" Emmelyn bertanya kepada Maxim lagi. Ia sangat suka saat menyadari pria itu mulai terbuka kepadanya.     

Mereka sudah bepergian bersama selama beberapa minggu sekarang, tetapi ia hampir tidak tahu apa-apa tentang Maxim. Ia hanya tahu ia adalah pria yang sangat pintar dengan begitu banyak trik yang bermanfaat dan ia juga pria yang bersemangat.     

Melihat bagaimana Maxim bisa menjalani kehidupan yang begitu bahagia membuat Emmelyn merasa cemburu. Ia berharap ia bisa terus berkelana dan melakukan perjalanan lagi untuk melihat dunia dan mengunjungi tempat baru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.