Pangeran Yang Dikutuk

Dikurung Di Menara Abu



Dikurung Di Menara Abu

0Emmelyn dapat menduga semua orang menganggap ia adalah tersangka pelaku pembunuhan Ratu Elara dari reaksi raja dan perlakuannya terhadapnya ketika ia melihatnya pagi ini di halaman istana.     

Tapi ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana ratu terbunuh?     

Kapan? Apa saja bukti yang mereka miliki hingga mengarahkan tuduhan ke arahnya?     

"Yang Mulia ..."     

Dokter yang sangat tua dan lelah itu mulai berbicara dari samping tempat tidurnya. Emmelyn menoleh kepadanya dan melihat Tuan Vitas duduk di kursi dekat jendela.     

Ketika ia melihat wajah yang dikenalnya yang tidak terlihat seperti memusuhinya setengah mati, air matanya kembali keluar. Ia benar-benar merasa sangat sendiri dan kesepian di kerajaan terkutuk ini.     

"Oh, Tuan Vitas... apa yang sudah terjadi? Di mana aku?" Ia mencoba untuk duduk dan langsung menjerit ketika ia menyadari salah satu kakinya dirantai ke tempat tidurnya. "Aaaahh! Apa ini?! Kenapa aku dirantai?"     

"Aku minta maaf karena kau harus dirantai, Yang Mulia ..." Tuan Vitas berbicara dengan lembut. "Kau ditahan atas pembunuhan ratu."     

"Tapi aku tidak melakukannya! Ellena lah yang melakukannya! Ini semua perbuatan Ellena!!" sembur Emmelyn.     

Wajahnya terasa sangat panas dan air mata menggenang di matanya. Bahkan matanya terasa sakit karena terlalu banyak menangis. "Ia merencanakan semua ini untuk menjebakku... tidak bisakah raja melihat betapa jahatnya gadis itu???!"     

Tuan Vitas menatap mata Emmelyn, seolah mencoba membaca pikirannya. Apakah Emmelyn mengatakan yang sebenarnya?     

Tuan Vitas tidak tahu apakah Emmelyn benar-benar membunuh ratu atau tidak. Ia tidak begitu mengenal gadis itu.     

Satu-satunya alasan ia membelanya adalah karena anak di dalam rahimnya.     

Tuan Vitas tahu betapa ratu dan putra mahkota sangat mencintai bayi yang dikandungnya. Itu sebabnya ia akan melakukan apa saja untuk memastikan tidak ada yang terjadi kepada Emmelyn.     

Sedangkan ia sendiri tidak tahu apakah Lady Emmelyn benar-benar bersalah atau tidak… dan ia tidak peduli tentang itu.     

"Sayang sekali, Nona... semua bukti menunjukkan bahwa kaulah pembunuh ratu..." balas Tuan Vitas akhirnya.     

"Katakan kepadaku apa yang terjadi sehingga raja mencurigaiku sebagai pelakunya?" Emmelyn bertanya kepada tabib tua itu di antara isak tangisnya. "Bukti apa yang ia miliki??"     

"Ratu pergi menemuimu di istana putra mahkota karena kepala pelayanmu mengatakan kau sakit parah. Ratu Elara sangat khawatir, jadi ia datang untuk membawakan obat untuk Anda, Yang Mulia. Ia pergi menemui Anda di kamar dan tidak keluar sampai pengawalnya merasa khawatir." Saat ia berbicara, Tuan Vitas terus menatap Emmelyn, mencoba melihat reaksinya.     

Ia melanjutkan penjelasannya, "Sang komandan menemukan ratu tergeletak tidak bernyawa dalam genangan darahnya sendiri, dengan begitu banyak luka tusukan dan pisaumu tertancap di dadanya. Mereka mencarimu kemana-mana tapi kau sudah kabur dengan emas yang kau curi dari peti harta karun pangeran."     

Emmelyn menekan bibirnya karena terkejut. Ia bisa membayangkan pemandangan itu dengan jelas. Bagaimana sang ratu terbaring tak bergerak di lantai dengan darah mengalir melalui luka-lukanya... dan Ellena, wanita jalang itu, berdiri mengawasi sang ratu hingga ajal menjemputnya.     

"Aku tidak melakukannya..." gumamnya. "Pelayanku membawaku ke sebuah kedai di kota Raja dan aku bertemu dengan beberapa penjahat yang menculikku."     

Tiba-tiba, Emmelyn merasakan kemarahan yang tak terlukiskan saat menyadari Roshan pasti terlibat dalam rencana keji ini.     

Ia tahu Emmelyn pergi ke kedai di kota Raja!     

Emmelyn tidak sedang sakit dan tidak sedang berada di kastil untuk menemui ratu.     

Astaga... Emmelyn dikhianati oleh kepala pelayan yang ia percaya.     

Kesadaran ini membuat Emmelyn merasa sakit hati dan marah. Ia benar-benar tidak memiliki siapa pun yang bisa ia percayai di kerajaan ini. Hanya musuh dan lebih banyak musuh.     

Emmelyn merasa mual saat mendengar dari Tuan Vitas tentang apa yang sudah terjadi. Kemarahan dan kesedihan yang mendalam bercampur di dalam hatinya.     

Sepanjang hidupnya, ia tidak pernah merasakan emosi sekuat yang ia rasakan hari ini. Ia terisak tak terkendali dan menangkupkan kedua tangannya pada wajahnya.     

Emmelyn mengira dirinya mengalami hari terburuk dalam hidupnya ketika ia mendengar tentang kematian keluarganya. Namun, ia salah. Ia masih merasa lebih hancur ketika Killian meninggal.     

Secercah kebahagiaan yang ia miliki setelah ia mengetahui bahwa saudara laki-lakinya masih hidup segera menghilang karena Emmelyn mengira Tuhan sedang bermain-main dengannya. Killian meninggal pada hari yang sama Emmelyn menemukannya setelah ia menghilang lama.     

Dan sekarang... wanita yang Emmelyn cintai sebagai seorang ibu, dibunuh secara keji oleh Ellena. Tepat saat ini, Emmelyn merasa sangat kesepian dan hancur. Apa yang akan terjadi kepadanya sekarang?     

Raja menuduhnya telah membunuh istrinya... dan dari yang Emmelyn saksikan di halaman istana, raja tidak akan pernah mau mendengarkan Emmelyn, tidak peduli apa yang ia katakan.     

Sialan kau, Ellena... Emmelyn mengutuk berulang kali.     

Awas kau... kalau aku bisa bertemu denganmu.. aku akan membuatmu membayar semua kejahatan ini.     

Pikiran Emmelyn dipenuhi dengan kebencian yang mendalam. Kalau saja ia tidak sedang hamil, ia akan melawan siapa pun dan mencoba melarikan diri dari tempat ini untuk mengejar Ellena dan membunuhnya.     

Emmelyn baru pernah membunuh sekali saja dalam hidupnya, dan itu ia lakukan untuk membela diri.     

Penjahat yang menyerangnya kemarin adalah pria pertama yang pernah ia bunuh. Pengalaman itu memang sangat mengerikan dan mengguncang jiwanya dengan cara yang mengerikan.     

Ia tidak pernah bisa melupakan pemandangan mengerikan ketika pedangnya menebas kepala penjahat itu dan berguling-guling di tanah. Bayangan itu telah menghantui tidurnya di malam hari dan ia tahu itu akan mempengaruhi Emmelyn dalam waktu yang lama.     

Meski begitu, ia tidak akan pernah ragu untuk membunuh Ellena jika Emmelyn bisa menangkap gadis itu. Ia sangat membenci ular licik itu.     

Elena bukan manusia. Ia lebih buruk dari iblis. Ratu Elara bukan hanya tidak bersalah, tapi ia juga orang yang paling baik dan perhatian yang pernah Emmelyn temui.     

Siapa pun yang tega membunuh seseorang dengan hati yang begitu tulus seperti ratu tidak pantas mendapatkan belas kasihan atau pengampunan. Mereka pantas dilempar ke bagian terdalam neraka.     

"Yang Mulia, tolong minum tonik ini agar kau merasa lebih baik," kata Tuan Vitas setelah Emmelyn berhenti menangis. "Setelah itu, aku harap kau makan sesuatu. Lalu kau bisa istirahat."     

Emmelyn berhenti menangis bukan karena ia sudah tidak sedih, tetapi karena air matanya sudah mengering. Tenggorokannya terasa sakit dan ia tidak bisa meneteskan air mata lagi.     

Ia sudah banyak menangis dalam beberapa bulan terakhir sehingga air matanya sekarang menolak untuk keluar. Sejak Emmelyn datang ke kerajaan sialan ini, ia terus mengalami penderitaan demi penderitaan.     

Rasanya seolah tiada henti. Mengapa ia bernasib semalang ini?     

Apa kesalahan yang telah ia lakukan di masa lalu hingga dihukum seberat ini?     

Emmelyn memang mengalami hari-hari bahagia bersama suaminya, tapi ia hanya memiliki sedikit hari-hari yang membahagiakan jika dibandingkan dengan masa-masa buruk yang harus ia hadapi.     

Semua momen kebahagiaannya begitu sedikit hingga dapat dihitung dengan jari tangan saja.     

Mengapa hidupnya begitu tidak beruntung? Ini bukan kehidupan yang ia inginkan untuk dirinya sendiri. Ia telah kehilangan harta dan rumahnya serta menjadi yatim piatu, kini ia menjadi tahanan di kerajaan musuh dan ia bahkan dituduh melakukan kejahatan yang tidak ia lakukan.     

Apakah keadaan akan semakin memburuk?     

Emmelyn ingin menolak saran Tuan Vitas dan melakukan mogok makan, tetapi karena Harlow, ia tidak punya pilihan selain menerima tonik itu dari tangan Tuan Vitas dan menenggaknya sekaligus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.