Pangeran Yang Dikutuk

Tangkap Dia!



Tangkap Dia!

0Namun demikian, sang penyihir desa hanya menyimpan sendiri semua pertanyaan itu di dalam hatinya. Nyonya Adler tidak akan berani lancang dan mengajukan terlalu banyak pertanyaan kepada seorang putri.     

Jadi, ia hanya tutup mulut dan membiarkan Emmelyn beristirahat, sementara ia merawat penjahat itu.     

Untungnya, ia terlatih dalam bidang herbomancy dan pengobatan, jadi ia bisa berguna untuk Emmelyn. Ia bekerja selama beberapa jam untuk menyiapkan obat-obatan, dan kemudian merawat luka pria itu.     

***     

Emmelyn tidur dengan gelisah sepanjang malam. Ia mengalami mimpi buruk saat ia sedang tidur. Dalam mimpinya, ia dikejar oleh sekelompok prajurit dan istana di belakangnya terbakar habis. Pemandangan dalam mimpi itu sangatlah menakutkan.     

"Aaaah!!" Ia langsung duduk di tempat tidur dengan keringat dingin. Tangannya basah dan wajahnya memucat.     

Emmelyn merasa sangat putus asa dengan apa yang dilihatnya dalam mimpinya. Ia pasti bermimpi buruk karena ia terlalu banyak berpikir tentang nasib buruk dan ramalannya akhir-akhir ini.     

Ugh!     

"Selamat pagi, Yang Mulia." Nyonya Adler menyapa Emmelyn dengan lembut di sampingnya. "Kau baik-baik saja sekarang. Kau bisa bangun."     

"Ah... maafkan aku. Suaraku pasti mengagetkanmu," kata Emmelyn meminta maaf. "Aku mengalami mimpi buruk."     

Nyonya Adler tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya tersenyum. Wanita tua itu tahu Emmelyn mengalami mimpi buruk karena ia bisa mendengar sang putri berteriak berkali-kali tadi malam.     

"Apa aku mengganggu tidurmu semalam?" Tanya Emmelyn. "Aku minta maaf."     

"Tidak, tidak sama sekali, Yang Mulia," kata penyihir itu buru-buru. Ia sengaja berbohong agar Emmelyn tidak merasa semakin sungkan. Ia menambahkan, "Tadi malam aku tidur sangat nyenyak. Aku juga merasa hari ini cuacanya akan sangat bagus."     

"Oh... menurutmu begitu?" Entah bagaimana, hati kecil Emmelyn berkata bahwa penyihir itu tidak jujur ​​kepadanya. Apakah Nyonya Adler menyembunyikan sesuatu?     

"Ya, Yang Mulia," kata wanita tua itu.     

Emmelyn bangkit dari tempat tidurnya dan mengamati luka-luka penjahat itu. Wajahnya bengkak dan ada memar mengerikan di sekujur tubuhnya.     

Sang putri menoleh ke arah Nyonya Adler dan bertanya tentang kondisi penjahat yang ia bawa tadi malam. "Apakah lukanya benar-benar parah?"     

Penyihir tua itu menggelengkan kepalanya.     

"Luka-lukanya memang sangat parah, tapi ia tidak akan mati," jawab penyihir tua itu dengan tenang. "Yang Mulia bisa mempercayaiku. Aku akan merawatnya dengan baik. Penjahat itu akan pulih dan dapat memberikan kesaksian untuk Yang Mulia."     

Emmelyn menghela napas lega. Ini adalah kabar baik yang perlu ia dengar hari ini.     

Baiklah, jadi penjahat itu pasti akan selamat.     

Itu sebabnya Emmelyn memutuskan untuk tidak mengkhawatirkannya dan hanya fokus kepada dirinya sendiri. Saat ini, ia harus sehat dan aktif untuk Harlow.     

"Apa kau... apa kau punya makanan?" Emmelyn tiba-tiba merasa sangat lapar. Ia dengan sungkan meminta makanan kepada Nyonya Adler. "Aku... lapar. Aku ingin makan sesuatu.     

"Oh..."     

Sekarang, giliran penyihir tua yang merasa malu. Ia tidak punya banyak makanan yang tersisa, tapi ia tidak mungkin membiarkan putri ini kelaparan saat berada di rumahnya.     

Nyonya Adler masih ingat beberapa hari yang lalu ia diundang ke istana putra mahkota untuk makan siang. Ketika ia datang, Emmelyn menyediakan begitu banyak hidangan enak untuk makan siang, yang dibuat oleh koki terbaik kerajaan.     

Akan sangat memalukan jika ia bahkan tidak bisa memberikan sepotong roti dan daging kepada Emmelyn. Jadi, ia mengambil roti terakhirnya dari dapur dan memberikannya kepada Emmelyn.     

"Ambil ini, Yang Mulia," katanya kepada Emmelyn. "Kau bisa memakan semuanya."     

Emmelyn menerima roti itu dengan enggan.     

"Bagaimana denganmu?" Ia bertanya kepada penyihir tua itu.     

"Ah, jangan khawatirkan aku, Yang Mulia," Nyonya Adler pura-pura tertawa dan berkata. "Aku bangun pagi-pagi sekali hari ini dan sudah memakan rotiku untuk sarapan."     

Karena Emmelyn sangat lapar, ia tidak bisa bersikap terlalu formal di hadapan Nyonya Adler. Jadi, ia menggigit roti yang keras itu dan mulai mengunyah. Sambil makan, Emmelyn memutuskan untuk pulang ke kastil.     

Ia akan melaporkan kejadian yang terjadi kepadanya ke kepala penjaga kastil. Ia akan memintanya untuk mengirim anak buahnya untuk menjemput penjahat ini dari Desa Bydell.     

Begitu ia tahu penjahat itu sudah diurus, Emmelyn akan pergi ke istana kerajaan untuk melaporkan ini langsung kepada raja... atau mungkin ratu, karena Ratu Elara lebih mendukung Emmelyn.     

Ditambah lagi, Emmelyn tahu betul bahwa satu-satunya orang yang bisa menangani raja adalah istrinya. Jadi, jika Emmelyn bisa membuat ratu percaya atas apa yang Ellena sudah lakukan kepadanya, Ratu Elara akan mengambil tindakan, atau setidaknya berbicara dengan suaminya.     

"Aku sudah menghabiskan rotinya. Terima kasih banyak," kata Emmelyn setelah menyeka bibirnya. Ia bangkit dan memperbaiki penampilannya. Meskipun ia masih mengenakan pakaian pria, orang bisa melihat dengan jelas bahwa ia sebenarnya seorang wanita.     

Ketika ia meninggalkan kastil kemarin, hanya Roshan yang tahu bahwa ia menyamar sebagai seorang pria. Jika ia tidak muncul sebagai dirinya hari ini, mereka mungkin mengira ia adalah seorang penyusup.     

"Aku ingin kembali ke kastil. Bisakah kau menjaga orang ini? Aku akan mengirim seseorang untuk menjemputnya sesegera mungkin."     

"Aku bisa melakukannya, Yang Mulia," kata Nyonya Adler dengan hormat. Ia menyiapkan kantong berisi air dan memberikannya kepada Emmelyn. "Kau bisa membawa air ini, kalau-kalau kau haus."     

"Terima kasih."     

Emmelyn mengambil kantong air itu dan keluar dari gubuk. Ia memeriksa kuda-kudanya dan melepaskan tali yang mengikat mereka ke pohon. Setelah semuanya siap, ia naik ke kereta dan mengendarainya ke kastil.     

Ia tidak yakin arah menuju rumahnya karena ia tidak pernah pergi ke desa ini sendirian. Ia memutuskan untuk menanyakan arah kepada penduduk desa yang ia lihat di jalan. Uff... ia tidak sabar untuk segera pulang.     

"Hei, permisi..." ia menghentikan keretanya dan melambai kepada seorang pria yang sedang berjalan ke hutan. "Bisakah kau memberi tahuku jalan ke istana putra mahkota?"     

Penduduk desa itu berbalik untuk melihat siapa yang berbicara dengannya. Sebelum ia sempat menjawab, tiba-tiba Emmelyn mendengar suara derap kuda dari jauh. Ia mendongak dan menyipitkan matanya ke arah suara itu.     

Wajahnya langsung berseri-seri saat mengenali seragam hitam dan abu-abu yang biasa dikenakan para prajurit kerajaan. Ia berniat memanggil mereka dan meminta para prajurit itu untuk membawanya pulang ke kastil pangeran.     

Emmelyn bangkit dari kursi kusir dan melambai ke sekelompok prajurit. Ia senang bisa bertemu mereka di sini.     

Namun, sebelum ia bisa mengatakan apa-apa, pemimpin kelompok itu telah melihatnya dan memerintahkan anak buahnya untuk mempercepat kuda mereka.     

"Itu ia! Tangkap dia sekarang sebelum ia kabur!" Ia berteriak tidak sabar sambil menunjukkan jarinya ke arah Emmelyn.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.