Pangeran Yang Dikutuk

Rencana Jahat Ellena (1)



Rencana Jahat Ellena (1)

0Emmelyn tahu Tuan Vitas sudah tua dan lemah, tapi pagi ini, ia tampak pucat seperti mayat yang baru mati dan Emmelyn bisa melihat matanya dipenuhi kesedihan yang mendalam. Sementara John... pria itu bahkan tidak bisa menyembunyikan air matanya yang mengalir di pipinya.     

PLAK!     

Begitu Raja Jared mencapai Emmelyn, ia menamparnya sekeras yang ia bisa untuk melepaskan amarahnya. Emmelyn yang tidak menyangka akan menerima serangan dari ayah mertuanya sendiri mencoba mengelak tetapi cengkeraman prajurit membuatnya tidak bisa melarikan diri.     

"..." Emmelyn menggigit bibirnya dan menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara. Ia membenci Raja Jared dengan sepenuh hati atas kematian keluarganya dan setelah hari ini ia tidak mungkin membencinya lebih dalam lagi bahkan jika ia menginginkannya.     

Kebenciannya kepada Raja Jared begitu dalam hingga mencapai bagian terdalam neraka.     

Ia tidak akan memberikan kepuasan kepada ayah mertuanya dengan menjerit kesakitan karena tamparan itu.     

"BERANI-BERANINYA KAU!" Raja Jared tampak seperti orang gila setelah ia menampar Emmelyn dan tidak mendengarnya menangis kesakitan.     

Ketika ia melihat darah di bibir menantunya itu, pria itu justru semakin terpicu dan ia mengambil pedang dari seorang prajurit di dekatnya dan siap untuk membunuh Emmelyn.     

"Yang Mulia... tolong selamatkan Lady Emmelyn setidaknya lakukan ini demi kebaikan bayi yang dikandungnya sekarang..."     

Emmelyn menoleh ke arah suara itu dan terkejut melihat Tuan Vitas berlutut di depan raja dan memohon kepadanya untuk menyelamatkan nyawa Emmelyn.     

"Kumohon... kumohon... Yang Mulia," teriak tabib tua itu secara terang-terangan tanpa memperdulikan keselamatannya sendiri.     

"Tolong... kasihanilah sang pewaris kerajaan, Yang Mulia..." Sekarang, John juga berlutut dan memohon kepada raja. Ia bahkan menundukkan kepalanya sampai mencapai tanah. "Semasa hidup, Ratu Elara mencintai bayi itu... sang Ratu... sangat mencintai bayi itu..."     

John sepertinya mengucapkan kata-kata ajaib. Segera setelah Raja Jared mendengar istrinya disebutkan, wajahnya memucat, tubuhnya gemetar, dan ia menjatuhkan pedang ke tanah.     

TANG!     

Emmelyn menyembunyikan desahan leganya, tetapi telinganya terangkat untuk mendengarkan lebih banyak lagi. Apa yang terjadi saat ia pergi? Mengapa Raja Jared tiba-tiba berubah menjadi sangat murka kepadanya?     

Raja Jared memang tidak pernah menyukai Emmelyn dari awal, tapi setidaknya ia selalu mencoba untuk tetap bersikap sopan terhadap Emmelyn karena ingin menghormati istrinya. Tapi mengapa ia kini berubah?     

Selain itu... dimana Ratu Elara? Apakah ia tahu suaminya melakukan hal ini kepadanya?     

Tunggu...     

Tiba-tiba, sesuatu yang sangat berat sepertinya menghantam dada Emmelyn dan ia tidak bisa bernapas. Ia baru menyadari di sekelilingnya terpasang banyak umbul-umbul hitam. Dan apa yang baru saja John katakan tadi?     

Ia bilang 'semasa hidup, Ratu Elara mencintai bayi itu'? Mengapa ia mengatakannya seperti itu?     

***     

Ellena memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Ia masih bisa mencium bau darah di tubuhnya meskipun ia telah mandi beberapa kali dan menggosok tubuhnya hingga bersih. Kantong rempah wewangian yang ia gantung di pinggangnya tidak bisa membantu menghilangkan baunya.     

Ketika ia meminta mereka untuk membawa lebih banyak ramuan wewangian, pelayan bodoh itu berani menatapnya dengan bingung? Mereka membuatnya merasa seperti bau itu hanya imajinasinya saja.     

Para pelayan itu terus mengatakan mereka tidak mencium bau darah pada dirinya, meskipun ia jelas-jelas mencium bau darah.     

Hmm... mungkinkah itu hanya imajinasinya saja? Ellena bahkan meminta pelayannya untuk menaruh begitu banyak rempah wewangian pada wadah di kamarnya, tetapi ia masih bisa mencium bau darah.     

Ellena belum pernah membunuh siapa pun sebelumnya. Jika Ellena punya pilihan, ia tidak akan membiarkan targetnya mengeluarkan setetes darah pun ketika ia membunuhnya. Bagaimanapun, ia adalah wanita yang berpendidikan.     

Biasanya, wanita akan menggunakan racun untuk membunuh musuh mereka, tetapi kali ini Ellena harus menggunakan senjata karena penyihir itu menginginkan darah.     

Begitu Ellena mendengar dari mata-matanya bagaimana wanita brengsek si Emmelyn itu menyimpan pisau yang indah di kamarnya, Ellena tahu ia ingin menggunakan pisau itu untuk membunuh ratu.     

Semuanya sempurna.     

Ellena tidak punya banyak waktu untuk berlatih, tetapi ia berhasil melakukan pekerjaannya dengan baik. Ia sangat bangga kepada dirinya sendiri.     

Ohh... raut wajah Ratu Elara semalam ketika ia menyadari dirinya akan mati dan Emmelyn lah yang akan dituduh atas kematiannya... sungguh tak ternilai harganya.     

Ellena bangga karena ia bisa membuat ratu menderita sampai napas terakhirnya.     

Sialan. Ellena sangat benci ketika mengetahui Ratu Elara tampaknya sangat mencintai Emmelyn, hingga sang ratu merasa begitu putus ketika ia menggumamkan nama Emmelyn berulang-ulang kali hingga kematian menjemputnya.     

"Kau seharusnya mencintai AKU sebagai menantu perempuanmu, bukan wanita brengsek itu!" Kata Ellena dengan jijik saat ia melihat sang ratu dipenuhi dengan darah hingga ajal tiba. "Sekarang semuanya sudah terlambat."     

"T-tidak... Ellena.. jangan lakukan... ini..." Ratu Elara berjuang untuk bernapas, dan meskipun ia berusaha keras untuk bertahan, ia dengan cepat kalah dalam pertempuran. Matanya terbuka lebar saat ia menghembuskan napas terakhirnya. Kedua matanya dipenuhi dengan kengerian.     

Terdapat beberapa luka tusukan di dada dan perutnya, tapi satu tusukan yang mengenai jantung Ratu Elara membuatnya kehilangan lebih banyak darah dan mati saat itu juga.     

Ellena sebenarnya ingin sang ratu menderita lebih lama, tetapi sayangnya, ia kehabisan waktu. Pengawal ratu akan merasa curiga jika ratu tidak muncul untuk waktu yang lama. Ditambah lagi, Ellena harus segera kabur.     

Dari kastil putra mahkota, ia membutuhkan tiga jam untuk kembali ke pedesaan tempat ia tinggal bersama keluarga Preston. Jadi, ia tidak boleh membuang-buang waktu.     

Karena itu, Ellena harus merasa puas dengan kematian Ratu Elara yang datang begitu cepat. Setidaknya, Ellena sudah menepati janjinya kepada Thessalis Morelli untuk menumpahkan darah.     

Hanya itu saja yang penting.     

Uff, tapi sekarang bau darah seperti menetap pada tubuhnya. Ellena sangat membencinya. Ia hanya berharap besok baunya sudah hilang.     

Ellena mencoba memejamkan mata dan tidur. Ia sangat lelah. Ia bertanya-tanya apakah mereka telah menemukan ratu dan sekarang mengejar Emmelyn.     

Apa yang akan Mars pikirkan tentang kejadian ini? Ellena tahu sahabatnya itu sangat mencintai ibunya. Ia bisa membayangkan betapa hancurnya Mars ketika ia tahu ibunya sudah meninggal.     

Ellena merasa kasihan kepada Mars ketika mengingat pria itu pasti akan sedih karena kehilangan ibunya, tetapi Ellena akan memastikan dirinya akan ada di sana untuk menghibur pangeran. Pengorbanan itu untuk kebaikan yang jauh lebih besar. Cepat atau lambat, Mars akan melupakan kesedihan dan rasa sakitnya.     

Ellena yakin sang ratu tidak akan keberatan mati dengan imbalan membebaskan putranya dari kutukan. Bukankah seorang ibu akan rela melakukan hal sejauh itu demi putranya?     

Itulah satu-satunya cara agar Mars terbebas dari kutukan. Itulah harga yang Thessalis, sang penyihir, minta kepada Ellena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.