Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Di Rumah Nyonya Adler



Emmelyn Di Rumah Nyonya Adler

0Emmelyn mengunyah roti keras itu dan meminum air yang diterimanya dari sang penduduk desa dengan penuh syukur.     

Setelah diperlakukan dengan kejam oleh Ellena dan para suruhannya, mendapatkan kebaikan dari pria asing itu terasa sangat berarti baginya. Ia merasa tersentuh.     

"Terima kasih atas bantuanmu, Pak," katanya dengan suara serak. "Jika aku boleh bertanya, siapa namamu, bapak yang baik?"     

"Ah, kau bisa memanggilku Hans. Aku seorang penebang pohon," kata pria itu. "Siapa namamu, Tuan?"     

Hans memanggil Emmelyn 'Tuan' karena Emmelyn masih menyamar sebagai pria gemuk. Gadis itu berpikir cepat, nama apa yang harus ia katakan kepada pria ini. Akhirnya, ia menemukan sebuah nama yang sederhana.     

"Namaku Killian, Tuan. Aku akan kembali suatu hari nanti untuk membalas kebaikanmu," kata Emmelyn.     

Hans mengangguk dan tersenyum, tapi ia tidak pernah berharap Emmelyn benar-benar melakukan apa yang ia katakan. Ia membantu Emmelyn dengan tulus tanpa mengharapkan balasan apa pun. Dan selain itu, orang-orang selalu mengatakan hal semacam itu sepanjang waktu.     

Orang-orang akan selalu bersikap manis dan berterima kasih ketika mereka meminta bantuan, tetapi begitu mereka pergi, mereka bahkan tidak akan mengingat kebaikan yang telah mereka terima.     

Karena itu, Hans tidak pernah berpikir bahwa Emmelyn akan benar-benar melakukan apa yang ia katakan.     

Emmelyn mengerti akan hal itu. Dan karena itulah ia tidak berusaha meyakinkan pria baik itu bahwa ia akan benar-benar kembali. Ia hanya berharap keadaannya akan segera membaik, agar ia bisa membalas kebaikan Hans.     

Setelah roti dan airnya habis, Emmelyn segera melanjutkan perjalanannya. Sekarang, ia bertekad untuk mencapai Desa Bydell.     

Meskipun matahari sekarang sudah terbenam, ia bisa mengandalkan bintang-bintang untuk menunjukkan arahnya. Emmelyn pernah belajar cara membaca arah dari posisi bintang di langit malam.     

Ini adalah keahlian yang selalu bermanfaat bagi orang-orang yang melakukan perjalanan.     

Untungnya, kuda-kuda itu masih memiliki banyak energi, sehingga mereka bisa bergerak dengan cepat. Emmelyn mencapai desa pertama dalam satu jam, dan desa kedua dalam dua jam... dan akhirnya, sebelum tengah malam, ia mencapai Desa Bydell.     

Ia segera mengenali pasar dan beberapa rumah di desa itu. Perasaan lega segera memenuhi dadanya. Setelah ini, ia pasti bisa meminta bantuan Nyonya Adler untuk mengobati luka-luka penjahat itu dan memastikan ia tetap hidup.     

Emmelyn membutuhkan pria itu. Ia telah memeriksa kondisinya beberapa kali dan menyadari bahwa pria itu semakin lemah.     

Setelah beberapa jam, wajahnya terlihat sangat mengkhawatirkan dengan memar hitam dan biru yang rata di seluruh permukaannya. Pria itu bahkan tidak bisa lagi dikenali. Ia terlihat seperti monster.     

"Uff, akhirnya... kita sampai juga..." gumamnya kepada dirinya sendiri. Emmelyn memarkir kereta di depan gubuk kecil Nyonya Adler dan mengikat kuda-kuda itu ke salah satu pohon di sampingnya.     

TOK     

TOK     

Ia mengetuk pelan, karena takut mengganggu tetangga di sekitar rumah itu. Ia berharap Nyonya Adler masih bisa mendengarnya.     

"Nyonya Adler..." bisiknya dengan suara kelelahan. "Apakah kau masih bangun?"     

Sungguh pertanyaan yang bodoh, pikirnya. Tentu saja ia sudah tidur, kebanyakan orang sudah tidur pada jam ini. Namun, ia tidak punya pilihan selain membangunkan penyihir tua itu. Ia putus asa dan membutuhkan bantuan.     

KREK     

Pintu dibuka dari dalam dan tak lama kemudian Emmelyn melihat wajah keriput menyembul dari baliknya. Nyonya Adler tampak sangat terkejut melihat seorang pria gemuk asing di depan rumahnya.     

"S-siapa kau?" Ia bertanya dengan suara seraknya. Emmelyn bisa melihat penyihir tua itu sudah siap untuk menutup pintu lagi dan menguncinya. Jadi, ia dengan cepat menahan pintu dan menjelaskan siapa ia sebenarnya.     

"Ini aku..." katanya buru-buru. "Aku yakin kau bisa mengenali suaraku?"     

"Ahh..." Ekspresi Nyonya Adler langsung berubah cerah. Ia tersenyum dan mengangguk. "Tuan Putri? K-kau… apa yang kau lakukan di sini? Masuklah."     

"Uhm... Aku akan menjelaskannya nanti, aku juga membawa seseorang," Emmelyn memiringkan kepalanya ke arah kereta. Nyonya Adler menjulurkan kepalanya untuk melihat apa yang ditunjuk Emmelyn. Sang putri menghela napas. "Ia terluka. Aku rasa kondisinya cukup parah."     

"Benarkah? Siapa ia? Sebaiknya kita bawa masuk..." Nyonya Adler membuka pintu lebar-lebar, lalu masuk kembali. Ia keluar tidak lama kemudian dengan selendang tebal melilit punggungnya. Ia berjalan bersama Emmelyn menuju kereta.     

Setelah Emmelyn membuka pintu kereta, penyihir tua itu naik dan memeriksa kondisi penjahat itu. Wajah Nyonya Adler tiba-tiba berubah pucat. Rupanya, pemandangan mengerikan itu membuatnya cukup terkejut.     

Namun, ia berusaha untuk tetap tenang.     

"Kita harus membawanya ke dalam," katanya pelan. "Bisakah kau membantuku menggendong atau mungkin menyeretnya, Yang Mulia?"     

Emmelyn mengangguk mengiyakan. Ia menyingsingkan lengan bajunya dan bersiap-siap untuk menyeret kaki penjahat itu. Nyonya Adler memegang tangannya.     

Untungnya pria itu tidak besar seperti pria kebanyakan, jadi meskipun Nyonya Adler sudah tua dan Emmelyn sedang hamil, mereka berdua bisa bekerja sama untuk membawa pria itu ke dalam gubuk Nyonya Adler.     

Setelah mereka meletakkannya di atas permadani di ruang tamu, penyihir itu menutup pintu dan mulai menyiapkan obat dan merebus air.     

Emmelyn menyandarkan punggungnya ke dinding dan memejamkan mata. Ia sangat lelah dan hanya ingin istirahat. Hari itu adalah hari yang panjang dan melelahkan yang harus ia lalui.     

Ia berharap ia bisa segera kembali ke kastil dan tidur di kasur empuknya. Namun, ia tidak bisa meninggalkan penjahat itu di rumah Nyonya Adler begitu saja.     

Bagaimana jika ia meninggal? Emmelyn perlu tahu kondisinya agar ia bisa membuat rencana.     

Masa bodo. Ia akan pergi begitu pagi tiba, akhirnya Emmelyn membuat keputusan itu.     

"Yang Mulia, kau bisa beristirahat di sana," kata Nyonya Adler lembut. Ia menepuk bahu Emmelyn dan menunjuk ke tempat tidurnya, di sudut ruangan. Tempat yang dimaksud Nyonya Adler adalah tempat tidur yang terbuat dari jerami kecil, ditutupi dengan kain tua yang tipis.     

"Terima kasih, Nyonya Adler," kata Emmelyn dengan penuh rasa terima kasih. Ia bangkit dengan susah payah dan pindah ke tempat tidur sederhana itu.     

Ia segera menjatuhkan tubuhnya segera setelah ia mencapai tempat tidur itu. Ia sangat lelah.     

Sementara itu, Nyonya Adler mulai membersihkan luka-luka sang penjahat. Ia juga meminumkan semangkuk ramuan secara paksa kepada penjahat itu hingga ia hampir tersedak, tapi penjahat itu akhirnya menelannya.     

Penyihir tua itu sebenarnya memiliki begitu banyak pertanyaan di benaknya tentang apa yang terjadi kepada Emmelyn, sehingga ia bisa tiba-tiba muncul di gubuknya di tengah malam seperti ini.     

Emmelyn tidak pernah datang berkunjung di malam hari dan ia akan selalu ditemani dengan beberapa penjaga dan kepala pelayan setianya.     

Namun, kali ini ia datang sendiri dan membawa orang asing dengan luka yang mengerikan. Siapa pria ini dan apa hubungannya dengan Emmelyn?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.