Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn & Penduduk Desa



Emmelyn & Penduduk Desa

Emmelyn berhasil menemukan dua batu kering yang ia gunakan untuk membuat api. Setelah selesai memanggang ikan itu, ia dengan cepat menikmatinya untuk mengisi perutnya. Rasanya cukup enak, meski tanpa garam atau bumbu lainnya.     

Ia biasanya membawa beberapa perbekalan dalam kantong kecil setiap kali ia bepergian, tetapi ia tidak membawanya hari ini. Siapa sangka ia akan 'diculik' di siang bolong, di kota Raja tempat suaminya menjadi putra mahkota?     

Astaga..!     

Memikirkan apa yang terjadi kepada dirinya membuat darah Emmelyn mendidih. Ia sangat ingin menemukan Ellena dan menjambak rambutnya, menyeretnya sampai ia menjerit dan meminta pengampunan, hal yang tidak akan pernah diberikan Emmelyn.     

Hei, tapi setidaknya dengan kejadian ini, Mars akhirnya punya alasan untuk memutuskan hubungan dengan gadis itu selamanya, pikir Emmelyn.     

Ia merasa tidak nyaman semenjak mengetahui bahwa Mars memiliki teman wanita masa kecil. Awalnya, Emmelyn khawatir ia tidak menyukai Ellena karena ia hanya cemburu.     

Tapi sekarang, ia yakin Ellena membuatnya muak bukan hanya karena Emmelyn melihatnya sebagai ancaman bagi hubungannya dengan Mars, tetapi juga karena Ellena memang bukanlah orang yang baik.     

Gadis itu sudah memiliki niat jahat sejak awal.     

Mulai saat ini, Emmelyn memutuskan ia tidak akan menyembunyikan perasaannya terhadap Ellena. Ia berharap Mars akan menghukum Ellena dan keluarganya seberat-beratnya karena mencoba menyakiti Emmelyn.     

Kalau tidak, Ellena akan berpikir ia bisa melakukan apa pun yang ia inginkan tanpa mendapatkan konsekuensi apa pun.     

Emmelyn mengunyah ikan bakar dengan marah seolah-olah ia tengah menyantap daging Ellena mentah-mentah.     

Setelah ia menghabiskan ikannya, Emmelyn masih merasa lapar. Uff, sungguh sulit menjadi wanita hamil. Nafsu makannya yang rakus begitu sulit untuk dipuaskan.     

Emmelyn bangkit dan memeriksa perangkapnya untuk melihat apakah ia berhasil menangkap binatang atau tidak.     

Tidak ada apa pun.     

"Sial..." umpatnya lagi. Ia masih merasa sangat lapar. Namun, melihat matahari hampir terbenam di barat, ia menyadari ia tidak bisa tinggal terlalu lama. Jika ia terus menunggu di dekat sungai, ia mungkin harus bermalam di dalam hutan itu.     

Akan berbahaya baginya untuk tinggal di hutan saat malam hari karena ia sedang hamil dan terpaksa harus berada di luar kereta.     

Bagaimana jika ada binatang buas yang datang untuk mencari mangsa? Ia tidak ingin masuk kereta dan berbagi tempat istirahat dengan penjahat yang terluka itu.     

Jika penjahat itu sampai mencoba membunuhnya dan melarikan diri, maka Emmelyn hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.     

Emmelyn akhirnya mengambil semua perangkapnya dan membawanya ke kereta. Ia mematikan api dan menyiapkan kuda untuk menjalankan keretanya lagi.     

Dengan energi baru, kedua kuda itu tampak berpacu lebih cepat. Emmelyn mempertahankan rencananya untuk bergerak dalam garis lurus. Ia masih berharap ia bisa keluar dari hutan jika ia melakukannya.     

Setelah satu jam mengendarai kereta itu dan matahari akhirnya hilang, ia bisa melihat sebuah desa saat ia meninggalkan hutan di belakangnya.     

Emmelyn menghela napas lega dan tersenyum lebar. Ia dengan cepat mengendarai kereta menuju desa itu dan menanyakan arah jalan kepada pria pertama yang ia lihat di jalan.     

"Selamat malam, Tuan. Aku tersesat dalam perjalanan ke ibu kota dan tidak tahu di mana aku sekarang. Apakah kau keberatan memberi tahuku di mana ini?"     

Pria tua itu menatap Emmelyn dengan penuh tanya. Ia belum pernah melihat gadis itu sebelumnya dan bertanya-tanya dari manakah ia berasal.     

"Dari mana kau berasal?" Pria asing itu kemudian bertanya kepada Emmelyn.     

Emmelyn dengan cepat berbohong. "Aku dari Southberry. Aku datang ke sini untuk mengunjungi seorang kerabat yang baru saja meninggal. Aku pergi ke rumahnya bertahun-tahun yang lalu dan itu sudah lama sekali, jadi aku tidak ingat jalannya dengan baik."     

"Jadi begitu. Desa ini bernama Brownberg. Ibu kota sebenarnya cukup jauh dari sini. Kau bisa mengikuti jalan ini dan terus berkendara ke sana. Kau akan melewati beberapa desa seperti Desa Vurten, Desa Sven, Bydell, dan... "     

"Apa kau baru saja mengatakan Desa Bydell?" Emmelyn tiba-tiba menyela pria itu. Ia ingat Nyonya Adler tinggal di Desa Bydell.     

Itu artinya ia berada tidak terlalu jauh dari ibu kota, pikirnya.     

"Ya. Desanya bernama Bydell. Apakah kau punya kerabat di sana juga?" Tanya penduduk desa itu kepada Emmelyn. Sang putri mengangguk. Wajahnya berseri-seri karena lega.     

Ia akan mengunjungi Nyonya Adler dan memintanya untuk mengobati luka penjahat itu dan memastikan nyawanya bisa diselamatkan.     

Jadi Emmelyn bisa melaporkan keluarga Preston beserta Ellena. Tanpa penjahat ini sebagai saksi, mereka mungkin membantah tuduhannya dan bisa bebas tanpa menerima konsekuensinya.     

"Kalau begitu, aku harus lewat sini ya?" Emmelyn bertanya lagi untuk memastikan.     

"Ya, betul sekali."     

"Ah, terima kasih, Tuan. Aku akan mengikuti saranmu," Emmelyn ingin segera pergi, tetapi tiba-tiba ia merasa lapar lagi, diikuti oleh beberapa tendangan dari perutnya.     

Uff, sepertinya Harlow pun juga lapar. Akhirnya, karena merasa sedikit malu, Emmelyn bertanya kepada pria itu apakah ia punya makanan yang bisa diberikan kepadanya.     

"Aku sangat menyesal harus menanyakan hal ini... tapi, apa kau, kebetulan, punya makanan yang bisa kau berikan kepadaku, Tuan?" Ia bertanya kepada pria itu dengan tatapan sendu. "Aku sangat lapar dan aku tidak menemukan makanan di hutan saat aku tersesat tadi. Dan... jika memungkinkan, apakah aku juga boleh minta air?"     

Penduduk desa itu mengangguk. "Aku punya beberapa makanan. Tunggu di sini."     

Ia pergi ke sebuah rumah kecil di sebelah kiri kereta dan keluar tidak lama kemudian dengan sepotong roti di tangannya dan mangkuk kecil berisi air. "Ini, kau bisa mengambilnya."     

"Oh, terima kasih... Terima kasih banyak, Tuan," Emmelyn sangat senang, ia hampir memeluk pria itu. Untungnya, ia masih bisa menahan diri. Penduduk desa ini akan curiga jika orang asing seperti Emmelyn memeluknya.     

"Aku tidak membawa uang... apa aku bisa memberikanmu Catatan Utang dan membayarnya ketika aku sudah punya uang?" Ia bertanya kepada penduduk desa itu.     

Emmelyn sangat marah ketika ia mengingat bahwa para penjahat itu telah merampok 500 koin emasnya.     

"Tidak apa-apa. Tidak perlu membayarku. Yang kuberikan hanya air dan sepotong roti kecil."     

"Tapi, tetap saja... Aku harus membayarmu suatu hari nanti," Emmelyn bersikeras.     

Penduduk desa itu tertawa ketika ia melihat kegigihan Emmelyn. Ia melambaikan tangannya. "Baiklah. Lakukan sesukamu. Omong-omong, hati-hati di jalan. Semoga kau segera menemukan rumah kerabatmu."     

"Terima kasih, Tuan." Emmelyn menundukkan kepalanya kepada penduduk desa itu dan kembali menuju ke keretanya. Ia mengemudikan kereta itu ke arah yang ditunjukkan penduduk desa tadi.     

Ia bersumpah untuk kembali ke desa ini di masa depan dan memberi upah yang setimpal kepada laki-laki itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.