Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Sangat Lapar



Emmelyn Sangat Lapar

0Emmelyn mengikuti petunjuk dari cabang berbentuk Y itu dan berjalan agak jauh dari tempatnya berada. Tidak butuh waktu lama sampai ia mendengar suara aliran sungai. Hatinya terasa begitu lega ketika ia menyadari ia baru saja menemukan air.     

Ahh.. ternyata ia mengambil keputusan yang benar dengan mengikuti petunjuk alam. Ini adalah teknik yang ia pelajari dari gurunya dan terbukti sangat ampuh di saat-saat darurat seperti ini.     

Pengetahuan gurunya tentang dunia sangatlah luar biasa dan ia telah menggunakan metode ini untuk menemukan air berkali-kali sebelumnya.     

Setelah gurunya meninggalkannya untuk menyelamatkan putranya yang ditangkap bajak laut, Emmelyn tetap tinggal bersama Maxim dan melanjutkan petualangan bersama pemuda itu.     

Ia ingat Maxim pernah meragukan kemampuannya mencari air dan menertawakan metodenya. Orang bodoh itu bahkan berkata ia tidak perlu mencari air karena ia adalah laki-laki yang beruntung.     

Bahkan saat Maxim terdampar di padang pasir dan hampir mati kehausan, tiba-tiba saja hujan turun dari langit dan memberinya minum. Emmelyn hanya bisa memutar matanya saat mendengar cerita itu.     

Emmelyn bukanlah orang yang percaya pada keberuntungan, ia hanya menaruh keyakinan pada kerja keras. Kebetulan seperti itu bukanlah keberuntungan dan seseorang tidak seharusnya mengandalkan keberuntungan sepanjang waktu.     

Itulah sebabnya Emmelyn merasa penting bagi seseorang untuk membekali diri dengan keterampilan untuk bertahan hidup.     

"Bagus! Akhirnya aku menemukan air..." Emmelyn membuang ranting itu dan berlari menuju sungai. Ia berjongkok di tepi sungai dan mengambil air dengan kedua tangannya dan minum untuk menghilangkan rasa hausnya.     

Setelah berhasil menghilangkan rasa haus dalam dirinya, Emmelyn kini merasa lapar. Uff, apa yang bisa ia makan?     

Emmelyn melihat ke arah pepohonan di sekitarnya dan mencoba melihat apakah salah satu pohon itu memiliki buah yang bisa dimakan. Ia hanya bisa menghela napas ketika ia tidak menemukan sesuatu yang bisa dikonsumsi.     

Mengapa ia sangat tidak beruntung?     

"Baiklah. Aku sebaiknya membuat jebakan dan memburu sesuatu..." gumamnya.     

Wanita itu memotong beberapa cabang dan membuat beberapa perangkap yang ia letakkan di dekat air. Karena ia tidak membawa tali atau umpan, ia memutuskan untuk berjalan kembali ke kereta dan membawanya kembali ke pinggir sungai.     

Emmelyn kembali tidak lama kemudian dengan kereta dan memarkirnya di tepi sungai. Ia menyadari kuda-kudanya pasti juga haus dan lapar setelah menarik kereta selama berjam-jam.     

Karena itu, ia melepaskan kuda-kuda itu dari kereta dan membiarkan mereka merumput dan minum air dari sungai.     

Karena kuda-kuda itu adalah hewan peliharaan dan terbiasa bekerja, mereka dengan patuh meminum air dan kemudian merumput di sekitar kereta. Emmelyn merasa lega melihat mereka berdiri dengan patuh dan makan dengan santai.     

Ia awalnya khawatir kuda-kuda itu akan lari dan meninggalkannya terdampar di hutan ini. Melihat hewan itu terlihat begitu patuh seolah mengangkat beban Emmelyn yang lain yang selama ini membebani dadanya.     

Sungguh bagus. Ia mengambil beberapa tali dari kereta dan bekerja untuk membuat perangkap. Untungnya ia menemukan sisa roti yang bisa ia gunakan sebagai umpan.     

Ia tidak yakin apakah hewan kecil seperti kelinci mau memakan roti, tapi setidaknya mereka akan penasaran dan mencicipinya. Semoga saja begitu.     

Setelah Emmelyn memasang perangkapnya di beberapa tempat, ia kembali ke sungai dan mengamati aliran sungai. Ia berpikir untuk menangkap ikan dengan pedangnya. Apakah ia bisa bergerak cepat untuk menangkap ikan?     

Hah.     

Biasanya, ia akan baik-baik saja selama satu atau dua hari tanpa makanan, tetapi karena ia sekarang hamil ia menjadi sangat mudah lapar. Ditambah lagi, Emmelyn harus makan untuk bayinya. Ia tidak boleh membiarkan Harlow kehilangan nutrisi.     

Dan yang lebih penting adalah ia harus mendapatkan energi agar ia bisa melanjutkan perjalanannya untuk keluar dari sini dan menemukan cara untuk kembali ke ibu kota.     

Hmm... mungkin ia bisa menggunakan sisa roti tadi untuk memancing beberapa ikan, pikirnya. Begitu mereka sudah dekat, ia bisa menusuk mereka menggunakan pedangnya.     

Emmelyn mungkin saja tidak cukup cepat untuk menangkapnya, tapi setidaknya ia bisa mencoba strategi itu.     

Akhirnya, Emmelyn duduk di tepi sungai. Ia bersiap-siap dengan pedangnya dan kemudian ia menghancurkan potongan kecil roti itu menjadi remah-remah dan melemparkannya ke permukaan air di dekatnya.     

Ada sebuah bagian kecil di dekatnya yang dilindungi oleh batu-batu besar, sehingga air tidak mengalir deras seperti di bagian lain sungai.     

Remah roti mengapung di atas air selama beberapa detik sebelum ia melihat beberapa ikan mendekat untuk memakannya.     

"Kena kau!" Emmelyn menusuk satu ikan dengan pedangnya begitu cepat segera setelah ia melihat peluang untuk melakukannya. Sayangnya, ia tidak cukup cepat dan ikan itu lolos dengan membawa remahan roti.     

Ia mengerucutkan bibirnya dan mengutuk pelan, ia berhati-hati saat melakukannya agar Harlow tidak mendengarnya.     

Mars sudah menyuruhnya untuk menjaga mulutnya saat ia hamil sehingga bayi mereka tidak akan meniru kata-kata makian bahkan sebelum ia lahir.     

Tapi ternyata hal itu sangat sulit dilakukan, terutama ketika ia berada dalam situasi yang penuh tekanan. Mengutuk dapat membuat pikiran seseorang menjadi lebih ringan. Setidaknya itulah yang dirasakan Emmelyn.     

"Maaf, Harlow. Jangan dengarkan perkataan ibu tadi. Ibu hanya bicara omong kosong..." Emmelyn mengusap perutnya dengan penuh kasih. Kemudian ia menyeka dahinya dan mengamati permukaan air sungai itu lagi.     

Ia melihat ada banyak ikan di sungai, mereka terlihat berenang dengan santai. Sepertinya ikan-ikan itu memiliki kehidupan yang baik di sini, tanpa predator berbahaya.     

Melihat itu, Emmelyn mulai menduga bahwa tempat ini cukup jauh dari pemukiman manusia. Itu sebabnya ada banyak ikan di sini.     

Jika ada banyak orang yang sering datang ke tempat ini, mereka mungkin akan menangkap banyak ikan dari sungai ini dan populasinya akan berkurang sangat signifikan.     

"Baiklah... Aku masih punya beberapa potongan kecil roti..." Semangat Emmelyn menyala kembali setelah melihat ikan-ikan di sungai. Dari banyaknya ikan yang terlihat, Emmelyn setidaknya harus berhasil menangkap satu saja untuk santapannya.     

Ia benar-benar lapar.     

Dengan tekad yang kuat, ia lalu mengulangi metodenya sekali lagi dan mencoba menangkap ikan dengan pedangnya. Percobaan kedua pun juga gagal, tetapi ketika ia mencobanya untuk ketiga kalinya, Emmelyn berhasil menangkapnya.     

Emmelyn memekik kegirangan saat ujung pedangnya berhasil menusuk ikan yang cukup besar. Meskipun ia hampir jatuh ke sungai saat ia mendorong pedangnya ke dalam air untuk menangkap ikan itu.     

Pengorbanannya sungguh sepadan.     

"Hah... kena kau...!" Ia menyeka bibirnya dan mengeluarkan ikan itu dari air. Dalam waktu singkat, ia sudah membersihkan tangkapannya dan bersiap untuk memanggangnya.     

Sekarang, ia hanya perlu menemukan batu api atau batu kering untuk menyalakan api.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.