Pangeran Yang Dikutuk

Meloloskan Diri



Meloloskan Diri

0Begitu pintu kereta terbuka, Emmelyn sudah siap dan langsung melompat keluar dengan balok kayu di tangannya dan menghajar dua penjahat yang baru saja membuka pintu.     

"Aahh!!"     

"Aww!!"     

Emmelyn memukuli kedua pria itu dengan ahli menggunakan senjata seadanya yang ia temukan sebelum pintu kereta dibuka. Ia tidak menahan diri dan mengerahkan seluruh kekuatannya. Ia sengaja membidik titik terlemah mereka, yaitu kepala dan selangkangan mereka.     

Gerakannya cepat dan penuh perhitungan dan para pria itu benar-benar lengah.     

"Sialan! Sakit! Dasar wanita jalang!!"     

Salah satu dari mereka meringkuk di tanah, memegang kepalanya yang berdarah, dan menggeram kesakitan, sementara yang lain masih berusaha menghindari serangan ganas Emmelyn.     

Emmelyn kini merasa bersyukur atas semua latihan yang harus ia lakukan setiap hari atas paksaan halus Tuan Vitas. Di saat dalam keadaan berbahaya ini, ia bisa mengerahkan kekuatan yang ia tidak tahu ia miliki.     

Emmelyn sempat berpikir kehamilannya akan membuatnya semakin lemah, tetapi ternyata, selama waktu yang sangat kritis ini, sesuatu di dalam dirinya terbangun.     

Ia merasa seperti induk beruang yang ingin melindungi bayinya dan akan melakukan apa pun untuk menghentikan orang-orang jahat yang mencoba menyakiti anaknya.     

"Hei, rasakan ini! Rasakan! Persetan! Kau mencoba main-main denganku?! Siapa yang mengirimmu!??" Ia terus memukuli pria yang masih berdiri itu dengan penuh amarah.     

Prasangka tentang Ellena yang mengirim orang-orang ini untuk menipunya membuat Emmelyn dipenuhi dengan kemurkaan.     

Tunggu... sampai suamiku tahu tentang ini, pikirnya marah.     

Kasih sayang dan kepedualian apa pun yang masih dimiliki Mars untuk teman masa kecilnya itu tidak akan tersisa lagi setelah ia mengetahui apa yang Ellena lakukan kepada Emmelyn kali ini.     

Tapi itu baru akan terjadi jika Emmelyn tidak sempat menghajar Ellena terlebih dahulu.     

Lagi pula, mengapa Emmelyn harus menunggu sampai Mars pulang untuk melaporkan ini? Ia sendirilah yang akan mengurus Ellena. Ia akan menemukan perempuan itu di mana pun ia berada dan membunuhnya.     

Emmelyn sangat marah sehingga air mata mengalir di wajahnya. Ia terus memukul dan memukul dengan seluruh kekuatannya.     

Orang kedua sudah jatuh ke tanah dan menjerit kesakitan. Emmelyn tidak bergeming sedikit pun. Melihat darah hanya membuatnya menjadi lebih ganas.     

"Aaaaahhhhkk!! Kau… kau..." Pria satunya, yang berwajah penuh bekas luka, mencoba merangkak menuju kursi kusir untuk mengambil pedangnya, tapi Emmelyn lebih cepat.     

Ketika Emmelyn melihat pedang itu tergeletak di lantai kereta, ia segera berlari ke arah pedang itu dan mengambilnya.     

Sekarang, ia menjadi lebih berbahaya dengan pedang di tangannya.     

Emmelyn menghunus pedang itu dan berdiri di hadapan pria dengan bekas luka dengan mata menyipit dan rahang terkatup. Jantung pria itu berdetak kencang ketika ia menyadari hidupnya dalam bahaya besar.     

Sialan! Bagaimana mungkin mereka bisa tahu jika wanita hamil ini ternyata sangat biadab? Bukankah ia seharusnya lemah karena kehamilannya? Bagaimana mungkin seorang wanita bisa sekuat ini?     

Kali ini mereka telah membuat kesalahan besar dengan meremehkan korban yang sudah mereka sekap. Sekarang, mereka harus membayar harganya.     

"T-tolong... tolong lepaskan aku, nona..." Ia mulai memohon agar hidupnya diselamatkan. "A-aku tidak bermaksud... untuk-untuk... menyakitimu... kami... hanya disuruh... untuk... menahanmu selama... beberapa hari..."     

penjahat yang sebelumnya tampak menakutkan sekarang tampak begitu menyedihkan. Kepalanya berdarah dan pakaiannya kotor. Matanya dipenuhi dengan ketakutan.     

Ia tahu ia telah meremehkan wanita ini dan ia baru saja dipukuli dengan sangat kejam hanya dengan balok kayu. Ia bisa membayangkan apa yang akan ia lakukan dengan pedang itu.     

Ia belum pernah melihat seorang wanita dengan aura pembunuh seperti itu sebelumnya. Seluruh dirinya seperti hampir ditelan oleh kegelapan.     

Mungkin saja itu hanya imajinasinya... tapi apa pun itu, penjahat itu ketakutan setengah mati.     

"Siapa yang menyuruhmu menipuku?" Emmelyn bertanya dengan suara datar. "Dan mengapa ia menyuruh kalian untuk menahanku selama beberapa hari?"     

Penjahat itu menangkupkan kepalanya dan menggeleng, ia tampak ketakutan. "A-aku tidak... b-bisa mengatakannya, nona..."     

"KATAKAN SIAPA YANG MEMINTAMU?! AKU TIDAK AKAN MENGULANGI PERTANYAANKU LAGI...!" Emmelyn mengangkat pedang di tangannya dan membuat gerakan seolah-olah ia siap untuk memotong kepala penjahat itu.     

"Aku... aku tidak bisa—"     

Pria itu tidak bisa menyelesaikan kata-katanya, karena Emmelyn telah mengayunkan pedang dengan darah dingin. Kepala penjahat itu jatuh ke tanah, tubuhnya kemudian ikut tersungkur di tanah dengan suara jatuh yang cukup keras.     

Mata penjahat lainnya melotot ketika ia melihat apa yang baru saja terjadi. Ia langsung gemetar dan membasahi celananya. Tubuhnya berlumuran darah dan wajahnya dipenuhi ketakutan yang tak terlukiskan.     

"Bagaimana denganmu? Apakah kau akan bicara... atau tidak?" Emmelyn menoleh ke arah pria yang ketakutan itu dan menatap matanya lekat-lekat. "Aku tidak suka mengulangi pertanyaanku."     

"Y-yang Mulia... Aku… Aku akan bicara," teriak pria itu. "Tolong lepaskan aku..."     

"Katakan!?"     

Pria itu menelan ludah dan mencoba menenangkan diri agar bisa berbicara dan menyelamatkan nyawanya. Pada saat ini, entah bagaimana pikirannya menjadi kosong dan ia tidak tahu harus berkata apa.     

Apa pertanyaan wanita itu tadi?     

Ia tidak ingat, tetapi ia tidak berani bertanya kepadanya. Ia melihat apa yang baru saja dilakukan perempuan yang seharusnya menjadi sandera mereka.     

Wanita ini seperti iblis. Ia tidak punya hati sama sekali.     

"K-kami... jadi... kami diperintahkan untuk... mengantarmu kepada... nyonya kami..."     

"Siapa namanya?" Emmelyn menatap pria itu dengan mata menyipit. Ia mengarahkan pedang ke dadanya, siap untuk mendorong pedangnya kuat-kuat jika pria itu sampai memberikan jawaban yang tidak memuaskan.     

"Nona... nona muda dari keluarga Preston."     

"Ellena..." gumam Emmelyn pelan.     

Ia sudah menduganya! Ellena adalah dalang di balik semua ini. Tapi ia tidak mengerti mengapa Ellena ingin ia ditahan selama beberapa hari...     

Apakah Ellena merencanakan sesuatu?     

"Apakah kakakku benar-benar memiliki seorang putra?" Ia akhirnya memutuskan untuk mengajukan pertanyaan yang sangat penting itu.     

Putra Killian adalah alasan mengapa mereka bisa menipu dan menangkapnya. Ia harus tahu apakah kakaknya benar-benar memiliki seorang putra atau tidak.     

Jika Killian memang benar-benar memiliki seorang anak, Emmelyn harus tahu apa yang sudah terjadi kepadanya.     

Dan jika memang kakaknya tidak pernah memiliki anak, Emmelyn bisa tenang. Ia bisa berhenti mengkhawatirkan anak yang tidak ada itu dan fokus kepada dirinya sendiri dan Harlow.     

"Tidak ada... tidak pernah ada anak, Yang Mulia..." penjahat kedua menundukkan kepalanya. Ia tampak takut dengan reaksi Emmelyn dan siap menerima kemarahannya.     

Namun, kemarahan yang ditunggu-tunggu tidak datang. Ia pun memberanikan diri untuk mendongak dan menatap Emmelyn. Ia melihat Emmelyn menghela napas lega dan ekspresinya mulai melunak.     

Saat itulah sang penjahat menyadari bahwa selama ia bekerja sama, wanita buas ini tidak akan membunuhnya. Ia harus menemukan cara untuk mempertahankan hidupnya dengan cara menjilat Emmelyn.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.