Pangeran Yang Dikutuk

Penyihir Yang Tinggal Di Atas Bukit



Penyihir Yang Tinggal Di Atas Bukit

0"Oh, itu benar. Di atas tebing itu terdapat rumah mewah yang ditinggali oleh Bu Morelli ," kata wanita lain yang berada di situ, bersedia memberikan informasi tambahan kepada tuan muda yang tampan ini.     

"Jadi, desas-desus itu benar. Seseorang benar-benar tinggal di sana??" Gewen pura-pura terkejut. "Bagaimana bisa ada orang tinggal di sana?"     

"Yah, Bu Morelli sudah tinggal disana selama beberapa puluh tahun. Monster-monster itu tidak pernah mengganggunya," kata Alma.     

"Benarkah? Apakah monster-monster itu tidak menyerangnya?" tanya Gewen dengan penasaran     

Dia menyipitkan matanya dan menatap gadis itu dengan curiga. "Atau...mungkin… di sana tidak ada monster sama sekali. Orang itu hanya menyebarkan desas-desus agar orang-orang tidak datang untuk mengganggunya? Aduh...Aku sia-sia dong datang kemari. Padahal aku ingin membunuh monster."     

Alma mengerutkan alisnya ketika dia mendengar perkataan Gween. Kemudian, dia menggelengkan kepalanya. "Kurasa tidak begitu. Orang-orang di sini benar-benar hilang ketika mereka memasuki hutan."     

Gadis itu melanjutkan. "Tidak ada yang pernah kembali. Pria yang dari lima tahun yang lalu juga kembali dengan beberapa luka di tubuhnya. Dia bilang dia diserang oleh monster di sana."     

"Apakah kau tahu mengapa monster-monster tidak menyerang wanita tua itu?" tanya Gewen lagi.     

Alma melihat sekeliling mereka seolah-olah untuk memastikan bahwa orang tidak akan mendengarnya ketika dia membisikkan pendapatnya kepada Gewen.     

"Kurasa dia sebenarnya adalah seorang penyihir. Dia tidak takut pada monster itu dan mereka tidak bisa menyakitinya."     

Gewen terkesan ketika mendengar jawaban Alma. Ia menatap gadis itu dengan senang. Jadi, wanita cantik ini tidak benar-benar bodoh, pikirnya.     

Mungkin, status Nyonya Morelli sebagai penyihir sebenarnya sudah menjadi rahasia umum yang diketahui oleh penduduk kota tetapi mereka tidak pernah membicarakannya.     

Sekarang, Gewen menyesal memandang rendah mereka sebelumnya, berpikir orang-orang di kota ini mungkin bodoh.     

Hm, oke. Jadi, sepertinya mereka tahu lebih banyak daripada yang mereka pikir. Ah.. Gewen senang dia datang ke kedai ini dan berbicara dengan gadis-gadis yang berada di sini!     

Dia tahu dia akan mendapatkan informasi berharga dari mereka. Dengan menggunakan pesona yang dia miliki, dia bisa membuat siapa pun berbicara. Ha.     

Gewen sudah sibuk memikirkan apa saja pekerjaan yang akan dia berikan kepada Bruinen sementara penyihir itu menjadi pelayan pribadinya selama sepuluh hari. Ini akan sangat menyenangkan!     

Tetap saja, Gewen pura-pura terkejut mendengar Alma menyebut Nyonya Morelli adalah seorang penyihir. Dia menekan bibirnya dan berpura-pura terkejut.     

"Benarkah??? Jadi, kalian punya penyihir di kota ini? Apakah dia penyihir yang baik? Atau malah sebaliknya? Dia adalah penyihir kejam dan jahat?"     

"Yah, dia tidak pernah menyakiti kita. Jadi, kami menganggapnya baik. Selama kau tidak mengganggunya atau masuk ke hutan, kau akan baik-baik saja," jelas Alma.     

"Apakah dia berinteraksi dengan orang-orang di sini?"     

"Yah, sedikit. Sepertinya dia sering bepergian. Dulu kami jarang melihatnya. Baru sekarang dia mulai menghabiskan lebih banyak waktu di Shadowend."     

"Bagaimana kau tahu dia sering bepergian?" Gewen tertarik untuk mengetahui lebih banyak. "Kau tadi bilang padaku bahwa dia tinggal di puncak tebing dan tidak ada yang bisa naik ke sana karena monster. Jadi, bagaimana kau bisa tahu bahwa dia sedang pergi?"     

"Tentu saja aku tahu karena dia selalu datang ke kota setiap hari Sabtu. Dia selalu melakukan hal itu selama tiga puluh tahun, menurut apa yang dikatakan orang tuaku. Jadi, ketika dia tidak datang ke kota pada hari Sabtu, itu artinya dia tidak ada di rumah. Tidak sulit untuk menebaknya, kamu ternyata bodoh juga ya, hehehe," Alma tertawa kecil.     

Gewen mengerucutkan bibirnya. Dia tidak suka Alma menyebutnya bodoh. Cara Alma berbicara barusan, membuat Gewen merasa seperti gadis itu berpikir dirinya benar-benar bodoh.     

Bagaimana dia bisa tahu tentang jadwal Nyonya Morelli? Dia tidak tinggal di sini dan Ellena tampaknya lupa menyebutkan informasi yang sangat penting ini.     

"Jadi... apakah kau tahu wanita tua itu berada di rumah saat ini?" Gewen bertanya lagi pada Alma. Mata-mata mereka juga telah memberikan informasi ini, tetapi mereka tidak tahu apakah Thessalis ada di rumah minggu ini, atau tidak.     

"Mengapa kau ingin tahu?"     

"Aku hanya penasaran. Sepertinya dia wanita yang sangat menarik," jawab Gewen.     

Sekarang, Alma kelihatan kesal karena Gewen tampak lebih tertarik pada wanita lain, yang lebih tua darinya. Kekesalan di wajah cantiknya sangat terlihat. Untungnya, Gewen bisa membaca wanita. Jadi, dia dengan cepat membujuk gadis itu.     

"Kenapa kau kesal? Kau terlihat jauh lebih cantik ketika kau tersenyum..." dia menyentuh dagu gadis itu dengan lembut dan menatap matanya dalam-dalam. "Tolong jangan marah."     

Dan dalam sekejap. Gadis yang kesal itu tiba-tiba tersenyum lebar. Dia menurunkan wajahnya malu-malu.     

"Ahh... jangan pedulikan aku. Aku hanya bertanya-tanya mengapa kau begitu tertarik pada wanita tua, sementara kau memiliki begitu banyak wanita muda dan cantik di sekitarmu," dia pura-pura cemberut. "Apakah kau tidak tertarik pada kami?"     

Kata-katanya didukung oleh kebanyakan gadis di sekitar Gewen. Mereka juga merasa pria tampan ini lebih peduli pada seorang wanita tua daripada dirinya. Mereka berdandan untuknya, namun, yang pria tampan itu bicarakan hanyalah penyihir itu.     

Gewen melihat sekelilingnya dan memberi mereka senyum termanisnya. Pria itu kemudian bangkit dari tempat duduknya dan mengeluarkan pedangnya.     

Dia tampak sangat seksi saat dia mengangkat pedangnya dan melihat ke langit-langit.     

"Aku di sini untuk membunuh monster. Jika dia menyimpan monster di Shadowend, aku ingin tahu bagaimana aku bisa menemukan mereka dan membunuh monster-monster itu. Sudah menjadi tugasku untuk melindungi yang lemah." kata-katanya bergema di kedai itu dan semua wanita jatuh pingsan ketika mereka mendengarnya.     

"Aku bertanya kepada kalian tentangnya karena aku membutuhkan informasi untuk membuat rencana yang tepat, bagaimana aku bisa menemukan monster-monster itu dan membunuh mereka." Dia menoleh ke arah gadis-gadis itu dengan senyum manisnya.     

Gewen menambahkan, "Aku tidak tertarik pada wanita tua itu. Aku hanya tertarik untuk mengetahui bagaimana aku bisa melindungi wanita cantik seperti kalian dari monster dan penyihir jahat."     

"Ahh... kau sangat berani!" seorang gadis berkata.     

"Kami merasa aman denganmu di sekitar sini..." kata gadis yang lain.     

Namun, Alma mengerutkan alisnya. "Tapi... monster-monster itu tidak mengganggu kita. Kenapa kau ingin membunuh mereka?"     

Dia mengakui bahwa mendengar bagaimana tuan muda yang gagah berani ini ingin melindungi wanita cantik membuatnya pingsan, tetapi dia tidak mengerti mengapa pria gagah itu perlu untuk membunuh monster-monster itu.     

Mereka baik-baik saja hidup bersama dengan Nyonya Morelli selama beberapa puluh tahun dan monster tidak pernah mengganggu mereka atau pergi ke kota dan membuat kekacauan.     

Jika Gewen pergi ke hutan angker dan mengundang masalah, bukankah itu buruk bagi Shadowend?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.