Pangeran Yang Dikutuk

Gewen Dan Pesonanya



Gewen Dan Pesonanya

0"Oh, begitu." Gewen tersenyum. "Aku menjadi bersemangat! Aku telah mengalahkan banyak monster di kampung halamanku, di Asguay. Sekarang, aku sedang mencari tantangan baru."     

Semua gadis mengeluarkan desahan uhh dan ahh ketika mereka mendengarnya.     

Mereka sangat terkesan!     

Shadowend adalah kota kecil yang sepi. Biasanya tidak ada banyak yang terjadi di kota itu. Jadi, kehadiran pria sekaliber Gewen benar-benar membuat kota ini tampak menjadi hidup dan menarik. Tidak hanya pria itu terlihat sangat tampan, tetapi dia juga kaya, ini bisa dilihat dari penampilannya dan pelayan yang dia bawa ke kedai.     

Dan barusan dia mengatakan bahwa ia telah mengalahkan banyak monster di kampung halamannya? Whoaa... sungguh laki-laki ini terlihat sangat sempurna!     

Gadis-gadis itu terkesan melihat bahwa pria yang begini tampan ternyata sangat tangguh dan jantan.     

Gewen melihat kekaguman di mata mereka dan dia hanya bisa tertawa dalam hati. Satu atau dua wanita itu terlihat cukup cantik, sisanya hanya lumayan.     

Yah, mungkin.. setelah pekerjaannya nanti selesai, dia bisa membawa dua gadis yang paling cantik di antara mereka ke tempat tidur untuk bersenang-senang.     

Mereka pasti menyukainya. Gewen bisa melihat dari cara mereka memandangnya. Ia dapat mengenali rasa lapar di mata mereka.     

Ternyata di mana-mana sama saja. Para wanita haus akan belaian dan perhatiannya.     

Ups.. seharusnya Gewen tidak memikirkan tentang seks dan bersenang-senang dulu saat ini. Sekarang dia harus fokus. Tentu saja dia tidak ingin mengambil risiko terjadi apa-apa pada hati Ellena.     

Terlebih lagi, dia tidak ingin penyihir sialan itu mencari nama selama misi ini saat Gewen lengah karena membiarkan dirinya tergoda oleh wanita-wanita cantik.     

Baiklah! Gewen akan fokus.     

"Apakah kau tahu monster macam apa yang ada di sana?" Dia memutuskan untuk menyelidiki putri walikota sehingga dia bisa mendapatkan informasi yang lebih baik.     

Jika Killian benar-benar datang menemui walikota setelah dia kembali dari rumah Thessalis Morelli lima tahun lalu, dia mungkin memberi tahu walikota monster seperti apa yang dia temui di hutan angker itu.     

Gewen menyentuh pipi gadis itu dan tersenyum seperti malaikat. Jantung gadis itu berdetak kencang dan dia hampir kehabisan nafas karena perlakuan manis dari pria itu..     

Gewen tahu kekuatan pesonanya pada wanita dan dia memanfaatkannya sepenuhnya. Jadi, dia berbicara dengan suara maskulinnya dan menanyakan nama gadis itu. "Siapa namamu, cantik? Aku yakin kita belum berkenalan lebih dalam lagi."     

Gadis itu berusaha keras untuk menyuarakan jawabannya. Dia terlalu terpikat oleh mata indah di hadapannya dan penampilan Gewen yang tampan seperti peri.     

Sementara itu, gadis-gadis lain memutar mata mereka. Seorang gadis bahkan yang menjawab pertanyaannya mewakili sang putri walikota.     

"Namanya Alma," kata gadis itu dengan ekspresi kesal.     

"Ah.. nama yang sangat indah," kata Gewen sambil tersenyum. Dia menoleh kepada gadis yang barusan berbicara dan menyentuh lengannya. "Dan kau? Siapa namamu, manis?"     

Sekarang, giliran gadis itu yang kehilangan suaranya. Dia tadi memutar matanya dengan sikap mengejek ketika melihat sikap Alma yang terpukau dan kehilangan kata-kata oleh pertanyaan sederhana Gewen yang menanyakan namanya.     

Namun, ketika tiba gilirannya sendiri, gadis itu akhirnya menyadari bahwa sebenarnya dia tidak lebih baik dari Alma.     

Dia juga kehilangan suaranya. Dan lebih buruk lagi....     

Tiba-tiba, semuanya menjadi gelap.     

"Ya Tuhan!" Gadis-gadis lain buru-buru menangkapnya sebelum ia pingsan dan menabrak lantai yang keras. Mereka menempatkannya di sofa dengan susah payah dan berdecak dengan kesal.     

Pemilik kedai hanya tertawa kecil ketika melihat pemandangan itu.     

Astaga.. jika saja ia bisa meminta laki-laki tampan ini mengunjungi kedainya setiap hari, pasti semua gadis di kota akan datang berkumpul ke sini, dan pada akhirnya, itu juga akan membuat para pria datang untuk minum dan melihat gadis-gadis itu.     

Sang pemilik kedai bertanya-tanya berapa lama Gewen akan tinggal di Shadowend. Jika Gewen bersedia memperpanjang masa tinggalnya.. maka ia akan menawarkan minuman gratis kepada Gewen selama yang dia inginkan.     

Heh, sang pemilik kedai bahkan akan memberi Gewen beberapa wanitanya juga. Tentu saja semuanya gratis untuk Gewen!     

Ah, tapi sayangnya pemuda itu tidak terlihat seperti seseorang yang membutuhkan minuman gratis.. ataupun wanita gratis.     

Sang pemilik kedai bertanya-tanya apa yang bisa dia tawarkan kepada Gewen untuk memperpanjang masa tinggalnya di Shadowed. Ahhh... kenapa sih laki-laki ini harus memiliki segalanya?     

Kalau saja Gewen itu tampan tetapi miskin, pemilik kedai dapat menawarkan uang kepadanya. Namun, dia tampak seperti berasal dari keluarga kaya. Kalau tidak salah tadi ada orang yang mengatakan dia itu seorang bangsawan dari Asguay?     

Gewen menggelengkan kepalanya dan mendecakkan lidah saat melihat gadis yang pingsan itu. Dia mengangkat bahu dan kemudian melanjutkan pertanyaannya kepada Alma. "Jadi, Alma Sayang. Apakah laki-laki itu memberi tahu ayahmu tentang adanya monster di hutan angker?"     

Akhirnya, Alma tersadar dari lamunannya. Dia mengangguk dengan malu-malu. Ahh.. ketika pria itu memanggil namanya, rasanya terdengar sangat manis di telinganya bagaikan madu.     

"Di-Dia ..." Alma menjilat bibirnya dengan gugup. "Dia bilang ada seekor hydra di tengah hutan. Dia hampir mati saat bertarung dengan monster itu."     

"Hydra! Ya ampun!" Gewen kaget mendengarnya. Dia tidak menyangka penyihir seperti Thessalis Morelli ternyata memiliki hydra yang melindungi rumahnya. Penyihir itu pasti sangat sakti. "Apakah monster itu pernah menyerang orang dari desa-desa di sekitarnya?"     

Alma menggelengkan kepalanya. "Kami tidak pernah mengganggu mereka dan tidak pernah masuk ke hutan, jadi kami aman. Monster-monster itu hanya menyerang orang yang berani masuk ke dalam hutan angker."     

"Seberapa besar monster hydra itu?" tanya Gewen lagi. Dia sangat bersemangat untuk mencari tahu tentang makhluk ini. Dia telah mendapatkan informasi tangan kedua dari orang yang benar-benar pernah memasuki hutan angker itu dan keluar hidup-hidup.     

Dia pikir Bruinen pasti tidak akan mendapatkan banyak informasi yang berguna dari pasar. Ha. Gewen menjilat bibirnya dengan puas. Akan menyenangkan kalau ia bisa memiliki penyihir sebagai pelayan selama sepuluh hari.     

Dia sungguh merasa tidak sabar!     

"A-Aku tidak yakin seberapa besar..." kata Alma dengan terbata-bata.     

"Tidak apa-apa, sayang. Baiklah, jadi ada hydra di hutan. Ada lagi yang lain?"     

"Oh, sebentar. Dia juga menyebutkan ada beberapa elang merah darah," lanjut Alma. "Ada elang besar yang terbang di atas hutan dan tebing. Warnanya merah, seperti darah. Itulah sebabnya orang-orang menyebut mereka elang merah darah. Mereka akan menyerang siapa pun yang mencoba naik ke tebing."     

"Apakah ada lagi?" tanya Gewen kepada Alma.     

Gadis itu mengerutkan alisnya, mencoba mengingat sesuatu, tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingat apakah ada lagi yang lain."     

"Jadi.. hanya ada satu hydra dan beberapa burung. Cuma itu, ya," gumam Gewen pada dirinya sendiri.     

Mulut Alma dan gadis-gadis lainnya ternganga ketika mereka mendengar pria itu bergumam pada dirinya sendiri dengan santai.     

HANYA ada satu hydra dan beberapa burung?     

HANYA ADA SATU HYDRA DAN BEBERAPA BURUNG, katanya?     

Apakah dia tidak takut pada monster-monster itu?     

Kekaguman mereka kepada Gewen kini menjadi berlipat ganda. Wahh.. laki-laki ini sungguh sangat keren dan jantan! Terlepas dari penampilannya yang tampan, dia sangat mengesankan dan berani!     

"Hmm..." Gewen mengangguk. Dia memikirkan kata-kata Alma dan membandingkan jumlah monster yang ada dan kekuatan kelompok mereka saat ini.     

Gewen percaya Mars pasti akan bisa membunuh hydra, lalu Gewen sendiri bisa menangani para elang itu. Sisanya akan ditangani oleh anak buah mereka. Elmer bisa menyelamatkan hati Ellena dan kemudian berurusan dengan Thessalis Morelli.     

Ini cukup bagus.     

Gewen mengusap dagunya. "Ngomong-ngomong, aku tadi mendengar dari pemilik penginapan bahwa ada orang yang tinggal di sana, di atas tebing. Apakah itu benar? Bukankah tempat itu dikelilingi oleh hutan angker?"     

Gewen bertanya-tanya mengapa Ellena mengatakan bahwa penduduk kota tidak tahu bahwa Nyonya Morelli adalah seorang penyihir.     

Thessalis Morelli tinggal di sebuah rumah besar yang dikelilingi oleh hutan angker yang merupakan rumah bagi beberapa monster. Bukankah mencurigakan bahwa seorang wanita bisa tinggal di sana selama beberapa puluh tahun dan monster-monster itu tampaknya tidak mengganggunya?     

Atau, apakah penduduk kota ini memang bodoh dan tidak menyadari kenyataan yang sesungguhnya?     

Gadis itu mengangguk. "Ya, itu benar. Ada memang ada orang yang tinggal di sana."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.