Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Merasa Putus Asa



Emmelyn Merasa Putus Asa

0Jika Lily tidak ingin datang menemuinya atau ia tidak bisa membantunya... Emmelyn tidak akan memaksa Lily. Bagaimana jika hal itu justru akan memberikan masalah untuk keluarga Greenan juga?     

Tidak. Emmelyn tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi kepada Lily dan keluarganya. Ia terlalu baik dan ia memiliki tiga anak kecil yang harus ia besarkan. Jika Lily sampai meninggal, ketiga anak laki-laki itu akan tumbuh tanpa ibu mereka.     

Dan lebih buruk lagi, seluruh keluarganya mungkin akan mendapatkan nasib buruk dan musnah, seperti keluarga Emmelyn sendiri di Wintermere.     

Tidak.. tidak... ia tidak akan pernah bisa hidup dengan tenang jika sesuatu yang buruk terjadi kepada keluarga itu. Sudah sangat banyak pertumpahan darah yang terjadi karenanya. Ia harus menemukan keluarga Leoralei dan membuat mereka mengangkat kutukan ini... apa pun yang terjadi.     

Emmelyn menyeka air matanya dan mencoba menguatkan dirinya. Ia pasti bisa melewati ujian berat ini. Ia harus menemukan jalan.     

Seolah memberikan dukungan kepada ibunya, tiba-tiba bayi Harlow menendang perut Emmelyn dengan sangat keras.     

"Aahh..." Emmelyn sangat terkejut sehingga ia terhuyung-huyung dan harus bersandar di dinding. "Astaga... Harlow.. apa kau baik-baik saja? Akhir-akhir ini kau sangat pendiam."     

Air mata Emmelyn menetes lagi saat ia mengusap perutnya. Ia merasa tersentuh karena ia masih memiliki seseorang di sisinya selama dirinya melewati titik terendah dalam hidupnya.     

Ia malu kepada dirinya sendiri karena begitu lemah. Ia mengeluh tentang hidupnya yang menyedihkan dan berpikir bahwa apa yang terjadi kepadanya sungguh tidak adil. Bahkan jika kutukan itu memang benar, ia seharusnya tidak fokus pada penderitaannya, ia seharusnya segera mencari solusinya.     

Emmelyn teringat ketika ia kembali ke Wintermere dan berduka atas kematian keluarganya, saat itu ia berhasil bangkit dengan begitu cepat dan bahkan merencanakan balas dendam kepada musuhnya.     

Jika ia bisa bangkit di saat ia sudah tidak punya apa pun untuk diharapkan, bukankah ia seharusnya bisa kembali bangkit ketika harapannya jauh lebih besar sekarang?     

"Astaga... apa yang harus aku lakukan?" Emmelyn menekan dadanya dan ia melihat ke luar jendela dengan mata basah. Ia merasa sangat putus asa.     

***     

TOK     

TOK     

Emmelyn tersentak bangun saat mendengar suara ketukan. Tidak satu pun pengunjung diizinkan melihat Emmelyn kecuali Tuan Vitas dan tabib tua itu belum kembali setelah kunjungan terakhirnya tiga hari yang lalu. Emmelyn melihat ke pintu dengan penuh antisipasi untuk melihat siapa yang datang menemuinya.     

"Selamat malam, Yang Mulia." Seorang pelayan masuk dengan nampan makanan di tangannya. "Tuan Vitas memintamu untuk meminum ramuan ini agar kau bisa tidur lebih nyenyak."     

Mata Emmelyn melebar dan ia hampir terkesiap saat menyadari siapa yang baru saja datang. Namun, pelayan itu dengan cepat membuat tanda dengan matanya untuk menghentikan reaksi Emmelyn.     

"T-terima kasih..." kata Emmelyn dengan gagap. Ia berjalan ke tempat tidurnya untuk duduk, tetapi tiba-tiba ia berpura-pura terhuyung-huyung dan kehilangan keseimbangan.     

Pelayan itu menjerit dan dengan cepat menangkap tubuh Emmelyn dan memeluknya agar tubuhnya tidak menabrak tempat tidur.     

"Yang Mulia pingsan! Tolong bawa tabib kerajaan ke sini!!" Pelayan itu memegang tubuh Emmelyn dan menariknya ke tempat tidur. Kemudian, ia berteriak kepada penjaga di luar untuk meminta bantuan. "Cepatlah! Aku akan merawatnya tapi kita membutuhkan tabib sekarang."     

Kedua penjaga itu saling bertukar pandang. Seseorang memberi isyarat kepada temannya untuk tetap menjaga Menara Abu, sementara ia pergi menemui tabib kerajaan.     

"Tunggu di sini! Aku akan segera kembali! Awasi mereka!"     

"Baik," jawab temannya. Ia menutup pintu dan menguncinya dari luar lagi untuk berjaga-jaga. Dari lubang kecil di pintu, ia berteriak kepada pelayan untuk tetap di sana sementara mereka memanggil Tuan Vitas. "Tunggu saja di sana. Kami akan segera memanggil tabib."     

"Baik..." Pelayan itu tampak khawatir tetapi ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia membantu Emmelyn duduk di tempat tidur dan menuangkan teh untuknya ke dalam cangkir. "Nona, minumlah teh ini untuk membuatmu merasa lebih baik."     

Emmelyn mengambil cangkir dari tangan pelayan itu dan berbisik. "Terima kasih, Lily..."     

Lily Greenan, yang menyamar sebagai pelayan, tersenyum dan menepuk punggungnya. "Maaf aku tidak datang lebih cepat."     

"Ya Tuhan... Lily! Aku sangat senang kau datang..." hanya itu yang bisa Emmelyn bisikkan kepada Lily yang datang menemuinya. Ia merasa sangat tersentuh karena Lily berusaha keras untuk memastikan mereka berdua bisa bertemu dengan menyamar sebagai pelayan.     

"Maaf, aku tidak bisa datang lebih cepat. Di luar sedang kacau. Aku rasa raja sudah tidak waras lagi..." kata Lily dengan suara serak. Emmelyn sekarang bisa melihat ekspresi putus asanya.     

Ini pasti berat bagi Lily juga karena ia dan keluarganya datang ke ibu kota untuk mengunjungi Emmelyn atas undangan ratu. Dan ketika mereka pergi ke rumah orang tua Athos, tiba-tiba ratu terbunuh.     

"Aku tidak membunuh Ibu Suri," Emmelyn terisak nyaris tanpa suara. Ia tidak ingin para penjaga di luar mendengar apa yang mereka bicarakan. Bukan hal yang tidak normal bagi seorang pelayan untuk berbicara dengan bangsawan.     

Jika para penjaga sampai mendengar Emmelyn berbicara dengan seorang pelayan, mereka mungkin curiga pelayan itu bukanlah pelayan kerajaan yang sesungguhnya.     

"Aku juga tidak percaya dengan tuduhan itu, kau tidak mungkin melakukannya," balas Lily kemudian. Ekspresinya berubah suram. "Aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri seberapa dekat kalian berdua. Kurasa hanya mereka yang tidak mengenal kalian secara pribadi, atau tidak pernah melihat kalian berdua bersama yang akan percaya omong kosong itu."     

Emmelyn menggigit bibirnya. "Tapi raja percaya bahwa akulah pembunuhnya. Kalau tidak, ia tidak akan mengurungku di sini."     

Lili menghela napas panjang. "Aku tidak tahu tentang itu...."     

"Apa maksudmu?" Emmelyn bertanya kepadanya. Ia tidak mengerti apa yang Lily coba katakan. "Apakah menurutmu raja percaya bahwa aku tidak bersalah?"     

Lili menggelengkan kepalanya lagi. Ia tampak putus asa dan lelah. "Aku tidak yakin bagaimana mengatakannya. Tapi, seperti yang aku katakan... raja sudah gila. Ia tidak mau menjawab pertanyaan apa pun. Ia menolak untuk makan atau meninggalkan sisi ratu. Saat ini, ibu kota dikendalikan oleh Duke Preston yang menggantikan raja. Aku benar-benar berharap putra mahkota ada di sini untuk mengambil alih."     

"Oh..." Emmelyn menekan bibirnya karena terkejut. Ia tahu betapa Raja Jared mencintai istrinya, tetapi ia tidak menyangka raja akan berubah seperti ini ketika Ratu Elara meninggal. "Ia... ia sudah menjadi gila?"     

"Orang-orang mencoba menjauh darinya sekarang. Orang terakhir yang mencoba menanyakan sesuatu kepadanya dipenggal di tempat."     

"Oh benarkah itu? Ini sangat buruk...." Emmelyn bergidik membayangkan Raja Jared memerintahkan kepalanya dipenggal jika ia mencoba datang kepadanya dan membela diri dengan mengatakan ia tidak bersalah dan Ellena adalah orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan ratu.     

Raja Jared sudah tidak menyukai Emmelyn bahkan ketika ia masih bisa berpikir normal. Apa yang akan ia lakukan kepadanya setelah ia menjadi gila seperti sekarang?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.