Pangeran Yang Dikutuk

Mengalahkan Monster Hydra



Mengalahkan Monster Hydra

0Setelah Snow mendekati hydra itu, Mars mengayunkan pedang panjangnya dan memotong kepala yang paling dekat dengannya. Kepala itu jatuh dan darah segera menyembur dari lehernya. Itu adalah potongan yang bersih.     

"SEKARANG! Gewen sekarang!!" Ia berteriak memberi petunjuk kepada temannya.     

Mars mundur dan memberi jalan kepada Gewen yang segera menebas kepala mayat elang merah darah itu dengan pedangnya dan berlari ke arah hydra yang sedang marah dan menggeram dengan kuat.     

Gewen mengayunkan tongkat kayu itu ke arah sang monster hydra dan memastikan darah elang merah darah mengolesi leher hydra yang kepalanya telah terpotong itu sebelum ia dengan cepat bergerak mundur juga.     

"Berhasil!" Gewen berseru ketika ia melihat hydra itu menggeliat kesakitan dan enam kepala lainnya meraung marah.     

Leher yang terkena percikan darah elang merah itu tampak mengeluarkan asap dan perlahan meleleh seperti dibakar oleh asam yang sangat kuat.     

"Potong kepalanya lagi!" seru Gewen bersemangat. "Masih ada enam lagi!"     

Mars mengangguk. Ia memacu kudanya dan mengitari monster itu beberapa kali, membuat hydra terlihat bingung dan pusing. Setiap kali Mars bergerak, enam kepala yang tersisa mengikuti gerakannya.     

Kemudian ia berbalik dan bergerak, berpura-pura menyerang jantung hydra itu.     

Makhluk itu akan mengikuti gerakannya ke kiri, atau ke kanan. Tidak lama kemudian, enam leher dan kepala itu terjerat satu sama lain dan tidak bisa bergerak.     

Gewen menatap kagum pada kecerdasan dan kehebatan sahabatnya itu. Namun, kekagumannya tidak berlangsung dengan lama. Ia menyadari bahwa ia juga harus melakukan bagiannya.     

Jadi, Gewen menjaga jarak dan bersiap agar bisa segera mengoleskan darah elang merah pada hydra itu setelah Mars menebas kepala monster itu satu per satu.     

SWOOSH!     

SWOOSH!     

Setelah leher dan kepala enam hydra itu terjerat, sekarang mudah bagi Mars untuk menghabisi monster itu. Ia melompat tinggi dan menebas kepala pertama, yang langsung berguling ke tanah.     

Setelah mendarat, Mars segera berbalik dan menebas kepala yang kedua. Hydra itu sangat marah dan mencoba melepaskan lehernya yang terjerat sehingga bisa membalas serangan pangeran itu.     

Namun, Gewen sudah bergerak sangat cepat. Ia melompat dengan cepat dan mengoleskan darah elang merah pada dua leher yang baru saja ditebas oleh Mars.     

Kedua leher itu segera berasap dan perlahan terkorosi. Darah dan daging yang terkorosi itu bercampur menjadi satu membuat pemandangan yang sangat mengerikan.     

Sekarang, hydra itu sangat kesakitan dan tidak bisa lagi memusatkan perhatiannya untuk menyerang musuh yang berada di depannya. Mars menyerang lagi dengan tebasan pedangnya dan memenggal kepala yang tersisa.     

Gewen juga melakukan pekerjaannya dengan baik. Dengan cepat dan gesit ia menutup kemungkinan kepala hydra itu untuk bisa tumbuh kembali.     

Dan akhirnya... monster besar itu jatuh dengan keras ke tanah, dikelilingi oleh genangan darahnya sendiri.     

Setelah semua kepalanya dipenggal dan lehernya dilumuri darah elang merah dan perlahan meleleh, hydra itu akhirnya pingsan dan mati.     

Gewen dan Mars menarik nafas setelah pertarungan yang panjang dan intens itu akhirnya berakhir. Mereka berdua turun dari kuda dan duduk di tanah, mencoba menenangkan diri dan beristirahat.     

Gewen dan Mars terlihat kelelahan, dibuktikan dari keringat yang membasahi wajah tampan keduanya.     

"Kau tahu bahwa kepalanya bisa tumbuh kembali?" Mars bertanya pada Gewen setelah ia bisa mengatur nafasnya yang terengah-engah.     

Temannya mengangguk. "Ya... Elmer memberitahuku..."     

"Apa?" Mars mengerutkan kening. "Kenapa ia tidak memberitahuku?"     

Gewen, yang masih terengah-engah, melambaikan tangannya dan menjawab, "Ia baru ingat setelah kami keluar dari hutan. Ia bilang itu hanya desas-desus yang ia dengar. Ia tidak yakin apakah monster hydra itu benar-benar bisa menumbuhkan kembali kepalanya setelah dipotong."     

Ia melanjutkan kata-katanya, "Belum ada satu orang pun yang ia kenal yang pernah bertemu dengan monster hydra secara langsung."     

"Oh ... pantas saja," kata Mars. Ia juga belum pernah mendengar bahwa kepala monster hydra bisa tumbuh kembali setelah dipotong… apalagi kepalanya akan bertumbuh dua sekaligus.     

Secara alami, hal ini tidak diketahui banyak orang. Rupanya, sangat sedikit orang yang pernah bertemu monster ini secara langsung dan masih hidup untuk menceritakan apa yang mereka lihat.     

"Jadi Elmer menyuruhmu menggunakan darah elang merah?" Mars bertanya lagi.     

Sekarang semuanya tampak masuk akal. Ia tahu bahwa Gewen tidak mungkin memikirkan taktik brilian seperti yang ia lakukan barusan. Rupanya, Elmer yang memberitahunya.     

Gewen mengangguk. "Ya. Untungnya aku datang dan membawa mayat elang merah ini. Rupanya, desas-desus yang beredar itu benar."     

"Terima kasih," kata Mars. Ia memejamkan mata dan menarik nafas dengan panjang.     

Pertarungan tadi cukup melelahkan. Ia bersyukur bahwa Gewen telah membantunya. Jika hydra adalah monster biasa, Mars yakin ia akan bisa mengalahkannya dalam pertarungan.     

Namun, dengan kepala hydra yang terus tumbuh kembali setelah dipotong… Mars tidak yakin ia akan mampu bertahan jika pertempuran berlanjut dalam keadaan seperti itu, apalagi membunuh monster itu.     

Setelah Mars dan Gewen beristirahat sejenak, kedua laki-laki tampan itu kembali berdiri dan menatap mayat monster hydra yang berada tak jauh dari mereka.     

Sebuah senyuman puas terukir di wajah kedua laki-laki tampan itu. Ia merasa bangga bisa mengalahkan monster hydra tersebut, sebelum akhirnya menghampiri kembali kuda mereka dan memacunya menuju mansion sang penyihir.     

Begitu mereka keluar dari hutan angker itu, perasaan lega memenuhi dada mereka. Mereka menghirup udara segar dalam-dalam dan menatap langit biru yang cerah.     

Akhirnya, mereka telah melewati bagian tersulit dari misi ini. Sekarang, mereka hanya perlu bertemu Elmer di rumah mewah itu dan kemudian menunggu penyihir itu kembali pulang. Dan akhirnya.. pertunjukan dimulai.     

"Sepertinya orang-orang kita telah berhasil membunuh semua elang merah darah," komentar Gewen saat mereka melewati tempat ia meninggalkan pemanahnya untuk menangani elang merah darah itu.     

Mars mengangguk. Ia melihat lebih dari setengah lusin mayat elang merah darah tersebar di sekitar mereka. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan memberikan penghargaan kepada orang-orangnya atas keberanian mereka setelah misi ini dengan beberapa koin emas.     

Ah, ia juga perlu mengunjungi keluarga dari laki-laki yang telah meninggal lebih awal setelah diserang oleh elang merah darah.     

Ksatria itu telah melakukan pelayanan yang besar kepada pangeran dan kerajaan ini dan keluarganya akan diurus dengan baik.     

"Ayo kita naik," kata Mars kepada Gewen dan ksatria lainnya. "Kuharap Bruinen dan yang lainnya juga sudah pergi ke sana."     

Mereka memacu kuda mereka untuk mendaki bukit untuk sampai ke rumah sang penyihir. Sekarang matahari sudah tinggi di langit.     

Karena sudah lama berada di hutan angker, Mars tidak menyadari bahwa beberapa jam telah berlalu sejak mereka pertama kali memasuki hutan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.