Pangeran Yang Dikutuk

Gewen Sangat Senang



Gewen Sangat Senang

0Bertentangan dengan asumsi Gewen. Alma sama sekali tidak bodoh. Dia memang terpikat oleh ketampanan pria ini, tetapi ayahnya adalah walikota dan dia telah mengajarkan beberapa hal kepadanya.     

Misalnya, dalam hidup bersama sebagai masyarakat kau harus menghormati tetanggamu.     

Nyonya Morelli tidak pernah mengganggu mereka. Jadi, mengapa Gewen ingin datang ke rumahnya dan mencari masalah?     

Gewen akhirnya menyadari bahwa Alma lebih pintar dari teman-temannya. Pria itu terkesan. Gewen memutuskan untuk menyimpan pedangnya dan menuangkan lebih banyak anggur untuk dirinya sendiri.     

"Sayang, kau belum melihat dunia, jadi kau agak naif," katanya kepada wanita muda itu. "Hanya karena monster tidak mengganggumu di sini, itu tidak berarti mereka baik. Bagaimana menurutmu mereka bisa tetap hidup selama beberapa puluh tahun?"     

Ia melanjutkan kata-katanya, "Hydra harus memakan manusia setiap sebulan sekali, dan aku tidak yakin apa yang dimakan elang-elang itu, tapi kurasa itu bukan rumput. Jadi, kupikir, mereka pasti diberi makan manusia atau hewan dari kota lain."     

Para wanita terkesiap serempak ketika mereka mendengarnya.     

Gewen tersenyum menyeringai dan kembali melanjutkan kata-katanya. "Pernahkah kau mendengar pepatah 'jangan buang air besar di halaman belakang rumah kau sendiri'?"     

Gadis-gadis itu menggeleng.     

"Tentu saja, monster-monster itu tidak akan melakukan apa pun di sini. Kota ini akan menjadi kota hantu dalam waktu singkat jika mereka melakukannya."     

"Tapi bukan berarti kalian akan aman di sini selamanya. Bayangkan apa jadinya jika suatu saat monster-monster itu kehabisan sumber makanan atau mereka tidak bisa pergi berburu ke tempat lain? Mereka AKAN mencari makanan di halaman belakang rumah mereka sendiri. Monster-monster itu KEJAM DAN JAHAT."     

Seorang wanita bahkan sampai pingsan saat membayangkan seekor hydra memakan manusia. Sementara wanita lainnya berteriak dengan panik. Astaga.. mereka tidak pernah memikirkan hal itu sebelumnya.     

Bagaimana bisa mereka tidak menyadari hal ini???     

Laki-laki tampan ini benar!     

Hanya karena monster-monster itu tidak atau belum mengganggu mereka, itu tidak berarti mereka bisa bersikap tenang. Bagaimana jika selanjutnya giliran mereka untuk dimakan oleh monster-monster itu?     

Siapa yang akan menyelamatkan mereka ketika giliran mereka untuk dimakan oleh monster hydra di masa depan? Di kota ini tidak ada ksatria, hanya ada pedagang, petani, dan beberapa cendekiawan.     

Mereka mungkin bisa melaporkannya ke ibu kota dan pemerintah Wintermere akan mengirim pasukan untuk membantu mereka. Tetapi pada saat pasukan bantuan itu datang, bayangkan berapa banyak orang yang telah dimakan oleh monster-monster mengerikan itu?     

Ini menakutkan! Sangat menakutkan!     

Gewen puas ketika melihat dampak kata-katanya pada wanita-wanita itu. Mereka gemetar ketakutan.     

Ahh.. seharusnya aku menjadi politisi, pikir Gewen. Ia sangat berbakat dengan kata-katanya.     

"Aku ada di sini untuk membantu kalian," Gewen melanjutkan kata-katanya. "Sebagai seorang ksatria, sudah menjadi tugasku untuk melindungi yang lemah dan menghancurkan kejahatan.     

"Aku melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk mencari orang-orang yang membutuhkan bantuanku. Aku membunuh monster, melawan bajak laut dan penjahat lainnya, dan membebaskan mereka yang ditawan secara tidak adil."     

Semua gadis merasa lutut mereka menjadi lemah ketika mendengar kata-kata dari Gewen. Oh.. laki-laki tampan ini sangat gagah dan jantan...     

Mereka semua ingin melemparkan diri ke arahnya. Di mana laki-laki tampan itu akan menginap malam ini? Apakah ia perlu tempat tidurnya dihangatkan agar ia bisa bangun dengan segar untuk membunuh monster-monster itu?     

Mereka semua bertanya-tanya hal yang sama.     

"Oh.. terima kasih banyak atas bantuanmu," sembur seorang wanita. Wajahnya terlihat kagum. Dia mendekati Gewen dan menempel padanya, tampak ketakutan. "Tolong, tolong bunuh monster itu untuk kami. Kami sangat takut."     

Gewen mengusap rambut wanita itu dengan lembut dan mengangguk dengan serius. "Untuk itulah aku berada di sini. Sekarang, agar aku dapat melakukan pekerjaanku dengan baik, untuk membunuh monster dan memastikan mereka tidak akan pernah menyakitimu, aku perlu mendapatkan lebih banyak informasi."     

"Ya, ya.. katakan pada kami apa yang perlu kau ketahui?" Jawab wanita itu dengan bersemangat. "Bahkan jika kami tidak tahu jawabannya, kami akan mencari tahu untukmu."     

Gewen tersenyum dan mengangguk senang. "Bagus. Sekarang, aku hanya perlu tahu apakah penyihir itu, ehm, maksudku, Bu Morelli ada di rumah atau beliau sedang pergi lagi."     

Seorang wanita mengangkat tangannya dan berkata, "Dia ada di rumah. Ayahku menerima perintah darinya untuk membawakan bahan makanan besok."     

Alma menjelaskan, "Sudah kubilang ia selalu datang ke kota pada hari Sabtu. Dia akan mengambil bahan makanan dan keperluan yang lain bersama dengan pelayannya. Jika ia tidak datang ke kota, itu berarti ia sedang pergi."     

"Ah, begitu, aku mengerti." Gewen mengangguk mengerti.     

Ini bagus, pikirnya. Selama mereka bisa memastikan Thessalis meninggalkan rumahnya untuk mengambil barang belanjaannya di kota, beberapa dari mereka bisa menyelinap ke rumah mewah penyihir sialan itu dan mendapatkan hati Ellena.     

Begitu mereka bisa mengamankan hatinya, mereka bisa menghadapi penyihir itu secara langsung. Ia yakin Mars tidak akan membiarkan penyihir itu hidup untuk melihat hari lain.     

Jadi, itu akan menjadi pertempuran hidup atau mati, yang ia yakini akan dimenangkan dengan mudah oleh Mars dan Elmer.     

"Jam berapa bu Thessalis biasanya datang ke kota?" tanya Gewen lagi. Dia perlu memastikannya.     

"Sekitar jam sepuluh pagi," jawab Alma.     

"Uhh.. pagi sekali," keluh Gewen. Dia menenggak anggurnya dan memutuskan bahwa ia sudah memiliki informasi yang cukup. Akan lebih baik jika ia kembali sekarang dan membagikan apa yang dia ketahui dengan anggota timnya. Mereka tidak punya banyak waktu karena besok adalah hari Sabtu.     

Mereka harus bersiap-siap sejak subuh untuk besok pagi. Jika tidak, mereka mungkin harus menunggu seminggu lagi untuk mendapatkan kesempatan ini.     

"Gadis-gadis cantik, terima kasih banyak atas bantuan kalian yang berharga. Aku sangat senang bertemu dengan kalian semua," Gewen bangkit dan bersiap untuk pergi.     

"Tolong jangan beri tahu siapapun tentang misiku, jadi aku bisa berhasil. Setelah aku menyelesaikan misiku, aku akan kembali ke sini dan menunjukkan rasa terima kasihku."     

Dia meraih tangan gadis-gadis itu satu per satu dan mencium mereka, seperti seorang ksatria sejati yang meninggalkan istrinya sebelum ia pergi berperang.     

Tidak ada yang bisa mengatakan sepatah kata pun. Gadis-gadis itu linglung dan tidak bisa bereaksi tepat waktu. Gewen melemparkan koin emas ke pemilik kedai yang ditangkap laki-laki itu dengan susah payah.     

"Aku akan membayarkan semua minumannya," kata Gewen sambil tersenyum.     

"Terima kasih, Tuan!"     

Sang pemilik kedai itu hanya bisa mengangguk, tampak terkesan oleh tuan muda yang tampan dan kaya yang telah memberkati kedainya dengan kehadirannya hari ini.     

Begitu Gewen hilang dari pandangan, para wanita itu akhirnya sadar dari lamunan mereka. Mereka semua menjerit dan berbicara tentang laki-laki tampan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.