Pangeran Yang Dikutuk

Melawan Hydra (2)



Melawan Hydra (2)

0Rumah mewah itu tampak suram dan angker bahkan di siang hari, jadi ia bisa membayangkan bagaimana keadaannya di malam hari.     

"Apakah kau tahu bagaimana menemukan hati Elena?" Gewen bertanya pada Elmer untuk memastikan. Ia melihat sekeliling dan memberi isyarat kepada kelima pemanah untuk berhati-hati saat mereka mencoba menembak jatuh elang lainnya.     

"Ya, aku akan menggunakan sihir untuk memindahkan hati Nona Ellena. Aku yakin penyihir itu pasti menyimpannya di dalam kotak khusus. Aku dapat menemukannya begitu aku berada di dalam rumah mewah itu," Elmer menjelaskan. "Kurasa aku bisa mengambilnya dari sini. Sebaiknya kau kembali dan membantu pangeran."     

Gewen mengangguk setuju. "Itu juga rencanaku."     

Elmer menunjuk elang-elang yang mati dan menyarankan Gewen untuk membawa mereka. "Aku sendiri belum pernah bertemu monster hydra sebelumnya, tetapi aku mendengar desas-desus bahwa kepalanya dapat tumbuh kembali."     

Ia melanjutkan kata-katanya, "Jadi, Pangeran Mars mungkin membutuhkan bantuanmu untuk menangani kepala yang tumbuh. Aku menyarankan kau ,untuk berjaga-jaga, membawa elang-elang dan menggunakan darah mereka. karena darah elang-elang itu bersifat asam untuk menghentikan hydra menumbuhkan kembali kepalanya."     

"Apa??" mata Gewen melotot saat mendengar kata-kata Elmer. "Monster hydra dapat menumbuhkan kembali kepalanya???"     

"Itu hanya desas-desus yang kudengar. Tak seorang pun yang aku kenal pernah bertemu monster hydra secara langsung, jadi kau tidak akan pernah tahu apakah desas-desus yang tersebar adalah benar atau tidak," kata Elmer.     

"Aku mengerti!"     

"Kalau begitu, aku akan pergi sekarang. Aku akan menunggu kalian semua di rumah mewah milik penyihir itu dan kita bisa bertemu penyihir itu bersama-sama."     

Setelah mengatakan itu, Elmer menepuk leher kudanya dan kudanya itu segera berlari ke depan dan mendaki bukit untuk pergi ke rumah mewah berwarna abu-abu itu.     

Sementara itu, Gewen menyaksikan anak buahnya melawan enam elang yang tersisa. Dua mengeluarkan pedang mereka dan melindungi tiga lainnya yang menembakkan panah ke elang-elang itu.     

Gewen mengangkat busurnya dan membantu mereka menembak seekor elang merah darah dari posisinya berada.     

Satu elang kembali terjatuh.     

Ia menembak lagi. Elang kedua kembali terjatuh. Sekarang, karena hanya ada empat elang yang tersisa, ia merasa tidak apa-apa meninggalkan anak buahnya di sini untuk mengurus sisanya dan kembali untuk membantu Mars.     

Pemuda tampan itu lalu turun dari kudanya dan pergi untuk mengambil mayat elang-elang yang berada di atas tanah.     

Ketika ia mencapai elang merah darah yang telah mati, Gewen mengeluarkan pedangnya dan menusuknya untuk memastikan monster itu benar-benar mati. Elang itu tidak bergerak.     

"Bagus," ia menghela nafas. Gewen tidak berani menyentuh luka dari mayat elang itu. Ia khawatir darah elang itu akan melelehkan kulitnya seperti yang terjadi pada ksatria yang diserang oleh elang itu sebelumnya.     

Ia melihat ke arah sekeliling dan menemukan cabang pohon panjang di atas tanah yang berada tak jauh darinya.     

Gewen pergi mengambil cabang pohon panjang itu lalu mendekat kembali ke arah kudanya untuk mengambil seutas tali dari tas yang berada di punggung kudanya dan mengikat mayat elang dengan itu ke cabang pohon panjang itu. Sekarang, ia siap untuk kembali.     

"Salah satu dari kalian nyalakan obor agar kita bisa kembali ke dalam hutan," katanya kepada salah satu pemanah.     

Seorang laki-laki kekar mengangkat tangannya untuk memberi tanda bahwa ia yang akan melakukan pekerjaan itu.     

Pria itu turun dari kudanya dan menggunakan batu api untuk menyalakan api di obor yang diambilnya dari punggung kudanya.     

"Hanya tersisa empat elang sekarang. Bisakah kalian semua menangani mereka?" teriak Gewen kepada anak buahnya.     

Dua orang di antara mereka sedang sibuk melawan empat elang yang berlari ke arah mereka dan mencoba menyerang, sementara dua pemanah lainnya berkonsentrasi untuk menembak jatuh elang-elang itu.     

"Kami bisa menangani ini, Tuanku!" salah satu pemanah menjawab.     

"Bagus! Setelah kalian selesai, pergi ke rumah mewah itu dan tunggu kami di sana!"     

Setelah meneriakkan perintahnya, Gewen memacu kudanya untuk kembali ke dalam hutan angker. Pemanah kelima yang memegang obor berkuda di depannya untuk menunjukkan jalan.     

Gewen mendongak dan menyerap keindahan langit yang cerah, dan menghela nafas sebelum memasuki hutan angker itu kembali.     

Ia membawa elang-elang yang telah mati itu di cabang pohon panjang tadi dan mengikuti pemanahnya untuk menemukan Mars.     

***     

Sementara itu, Mars telah melawan monster hydra itu selama satu jam dan ia mulai merasa putus asa. Ia tidak tahu bahwa hydra itu bisa menumbuhkan kepalanya lagi setelah dipotong. Seandainya ia tahu itu, ia tidak akan memilih untuk menyerang kepala sejak awal.     

Sekarang, hydra itu tidak memiliki lima, tetapi tujuh kepala! Dua ekstra lainnya tumbuh setelah Mars secara tidak sengaja memotong kepala lain ketika ia mencoba menusuk hydra itu di jantung.     

"Sial!" Ia hanya bisa menggeram dengan frustasi.     

Untungnya, ketika Mars mengira ia berada di jalan buntu dan akan segera kalah, bantuan akhirnya datang.     

"Hei!!! Awas! Kepala hydra itu bisa tumbuh kembali!" suara Gewen terdengar dan tak lama kemudian Mars bisa melihat temannya yang berada di atas kuda sedang berlari mendekat ke arahnya dari barat.     

Laki-laki itu datang bersama dengan seorang ksatria yang memegang obor untuk menerangi jalan.     

Mars dengan cepat mundur menjauh dari hydra itu dan memacu kudanya untuk mendekati Gewen. Ketika melihat musuhnya itu mundur, hydra itu mendesis dan merayap mengejarnya.     

"Awas! Hydra itu mengejar di belakangmu!" teriak Gewen kepada temannya. "Kau bisa memotong kepala hydra itu, aku akan menuangkan darah elang merah darah di leher yang kepalanya telah terpotong untuk menghentikan hydra itu menumbuhkan kembali kepala yang baru."     

Tepat pada saat itu, Mars melihat ada mayat elang merah darah yang terikat pada tongkat yang terlihat seperti cabang pohon di tangan Gewen. Dadanya langsung terasa ringan. Itu ide yang sangat bagus!     

Ia ingat bagaimana prajuritnya, yang matanya telah dicabut oleh elang merah darah sebelumnya, menderita kondisi seperti ia diserang oleh asam sulfat yang sangat kuat.     

Rongga matanya dan kemudian seluruh wajahnya terbakar sangat parah dan terkorosi dengan kecepatan tinggi. Mars harus membunuh orang itu karena belas kasihan, untuk mengakhiri penderitaannya.     

Ia memandang Gewen dengan apresiasi yang baru ditemukan. Sang pangeran tidak tahu temannya ini bisa datang dengan ide yang brilian.     

Apakah Gewen lebih pintar dari kelihatannya? Di mana ia menyembunyikan kepintarannya selama bertahun-tahun ini?     

SWOOSH!     

Mars membalikkan kudanya dan segera menyerang hydra yang mendekat ke arahnya. Sekarang Gewen telah memberi tahu Mars rencananya untuk menghentikan kepala monster itu tumbuh kembali, sang pangeran merasa yakin ia bisa mengalahkan hydra itu dengan memotong semua kepala monster itu, satu per satu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.