Pangeran Yang Dikutuk

Hukuman Untuk Roshan (1)



Hukuman Untuk Roshan (1)

0Cih, ia tidak punya waktu untuk orang-orang bodoh ini. Ia akan segera keluar dari sini dan hidup seperti seorang bangsawan dengan emas yang telah ia kumpulkan selama ini. Ia harus berkemas dengan cepat dan pergi.     

"Tuan, apakah Anda sudah bertemu dengan penjual kayu bakar? Sebelumnya dia datang ke sini untuk menemui Anda untuk meminta pembayaran, tetapi saya bilang kepadanya bahwa Anda pergi ke hutan, dan dia bilang akan pergi ke sana dan menemui Anda secara langsung."     

Seorang pelayan menundukkan kepalanya sedikit untuk menunjukkan rasa hormat kepada kepala pelayan begitu melihat Roshan keluar dari kamarnya dengan tas kain besar di bahunya.     

Roshan mengernyitkan alisnya. Ia merasa tidak bertemu penjual di hutan, dan ia juga tidak peduli.     

"Tidak. Tapi kalau kau melihatnya lagi, katakan saja padanya untuk kembali dalam dua hari. Aku harus mengunjungi kakak laki-lakiku di desa. Dia sakit parah dan istrinya bilang kepadaku bahwa dia mungkin tidak akan bisa bertahan sampai akhir minggu ini," jawabnya kepada pelayan itu.     

"Oh... semoga adik Anda cepat sembuh. Turut berduka cita," sahut pelayan itu penuh simpati. Roshan pura-pura terlihat sedih tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menepuk punggung pelayan, kemudian melangkah pergi melalui pintu depan.     

Roshan merasakan jantungnya berdebar kencang saat ia meninggalkan area kastil. Entah bagaimana, ia merasa ada sesuatu yang salah, tetapi tidak tahu apa itu.     

Apakah itu udaranya? Udara saat ini terasa dingin menusuk tulang. Matahari sudah terbenam di ufuk selatan dan malam telah tiba.     

Roshan mencambuk kudanya untuk bergerak lebih cepat. Ia ingin berada jauh dari ibu kota sebelum tengah malam. Jika ia bisa mencapai kota berikutnya saat itu, mungkin masih akan ada penginapan yang bisa ditemukan untuk bermalam. Orang-orang juga tidak akan banyak bertanya. Roshan tidak berani mengambil risiko dengan tidur di luar sambil membawa emas sebanyak ini.     

Saat ia sibuk dengan pikirannya, Roshan tidak melihat gerobak tua tiba-tiba muncul dari balik batu besar, 200 meter di depannya.     

Emmelyn mengenali pria yang menunggang kuda itu sebagai kepala pelayan pengkhianat yang sangat dibencinya. Senyum jijik perlahan melengkung di wajahnya saat ia mengambil busur dan beberapa anak panah dari tempat anak panah di sampingnya.     

Emmelyn mencurinya dari kastil tadi. Seorang penjaga tidak cukup waspada untuk menjaga perlengkapannya hingga Emmelyn sempat mengambil satu busur dan tempat anak panah berisi anak panah. Emmelyn berpikir ia pasti akan membutuhkannya untuk serangan jarak jauh seperti ini.     

Satu-satunya cara untuk menghentikan Roshan sekarang adalah dengan menembak kudanya dengan anak panah. Kemudian, Emmelyn bisa menghabisinya. Dan itulah yang sedang ia lakukan sekarang.     

Saat ia meraih busur, Emmelyn teringat hari-harinya ketika dilatih oleh Gewen dan Mars dalam memanah. Ia memang belajar sedikit tentang cara menembak target yang bergerak. Dan sekarang, kemampuan ini cukup membantu dalam situasinya saat ini.     

Emmelyn mengangkat busur dan anak panah. Ia menunggu dengan sabar sampai kuda Roshan semakin dekat dari tempatnya berada. Ia tidak bisa mencapai target jika jaraknya lebih jauh dari 100 meter. Peluang terbaiknya adalah pada jarak 50 hingga 60 meter. Jadi, ia pun sabar menunggu.     

Emmelyn menyipitkan matanya dan memusatkan perhatian pada sasarannya, siap menembak begitu Roshan berada dalam jangkauan.     

90 meter.     

80 meter.     

70 meter.     

AKHIRNYA!     

SYUUTT!     

Emmelyn menarik talinya dan melepaskannya saat ia melihat Roshan di dalam tembakan. Untungnya, bulan bersinar terang sedikit di atas kepalanya dan memberikan cukup cahaya untuk mengeksekusi sasarannya.     

Kuda itu melompat panik ketika satu demi satu anak panah tiba-tiba datang dari depan mereka dan menyerempet lehernya. Roshan terkejut, tetapi sebelum sempat bereaksi, ia terlempar dari kudanya.     

Hewan itu dengan cepat lari ketakutan akan nyawanya. Emmelyn sengaja tidak ingin membunuhnya, jadi ia hanya menyasarkan anak panahnya di kaki kuda itu. Menurutnya itu sudah cukup untuk membuat hewan itu membuang Roshan dan melarikan diri.     

"Auwh...." Roshan mengutuk hewan yang melarikan diri itu dan menepuk-nepuk pakaiannya untuk membersihkan debu. Tubuhnya sakit karena jatuh dan ia merasa ingin muntah.     

Pria itu dengan cepat memeriksa tas emasnya dan menghela napas lega ketika melihat semua koin emas masih ada. Koin-koin itu lebih penting daripada nyawanya, itu sebabnya jangan sampai hilang.     

"Bajingan."     

Kepala pelayan itu mendongak kaget begitu mendengar suara bernada dingin terdengar dari atasnya. Ia terlalu kaget dengan jatuhnya dan sibuk memeriksa emas sehingga tidak sempat memperhatikan sekelilingnya.     

"K-kau...?" Tenggorokan Roshan langsung tercekat. Ketakutan terbesarnya baru saja terwujud di depannya.     

Roshan menatap sosok Emmelyn yang berdiri dengan dingin di depannya dan mengarahkan pedangnya di leher Roshan. Ia bisa merasakan ujung pedang yang meninggalkan sensasi dingin di kulitnya.     

"Kenapa? Apa kau takut?" Emmelyn mengejek pria itu. "Kau terlihat seperti sedang melihat hantu."     

Roshan menelan ludah. Pergerakan lehernya tanpa sengaja membuat ujung pedang menggores kulitnya. Darah mulai menetes dari luka baru itu. Namun, ia bahkan tidak bisa merasakan sakitnya. Ia terlalu takut untuk merasakan apa pun selain rasa takut.     

"A-Anda.. Yang Mulia... Anda... Anda masih hidup...." gumamnya. Sebelumnya, ia memang sudah mendengar dari Mars hari ini bahwa Emmelyn belum mati dan ia sendiri juga telah melihat kuburan kosong itu dengan matanya sendiri, tetapi masih sangat sulit untuk mempercayainya bahwa orang yang berdiri di hadapannya sekarang bukanlah hantu.     

"Kenapa? Kau ingin aku mati?" Emmelyn menyipitkan matanya sinis. "Siapa yang memerintahkanmu untuk menjebakku? Kalau kau mau berbicara sekarang, aku mungkin akan melepaskanmu. Kau bisa tinggal di pedesaan dan mulai hidup baru di sana."     

"K-kau akan…?" Roshan tiba-tiba merasakan sedikit harapan ketika mendengar Emmelyn bersedia melepaskannya sebagai ganti kesaksiannya.     

"Tergantung. Kalau kau memberiku info berharga, aku akan melepaskanmu. Tapi kalau tidak... aku akan menggunakan darahmu untuk mencuci pedangku ini."     

Roshan memandangi pedang itu dan seluruh tubuhnya sontak gemetar ketakutan.     

Roshan menjelaskan dengan terbata-bata tentang bagaimana ia didekati oleh seseorang untuk bertemu dengan seorang anggota penting dari staf keluarga Preston. Kemudian, mereka menyuruhnya melakukan sesuatu sesuai instruksi mereka dengan pembayaran 100 koin emas.     

Emmelyn mendengarkan ceritanya dengan seksama. Semua yang ia dengar keluar dari mulut Roshan hanya menegaskan kecurigaannya bahwa Ellena dan keluarganya adalah dalang dari semua ini.     

Emmelyn mengertakkan gigi karena marah saat memikirkan bagaimana ibu mertuanya yang manis itu sampai harus dibunuh semata-mata hanya untuk menjebaknya.     

Tunggu… mungkin bukan hanya untuk menjebak Emmelyn. Saat memikirkannya lebih jauh, Emmelyn teringat kata-kata Mars ketika pria itu menjelaskan kepadanya tentang bagaimana Ellena mematahkan kutukan yang menimpanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.