Pangeran Yang Dikutuk

Itu Adalah Perintah



Itu Adalah Perintah

0Sang Pangeran dan Raja berpelukan selama beberapa menit untuk melampiaskan kesedihan yang mereka alami karena kehilangan wanita yang mereka cintai. Ratu Elara adalah wanita paling manis yang diberkati untuk mereka kenal dan kehilangan sosoknya sangat menyakiti hati kedua pria ini.     

"Ayah kelihatan tidak sehat," ujar Mars setelah melepaskan ayahnya dari pelukannya.     

Raja menyeka matanya yang basah dan menggeleng. "Aku baik-baik saja."     

Mars tahu banyak orang ingin raja mengadakan pemakaman yang layak untuk mendiang ratu sehingga orang-orang bisa meratapi kematiannya, dan kemudian melanjutkan hidup mereka lagi.     

Mars juga menginginkan hal yang sama. Namun, ketika melihat ayahnya terlihat jauh lebih tua dari usianya yang sebenarnya, juga kesedihan yang mendalam di wajahnya, Mars tidak tega membahas pemakaman ibunya. Selain itu, ia justru merasa bersyukur ayahnya begitu keras kepala dan tidak mau memakamkan mendiang ratu, karena itu berarti Mars bisa melihat ibunya untuk terakhir kalinya sebelum dimakamkan.     

Mars tahu bahwa gua es adalah tempat khusus yang dapat mengawetkan tubuh manusia. Tubuh ibunya seharusnya masih dalam kondisi baik sekarang.     

Astaga... begitu banyak hal yang terjadi dalam satu hari, bahkan ia tidak sempat memberikan penghormatan kepada ibunya.     

"Aku senang melihatmu pulang," ucap raja dengan suara serak, kemudian bangkit dari kursinya dan menuju ke pintu. "Kita harus makan malam."     

Mars sebenarnya tidak nafsu makan, tapi ia menuruti ayahnya. Ia juga tahu ia harus makan sesuatu untuk mendapatkan kembali energinya. Masih banyak hal yang harus ia lakukan. Selain itu, ia harus tetap sehat agar bisa merawat Harlow.     

Maka, meski masih sangat berduka, Mars akan memaksakan diri untuk makan dan istirahat demi putrinya.     

Ayah dan anak itu keluar dari ruang kerja raja dan memasuki ruang makan. Jhon tampak sangat senang melihat kedua tuannya berkumpul dan sekarang mereka siap untuk makan malam.     

Ya, memang saat tidak lagi melihat sosok ratu bersama mereka membuat hatinya sakit, tetapi melihat bagaimana ayah dan anak itu tampak saling mendukung selama masa-masa sulit ini juga membuat Jhon merasa sangat lega.     

Jhon sangat berharap Raja Jared akan mendengarkan putranya dan memberikan istrinya pemakaman kerajaan yang pantas diterimanya. Jika sang pangeran tidak bisa berbicara dengan ayahnya, maka tidak ada yang bisa.     

Jhon dan dua staf menyajikan makan malam untuk Raja Jared dan Pangeran Mars dan menunggu mereka sampai keduanya selesai makan malam.     

"Kau harus menemui ibumu besok," ujar Raja Jared setelah mereka selesai makan malam dan keluar dari ruang makan. Ia lanjut berkata, "Dia pasti sangat merindukanmu."     

Mars menghentikan langkahnya saat mendengar kata-kata ayahnya. Ia juga sangat merindukan ibunya, tapi itu karena dia masih hidup. Ia yakin ibunya tidak bisa lagi merindukannya karena sudah meninggal. Namun, melihat betapa seriusnya ayahnya tentang hal itu, ia tidak tega membantah kata-kata Raja.     

"Baiklah. Aku akan ke sana besok," sahut Mars.     

"Bagus." Raja menepuk punggungnya dan pergi. Mars hanya melihat pandangan belakang ayahnya saat raja berjalan menuju kediaman pribadinya dan segera menghilang.     

Setelah ayahnya tidak tampak lagi, Mars teringat tujuan kunjungannya ke istana kerajaan adalah untuk mendapatkan surat Emmelyn. Ia perlu membacanya lagi, dan kali ini, ia harus bisa lebih memahami apa yang sebenarnya terjadi.     

Sebenarnya, ketika mendengar ayahnya sedang berada di ruang kerja, Mars sempat khawatir Raja akan menemukan surat itu. Namun, sesampainya di kamar dan melihat ekspresi tenang ayahnya, ia merasa lega.     

Raja Jared tidak boleh melihat surat itu. Lagi pula, Mars menyimpannya di dalam laci, bukan di tempat terbuka. Jadi, kecuali raja memeriksanya secara khusus, ia tidak akan melihatnya.     

Mars memasuki ruang kerja raja dan pergi ke laci tersebut untuk mengambil surat itu. Ia mengeluarkannya dan duduk untuk membacanya lagi.     

Kali ini, air mata tidak lagi mengalir di wajahnya. Saat pertama kali membacanya, ia hanya melihatnya sebagai pengakuan atas pembunuhan Ratu Elara. Sekarang setelah ia tahu Emmelyn memalsukan kematiannya dan pergi, surat ini berfungsi sebagai perpisahan.     

"Emmelyn…." Mars menghela napas panjang. "Ada di mana kau sekarang?"     

Mars merasa bersalah terhadap ibunya karena masih merindukan Emmelyn. Namun, hati menginginkan apa yang diinginkannya.     

Pangeran mendongak dari surat itu ketika ia mendengar pintu dibuka dari luar.     

"Ayah?" Mars mengerutkan alisnya saat melihat sosok ayahnya berdiri di ambang pintu. "Ada yang bisa kubantu?"     

"Aku meninggalkan sesuatu." Raja melangkah mendekat dan menyentuh surat di tangan putranya. "Apa ini?"     

Mars membeku di tempatnya ketika ia menyadari surat itu kini telah lepas dari tangannya.     

"Ayah... itu—" Mars ingin merenggut surat itu dari tangan ayahnya, tetapi ia tahu membiarkannya lebih baik daripada membuat raja gelisah. Jadi, dia menunggu.     

"..." Raja Jared membaca 'surat Emmelyn' dalam diam. Perlahan, saat membaca tulisan tangan itu, emosinya menjadi kacau, dan tubuhnya gemetar, sehingga ia harus bersandar di meja dengan satu tangan, sementara tangan lainnya mencengkeram surat itu.     

Mars khawatir dengan reaksi ayahnya. Apa yang akan ayahnya lakukan sekarang?     

"Apa kau sudah tahu tentang ini?" Raja Jared menatap Mars dalam-dalam. "Katakan kepadaku."     

Mars tahu tidak ada gunanya berbohong. Ayahnya bisa dengan mudah mengetahui dari orang lain bahwa sebenarnya ia menerima surat dari Ellena hari ini.     

"Ya, Ayah," sahut Mars.     

"Apa kau sudah mengutus orang untuk memburunya?" Raja kembali bertanya dengan gigi terkatup.     

"Tidak. Aku juga baru saja menerimanya," jawab Mars. Baginya, Emmelyn bukanlah binatang untuk diburu.     

"Kalau begitu, segera beri tahu orang-orangmu untuk mencari wanita itu," perintah Raja. "Aku sudah sangat lunak dan membiarkannya hidup sampai anakmu lahir. Tapi dia berani menghancurkan keluarga kita?"     

"Tapi, Ayah...!"     

"Ini perintah!"     

"Bisakah kita menunggu sampai besok untuk membahas ini?" tanya Mars pada ayahnya dengan sopan. "Hari ini sangat melelahkan."     

Raja menatap Mars dalam-dalam. Ia juga bisa melihat rasa sakit yang sama di mata putranya. Jadi, yang mengejutkan Mars, Raja Jared justru mengangguk, kemudian ia mengembalikan surat itu kepada Mars dan menghela napas.     

"Baiklah." Raja mengambil sesuatu dari sebuah kotak di mejanya lalu berbalik. Mars menyadari benda itu adalah gelang yang sering dipakai ibunya. Apakah itu barang yang ingin diambil ayahnya?     

Mars hanya melihat sosok Raja dari belakang ketika ayahnya itu meninggalkan ruang kerjanya dan menghilang dari pandangannya.     

Mars merasa hari ini jauh lebih melelahkan dari sebelumnya. Pria itu menghela napas dalam-dalam lalu memasukkan kembali surat itu ke dalam gulungan dan menyimpannya di sakunya.     

***     

Lily Greenan sangat terkejut ketika pelayannya memberi tahunya bahwa putra mahkota datang berkunjung. Ia mengerutkan alisnya dan meregangkan punggungnya. Ah. Sudah terlalu terlambat untuk mempersiapkan kedatangan sang putra mahkota. Ia segera membangunkan suaminya dan bersama-sama mereka datang ke pintu depan dan menyambut Mars.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.