Pangeran Yang Dikutuk

Sekarang Mereka Seimbang



Sekarang Mereka Seimbang

0Lily Greenan sangat terkejut ketika pelayannya memberi tahunya bahwa putra mahkota datang berkunjung. Ia mengerutkan alisnya dan meregangkan punggungnya. Ah. Sudah terlalu terlambat untuk mempersiapkan kedatangan sang putra mahkota. Ia segera membangunkan suaminya dan bersama-sama mereka datang ke pintu depan dan menyambut Mars.     

"Apa aku bisa menginap di sini untuk malam ini?" tanya Mars kepada mereka dengan pelan. "Bolehkah aku tidur di kamar Harlow?"     

"Oh, tentu saja," sahut Lily. Lalu ia memberi isyarat kepada Mars untuk masuk dan memimpin pria itu pergi ke kamar di seberang kamarnya sendiri. "Dia sedang tidur di sini."     

"Terima kasih."     

"Apa kau butuh sesuatu? Kau sudah makan malam?" tanya Lily khawatir. "Aku bisa menyuruh para pelayan menyiapkan makan malam atau menyediakan apa pun yang kau butuhkan."     

"Hmm, tolong siapkan air saja untukku. Aku ingin mandi sebelum tidur. Wajahku kotor," sahut pangeran. Ia menunggang kudanya ke sini dengan tergesa-gesa dan tidak punya waktu untuk membersihkan diri sebelumnya. Ia sangat sedih dan hanya ingin melihat putrinya.     

"Baiklah." Lily mengangguk dan menyuruh seorang pelayan untuk membantu Mars dengan semua yang pria itu butuhkan. "Harlow benar-benar bayi yang baik. Dia hanya akan bangun dua atau tiga kali di malam hari. Biasanya ada perawat yang menemaninya tidur di sini, tetapi nanti aku akan memintanya keluar dan menunggu di luar saja. Kalau nanti Harlow terbangun, kau bisa memanggil perawat itu."     

"Oh, baguslah. Terima kasih."     

"Baiklah, kalau begitu. Selamat malam, Yang Mulia. Sampai jumpa besok pagi," ujar Lily. Ia menundukkan kepalanya sedikit dan keluar. Ia juga memberi tanda pada pengasuh yang duduk di sudut kamar Harlow untuk keluar bersamanya.     

Mars menutup pintu setelah mereka pergi. Pria itu berjalan perlahan menuju ranjang bayi yang terbuat dari kayu yang indah di tengah ruangan. Ia mengingatkan dirinya sendiri untuk meminta Roshan menyiapkan kamar pribadinya agar sesuai dengan tempat tidur bayi. Begitu ia kembali ke kastilnya nanti, ia akan membawa Harlow bersamanya. Untuk saat ini, Harlow akan tinggal di keluarga Greenan sampai Mars bisa menyelesaikan semua kekacauan di keluarganya.     

Awalnya Mars mengira ia harus mengambil alih kekuasaan karena orang-orang mengatakan ayahnya sudah gila. Namun, malam ini, setelah ia bertemu langsung dengan ayahnya, sepertinya kondisi ayahnya tidak seburuk yang dikatakan orang-orang.     

Mars memutuskan untuk membiarkan raja memerintah lebih lama. Lagi pula Mars tidak tertarik dengan takhta. Dia beranggapan bahwa semua kegilaan yang ditunjukkan sang raja hanyalah caranya berduka.     

Semua orang tahu bahwa Raja Jared adalah pria yang kejam. Maka, tidak heran jika tindakan kejamnya saat berada dalam kesedihan yang mendalam akan dianggap sebagai kegilaan. Dan keputusannya untuk tidak mengadakan pemakaman untuk istrinya... bisa dimengerti. Jika seseorang dapat memiliki kekuatan untuk menjaga orang yang ia cintai tetap bersamanya setelah mereka meninggal, meskipun hanya dalam bentuk fisik, bukankah itu tak masalah untuk dilakukan?     

Mars mendengar ayahnya bahkan memesan peti kaca terindah untuk memasukkan jenazah mendiang ratu di sana agar ia bisa melihat istrinya setiap hari yang seperti sedang tertidur. Raja terus membohongi dirinya sendiri bahwa istrinya baru saja tidur.     

Cara orang menghadapi kesedihan dan kehilangan memang berbeda satu sama lain. Mars berharap, seiring berjalannya waktu, kesedihan ayahnya akan mereda dan mereka berdua bisa melanjutkan hidup.     

Mars berdiri di samping keranjang bayi dan memperhatikan putrinya yang sedang tidur. Harlow terlihat sangat manis dengan kepalan tangannya mengepal dan mulutnya sedikit terbuka.     

Mars mengangkat tangannya dan menyentuh rambut Harlow dengan lembut. 'Rambutnya cukup lebat untuk ukuran bayi yang baru lahir,' pikirnya. Mars penasaran akan seperti apa rupa Harlow saat semakin tumbuh besar nantinya. Ia berharap, seiring waktu, Harlow akan semakin mirip dengan Emmelyn. Ah, ia sungguh merindukan istrinya.     

***     

"Selamat pagi." Lily tersenyum saat melihat Mars memasuki ruang makan, terlihat sedikit lebih segar dari tadi malam. Ia berharap sang pangeran tidur nyenyak. "Apa Harlow sering terbangun tadi malam?"     

Mars menggeleng. "Tidak, hanya dua kali. Dia sangat tenang dan bahagia."     

"Ya... Harlow memang anak baik." Lily memuji bayi itu. "Oh ya, apa rencanamu hari ini?"     

"Aku harus pergi ke istana kerajaan. Aku berencana membawa Harlow bersamaku untuk memperlihatkannya kepada ayahku."     

"Oh ... itu rencana yang bagus." Lily mengangguk setuju. "Raja berkabung di gua es selama berminggu-minggu dan dia tidak memiliki kesempatan untuk melihat cucunya."     

Mars ingin membawa Harlow untuk menghibur sang raja, dan di saat yang sama, ia juga berharap semoga hati Raja Jared akan melunak.     

Ini mungkin hanya angan-angannya, tapi itulah yang ia rasakan saat melihat Harlow. Hati Mars masih berkecamuk dan marah saat memikirkan kemungkinan Emmelyn merencanakan semuanya agar lebih dekat dengan ibunya dan membunuhnya, karena begitulah perkataan Thessalis.     

Namun, setelah memandangi bayinya, anak perempuan yang diberikan Emmelyn kepadanya, amarahnya sedikit mereda. Dan kemudian, setelah merenungkan semuanya cukup lama dan menyadari betapa ia sangat terluka dan sedih setelah kehilangan ibunya, Mars juga mulai melihat dari sudut pandang Emmelyn.     

Ia bisa membayangkan bahwa wanita itu pasti sangat terluka dan sedih ketika ia kehilangan seluruh keluarganya hanya dalam satu malam.     

Bahkan jika Emmelyn memang membunuh ibunya untuk balas dendam... Mars tidak bisa menyalahkannya.     

Seperti yang ia katakan dalam suratnya, sekarang mereka seimbang.     

***     

"Lihat, Harlow sudah siap," ujar Lily dengan wajah berseri-seri ketika ia datang ke ruang makan bersama Harlow yang sedang berbaring di atas keranjang anyaman. Bayi itu sudah bangun dan baru selesai makan.     

Bayi itu bersuara saat keranjangnya diletakkan di kursi di sebelah ayahnya. Sungguh mengharukan untuk dilihat. Mars hanya bisa tersenyum saat melihat bayinya.     

Menurutnya Harlow sangat imut dan ia berharap sang raja pun akan berpikiran sama.     

"Terima kasih, Lily. Aku akan pergi sekarang," ujar putra mahkota sambil bangkit dari tempat duduknya dan membawa keranjang Harlow bersamanya. Athos mengikuti Mars untuk menemuinya.     

Sang pangeran akan menunggang kudanya sementara sang bayi bersama pengasuhnya akan naik kereta yang disiapkan oleh keluarga Greenan. Mereka akan santai dan melakukan perjalanan dengan lambat.     

"Hati-hati," ucap Lily. "Dia baru berumur satu bulan."     

Mars mengangguk. Ia meninggalkan ruang makan dan keluar ke halaman. Kudanya sudah disiapkan oleh para pelayan. Sang pangeran dengan cepat menaiki kudanya dan mengucapkan selamat tinggal pada Athos. Tak lupa ia meminta sepupunya untuk tinggal di ibu kota dan tidak kembali ke Southberry sampai pemberitahuan lebih lanjut.     

"Baiklah," sahut Athos setuju. "Juga, tolong beri tahu kami kalau kami bisa datang ke istana dan menyampaikan belasungkawa kami kepada Yang Mulia dan ... memberi hormat kepada Ratu."     

"Ya... aku akan memberi tahumu nanti," kata Mars. Ia mengangguk kepada Athos dan kemudian pergi. Gerbong itu bergerak dengan santai di belakang kuda putra mahkota dan para pengawalnya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.