Pangeran Yang Dikutuk

Di Ruang Takhta



Di Ruang Takhta

0Saat ini, Mars hanya perlu memilah begitu banyak hal dan kemudian memikirkan tindakan apa yang harus ia ambil selanjutnya.     

"Bagaimana menurutmu, Gewen?" Mars menyipitkan matanya mengancam ke arah Gewen, dan sekarang ayah dan anak itu memiliki ekspresi yang sama. "Apa menurutmu aku akan memilih seorang teman daripada putriku? Pertanyaan macam apa itu?!"     

Gewen memutar matanya. "Nah, sekarang aku tahu jawabannya," ejeknya. "Oke."     

"Sudahlah. Oh ya, aku akan membawa Harlow menemui ayahku," kata Mars, sambil memindahkan keranjang Harlow dari tangan kanan ke kiri, praktis membawanya jauh dari Gewen. "Mau ikut?"     

"Oh, Yang Mulia Raja belum pernah melihat bayi ini, bukan?" Gewen mengusap dagunya. "Apa menurutmu itu ide yang bagus?"     

"Kenapa kau berpikir begitu?" Mars bertanya balik. "Harlow ini cucunya. Dia harus menemuinya."     

"Yah.. tapi kau juga tahu kan...." Gewen terlihat tidak nyaman. Ia memiringkan kepalanya dan berbisik ke Mars, tidak ingin Harlow mendengarnya berbicara buruk tentang ibunya dan semakin membencinya. "Memangnya Raja ingin melihat anak dari wanita yang telah membunuh istri tercintanya?"     

"Gewen, kau sudah gila!" Mars memukul bahu Gewen keras dan pria itu jatuh ke tanah. "Sekarang aku mengerti kenapa Harlow membencimu. Kau harus merenungkan perilakumu. Tolong jangan mendekati putriku."     

Mars memutar matanya dan berjalan cepat, meninggalkan Gewen yang mengusap pantatnya yang sakit. Pangeran bergumam 'tidak bisa dipercaya' beberapa kali saat ia berjalan pergi.     

"Astaga... kenapa dia tegang sekali?" keluh Gewen. Ia tidak tahu mengapa Mars memukulnya. Bukankah ia hanya menyatakan fakta? Gewen tidak bermaksud buruk dengan kata-katanya. Malah, sebenarnya ia bermaksud baik.     

Gewen hanya ingin Mars menghindari konfrontasi dengan ayahnya. Ia bisa memprediksi apa yang akan terjadi antara Mars dan Raja Jared jika mereka harus berdebat tentang Emmelyn.     

Gewen juga tahu Mars sangat mencintai istrinya sehingga cintanya pada istrinya telah membutakannya untuk memaafkan kejahatan wanita itu. Dan tentu saja ini akan bertentangan dengan raja yang memang sudah terkenal kejam bahkan sebelum ia kehilangan istrinya.     

Jadi, jika Mars membawa Harlow untuk mencoba melunakkan hati ayahnya, yang akan terjadi justru sebaliknya. Tidakkah Mars memperkirakan hal ini dulu sebelumnya?     

Bahkan Gewen sebagai pihak luar saja bisa memperkirakannya.     

Ia pun mendesah.     

***     

Mars memasuki ruang singgasana untuk menemui ayahnya. Ia tidak menyangka akan melihat perdana menteri dan semua pejabat pemerintah lainnya juga ada di sana. Sepertinya raja mengundang mereka semua untuk mengadakan pertemuan khusus.     

Mars senang melihat ayahnya tampak lebih baik secara mental hingga bisa mengadakan pertemuan seperti ini. Dan itu berarti, Duke Preston tidak lagi bertanggung jawab atas urusan kerajaan.     

Mars sudah memutuskan untuk mengambil alih kekuasaan secara paksa dari sang duke jika ayahnya masih sakit. Tapi sekarang, sepertinya ia tidak perlu melakukannya.     

"Selamat pagi, Yang Mulia." Mars menundukkan kepalanya kepada ayahnya. Ia juga mengangguk sedikit kepada para menteri dan pejabat pemerintah lainnya di ruangan itu untuk mengakui kehadiran mereka.     

"Apa itu?" Raja bangkit dari singgasananya dan berjalan menuju putranya. "Apakah yang kau bawa itu ...." Ia tidak melanjutkan perkataannya. Mata sang raja kini tertuju kepada bayi yang tampak riang di dalam keranjang dan sedang mengisap ibu jarinya sendiri.     

"Oh..." hanya itu yang bisa ia katakan.     

Raja tercengang saat melihat bayi itu. Mungkinkah reaksinya setenang ini karena bayi itu tidak mirip dengan Emmelyn?     

Raja Jared langsung mengetahui siapa sebenarnya bayi kecil di dalam keranjang yang dibawa sang pangeran. Siapa lagi kalau bukan anaknya dengan... wanita pengkhianat itu?     

Sama seperti Emmelyn yang merasa lega bahwa Mars tidak terlihat seperti ayahnya sehingga ia tidak perlu melihat wajah musuhnya setiap hari, Raja Jared juga merasa lega bahwa cucunya tidak mirip dengan Emmelyn.     

"Siapa namanya?" Raja Jared bertanya dengan suara datar.     

"Namanya Harlow, Yang Mulia," kata Mars.     

"Anak perempuan?"     

Kali ini pertanyaan itu ditanyakan oleh semua pejabat pemerintah di sekitarnya, bukan hanya raja.     

Jadi… sang pangeran punya anak perempuan? Bukan anak laki-laki?     

Artinya, ia masih belum memiliki ahli waris laki-laki.     

Mars tidak mengindahkan pembicaraan para pejabat.     

"Ya. Harlow anak perempuan," jawabnya atas pertanyaan ayahnya. Wajahnya tampak bangga kepada putrinya. Raja hanya mengangguk. Ia kembali ke singgasananya dan duduk dengan wajah murung.     

"Kau datang di waktu yang tepat," katanya dengan suara serak. Raja memberi isyarat kepada putranya untuk duduk karena ada pengumuman penting yang harus disampaikan.     

"Aku memang berencana datang ke sini," jelas Mars. Ia menyadari ia masih perlu mengunjungi ibunya dan memberikan penghormatan terakhir. Rencananya ia akan melakukannya hari ini.     

Sekarang, Mars harus menyelesaikan masalah di ibu kota dan memastikan ayahnya tidak dikelilingi oleh pejabat pemerintah yang korup yang hanya ingin memanfaatkan kesehatan mentalnya yang buruk.     

"Jadi, apa kau sudah membunuh penyihir itu?" tanya Raja Jared kepada Mars. "Ceritakan apa yang terjadi."     

Sang raja telah memendam kebencian dan dendam yang mendalam kepada penyihir jahat yang telah menimbulkan begitu banyak rasa sakit dan penderitaan pada keluarganya. Jika semuanya terserah kepadanya, dengan senang hati ia akan memberi perintah agar Thessalis dibawa ke ibu kota, lalu ia bisa memberikan hukuman setimpal kepada wanita jahat itu.     

"Ya, Yang Mulia," sahut Mars dengan tenang. Kini ia duduk di kursi dekat ayahnya dan memberikan keranjang bayi itu kepada Jhon yang datang untuk membantunya. "Dia sudah meninggal."     

"Apa kau juga bertemu dengan Bellevars?" Raja Jared bertanya lagi. Ia tertarik untuk mencari tahu apakah mantan calon mertuanya itu memang tinggal di Wintermere.     

"Ya, Yang Mulia." Mars hanya bisa menjawab dengan jujur. Akan sangat berdosa untuk membohongi Raja dan cepat atau lambat rakyatnya akan tiba kembali di ibu kota bersama dengan Elmer dan Bruinen dan mereka akan memberi tahu Raja apa yang sebenarnya terjadi.     

"Apa Duke Bellevar sehat?" tanya Raja pelan. Sudah 28 tahun sejak terakhir kali ia melihat pasangan yang mirip paman dan bibinya di masa lalu karena kedekatan mereka dengan orang tuanya.     

"Tidak, Yang Mulia. Saat aku melihatnya, dia... agak tidak waras. Sepertinya dia menjadi gila setelah istrinya meninggal."     

Mars bisa membayangkan kesedihan yang dirasakan duke tua itu. Setelah melewati badai kehidupan untuk sebagian besar hidup mereka bersama, istrinya meninggalkannya sendirian. Sang duke kini berada di pengasingan, tanpa keluarga. Jiwanya pasti sangat terguncang sehingga ia kehilangan akal sehatnya.     

Raja tidak berkomentar lebih jauh.     

Kemudian ia lanjut bertanya tentang Elmer dan yang lainnya dan Mars menjelaskan kepadanya apa yang terjadi.     

"Mereka sedang dalam perjalanan kembali," katanya. "Aku datang ke sini secepat mungkin saat mendengar berita tentang Yang Mulia."     

"Jadi... hati Ellena..." Duke Preston bangkit dan tak sabar untuk bertanya. "Apakah Yang Mulia menemukannya?"     

Mars mengangguk. "Ya. Elmer yang mengurusnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.