Pangeran Yang Dikutuk

Tiga Hari Kemudian



Tiga Hari Kemudian

0Emmelyn sudah mengungkapkan keinginannya untuk mencoba menyelinap ke dalam kastil dan bertemu dengan suaminya. Dia ingin Sang Pangeran mendengar langsung darinya bahwa dia tidak bersalah dan ingin menceritakan semua yang dia ketahui tentang Ellena, Thessalis, dan Bellevars.     

Selain itu, Emmelyn juga ingin berbagi kesedihannya. Ketika ia melihat Mars di hutan dan memeriksa makamnya yang kosong bersama para prajurit, dia merasa sangat sedih. Dia belum pernah melihat suaminya yang biasanya tenang dan perkasa terlihat begitu sedih dan putus asa.     

Dia juga ingin berbicara dengan Mars tentang Harlow. Dia ingin mengatakan kepadanya betapa menderitanya dia dan berharap pelukannya dapat meringankan rasa sakit dan penderitaannya.     

Tapi sekarang, penyihir tua itu mengatakan bahwa mereka harus segera pergi? Apa dia tidak boleh mencoba untuk menemui suaminya?     

"Kapan?" Emmelyn bertanya pada Nyonya Adler. Dia terus berusaha untuk terlihat tenang.     

"Malam ini," jawab Nyonya Adler memelas. "Lebih baik melakukan perjalanan pada malam hari dan bersembunyi di suatu tempat pada siang hari."     

"Apakah ada alasan tertentu mengapa kita tidak bisa menunggu satu atau dua hari sampai... "     

Sampai aku sembuh dan bisa bertemu dengan suamiku?     

Itulah yang ingin ditanyakan Emmelyn pada penyihir tua itu, namun dia tidak melanjutkan kata-katanya. Meskipun kata-kata Emmelyn tidak sempat keluar dari mulutnya, tapi Nyonya Adler mengerti apa yang ingin dikatakan Sang Putri.     

"Ya," jawab Nyonya Adler dengan terbata-bata. "Raja yang baru telah menawarkan hadiah untuk kepala Anda. Mereka TAHU bahwa Anda belum mati dan sekarang mereka mengincar Anda."     

"Raja baru?" Emmelyn mengira dia salah dengar. Bukankah Jared Strongmoor yang menjadi Raja sekarang? Atau sudah ada Raja baru yang lain?     

Tiba-tiba kesadaran Emmelyn kembali dan ia menatap Nyonya Adler dengan tatapan tidak percaya.     

Nyonya Adler membenarkan dugaannya, dan mengangguk sedih. "Raja telah turun tahta dan putranya naik tahta kemarin."     

"A—apa... apa yang Anda katakan?" Emmelyn tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya. "Mars sekarang menjadi Raja dan dia mengincarku?"     

"Maafkan aku, Putri..." Nyonya Adler mengangguk. "Itu memang benar."     

"Berapa besar hadiahnya? Apa isi pengumumannya?" tanya Emmelyn.     

Nyonya Adler lalu bercerita pada Emmelyn tentang apa yang dia lihat di pasar. Ia memberitahunya bahwa ketika ia tiba di pasar, ia melihat banyak tentara. Mereka memeriksa orang-orang dan mengumumkan bahwa mereka sedang mencari seorang wanita, seorang musuh negara yang telah membunuh Ratu.     

Para tentara memberitahukan semua ciri-ciri fisik Emmelyn kepada orang-orang. Mereka bahkan menyebarkan fotonya yang dibuat oleh pelukis berbakat, Asai Ato.     

"Hadiahnya adalah 1000 koin emas," ucap Nyonya Adler. "Situasinya sangat mengerikan. Kita harus segera pergi."     

Emmelyn menggigit bibirnya. Pada titik ini, dia tidak pernah berpikir bahwa setelah kehilangan keluarganya dalam satu malam, dia akan merasakan penderitaan yang lebih buruk daripada saat dia mengetahui kematian mereka.     

Namun, dia baru saja merasakannya.     

Emmelyn ingin menangis tetapi dia tidak bisa meneteskan air mata lagi. Semua yang terjadi selama dua bulan terakhir bagaikan neraka baginya, dan ia sudah kehabisan air mata karena menangis berhari-hari bahkan berminggu-minggu.     

Ia mengira, ketika Mars mengetahui bahwa dirinya masih hidup, pria itu akan mencarinya. Atau setidaknya, dia akan memberinya akses untuk mendekatinya. Emmelyn juga berharap suaminya itu tidak akan memasang pengamanan yang sangat ketat di sekitar kastil agar dia bisa menyelinap masuk untuk menemuinya.     

Setelah membunuh Roshan, Emmelyn pergi ke kastil dan mencoba masuk secara diam-diam. Dia ingin menunggu Mars pulang dan berbicara dengannya.     

Namun, ketika dia tiba di sana, jumlah pasukan keamanan kastil bertambah menjadi dua kali lipat dari biasanya. Mars juga tidak kunjung pulang. Emmelyn akhirnya menyia-nyiakan satu hari yang berharga hanya untuk menemuinya.     

Sepertinya saat itu Mars memilih untuk tetap tinggal di istana kerajaan, dan itu menjadi satu-satunya tempat yang tidak mungkin bisa dimasuki oleh Emmelyn. Meskipun wanita itu sangat, sangat ingin bertemu dengan Mars. Tapi, setelah berusaha seharian, semua usaha Emmelyn tidak membuahkan hasil.     

Dan sekarang... Mars benar-benar menetapkan hadiah untuk kepalanya?     

Lutut Emmelyn terasa lemas. Ia sampai harus bersandar pada Nyonya Adler untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.     

"Jadi... maaf," gumamnya hampir tak terdengar. "Ya, kau benar. Kita harus pergi."     

"Aku minta maaf Anda harus tahu kenyataannya dengan cara seperti ini..." ucap Nyonya Adler.     

Emmelyn memaksakan senyumannya. "Tidak apa-apa, Nenek. Aku baik-baik saja. Semakin cepat kita pergi dari sini, semakin cepat aku bisa sampai di Myreen dan bertemu dengan keluarga Leoraleis."     

Dia menguatkan hatinya dan masuk ke dalam gubuk. Emmelyn pun mulai mengemasi barang-barang miliknya yang sangat sedikit dan bersiap-siap untuk pergi.     

"Saya akan buatkan ramuan untuk Anda sebelum kita pergi, Yang Mulia," ujar Nyonya Adler dengan lembut. "Setelah Anda merasa lebih baik, kita bisa melakukan perjalanan dengan lebih nyaman."     

Wanita tua itu mengambil beberapa ramuan dan memasaknya di dalam panci berisi air. Sementara Emmelyn duduk dan memperhatikan. Setengah jam kemudian, ramuan itu sudah siap dan Emmelyn diminta untuk segera meminumnya.     

Sang putri langsung menenggak habis minuman dalam cangkirnya. Dia tidak ingin memperpanjang hal yang tidak bisa dihindari, karena berdasarkan pengalaman, semakin cepat dia meminum semua cairan itu, semakin cepat pula dia bisa mengeluarkannya.     

"Terima kasih atas kebaikan Anda," ucap Emmelyn.     

"Terima kasih sudah mendampingiku dan selalu membantuku saat aku membutuhkannya," lanjutnya.     

"Tentu saja, Putri. Aku akan selalu bersamamu."     

Emmelyn merasa sangat berterima kasih pada Nyonya Adler yang begitu setia padanya. Tanpa Nyonya Adler di sampingnya, dia pasti sudah mati dan terkubur di kuburan tanpa nama, dan tidak akan pernah bangun lagi.     

***     

DUA MINGGU KEMUDIAN.     

Istana kerajaan selalu sepi setelah kematian ratu yang terlalu cepat. Suasana di istana seperti dikelilingi oleh awan kesedihan yang luar biasa yang membuat semua orang merasa sedih.     

Sang ratu telah meninggal selama hampir dua bulan, tetapi mantan Raja masih keras kepala dan tidak ingin mengadakan pemakaman.     

Ketika putranya kembali ke rumah dari sebuah misi penting, semua orang mengira dia akhirnya bisa membujuk mantan raja itu untuk memberikan sebuah pemakaman kerajaan sebagai penghormatan bagi mendiang istrinya.     

Namun, setelah Mars memasuki gua es sebelum hari penobatannya dan melihat mendiang ratu dengan matanya sendiri, dia bisa memahami apa yang coba dilakukan oleh ayahnya. Sang ratu tampak seperti sedang tidur nyenyak.     

Astaga... dia sangat cantik dan terlihat begitu hidup. Saat Mars berlutut untuk melihat ibunya dengan lebih baik, pikirannya melayang ke Harlow dan betapa dia ingin Harlow tumbuh besar dan melihat neneknya.     

Dia juga tidak ingin melepaskan ibunya begitu saja. Dia sangat merindukannya. Dia ingin tetap bisa datang ke istana dari waktu ke waktu dan menemuinya ketika dia merindukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.