Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Tiba di Twig



Emmelyn Tiba di Twig

0Gewen menyipitkan matanya. Dia menyentuh wajahnya dan merengek lagi. Ia tidak percaya bayi kecil ini memiliki kuku yang panjang dan cukup kuat untuk mencakarnya.     

Sekarang, ia benar-benar bisa melihat bagaimana beruang kecil ini akan tumbuh besar. Dia akan terlihat seperti ayahnya, tapi tidak sopan dan penuh semangat seperti ibunya.     

Dia sudah merasa kasihan pada pria yang akan berakhir dengan beruang ini.     

"Baiklah, aku akan mempersiapkan perjalanannya," kata Gewen pada Mars. "Kapan kau ingin aku pergi?"     

"Kita akan tunggu Elmer dan Bruinen sampai di sini. Aku akan memutuskannya setelah aku berbicara dengan mereka."     

"Oh, tentu saja. Kita juga harus mengembalikan jantung hati Ellena," kata Gewen, berseri-seri. "Dia akan merasa lega. Aku akan mampir ke rumahnya dan menyampaikan kabar baik ini."     

"Di mana Ellena tinggal sekarang?" Mars bertanya pada Gewen. "Apakah Sang Duke sudah menerimanya lagi?"     

"Ya... kau tahu bagaimana sifat Duke. Dia tidak bisa marah untuk waktu yang lama. Dia tidak punya anak selain Ellena," kata Gewen. Baik dia maupun Mars tahu bahwa Ellena sebenarnya adalah anak haram Duke Preston, tapi mereka pura-pura tidak mengetahuinya atau tidak pernah menyinggung hal itu di dekat Ellena.     

Mars mengangguk. "Kalau begitu, dengan senang hati aku akan mengirim Elmer untuk mengunjunginya di kediaman keluarga Preston setelah dia tiba."     

"Ya, kirimkan saja kabar padaku, aku akan menjemput Elmer dan membawanya ke rumah Ellena." Gewen menyipitkan matanya ke arah Raja, ia terlihat tidak puas. "Apakah kau tidak akan mengunjunginya?"     

Mars berpikir sejenak. Kemudian, dia mengangguk. "Ya, aku akan menemuinya setelah aku menyelesaikan semua pertemuan yang harus aku hadiri."     

"Dia akan sangat senang," kata Gewen. Dia menepuk punggung Sang Raja dan pamit. "Aku akan segera berangkat. Jadi, aku harus menikmati istirahat yang layak sebelum kembali ke jalanan."     

Dia mengucapkan kata-kata terakhirnya dengan jelas dan dengan ekspresi tidak senang, tapi Mars tidak menggubrisnya. Dia tahu Gewen sedang mengeluh, tapi pria itu akan melakukan apa yang diharapkan darinya dengan penuh dedikasi.     

Setelah Jenderal muda itu pergi, Mars berbicara kepada Harlow tentang bagaimana harinya. Bayi kecil itu tidak mengerti apa yang dikatakannya, jadi dia hanya merespons dengan suara coo coo.     

"Kau sangat lucu! Apakah kau tahu itu?" Mars menyentuh pipi Harlow sambil tersenyum lebar. "Paman Gewen memanggilmu 'beruang kecil'. Aku rasa itu sangat cocok untukmu, benar, kan?"     

Harlow menanggapi dengan mengangkat kaki kanannya dan mencoba menghisap jari kakinya.     

"Uff..." Mars dengan lembut menarik jari kaki bayi itu dari mulutnya dan terus berbicara kepadanya. "Kita mungkin harus segera menemui Ellena. Aku harus menjaganya di dekatku agar aku bisa melihat pergerakannya. Aku harap kau tidak keberatan."     

Harlow menggaruk lengan ayahnya dengan tidak senang. Mars terkekeh. "Kau bertingkah seolah-olah kau mengerti apa yang kubicarakan. Ngomong-ngomong, kita harus memotong kukumu."     

Harlow memutar matanya dan mulai menarik kakinya lagi untuk menghisap jari kakinya.     

***     

Sudah empat minggu sejak Emmelyn dan Nyonya Adler meninggalkan ibu kota. Emmelyn merasa jauh lebih baik secara fisik, tapi secara mental, dia masih kacau. Patah hati dan kebencian bercampur aduk dalam hatinya dan membuatnya seperti mati rasa.     

Dia masih tidak percaya bahwa pria yang dia cintai, seseorang yang dia percayai seratus persen, benar-benar percaya bahwa dia telah membunuh ibunya.     

Bagaimana mungkin dia bisa melihatnya sebagai pembunuh? Dari semua orang, dia seharusnya menjadi orang yang membelanya. Dia seharusnya tahu bahwa Emmelyn sangat mencintai Ratu Elara, bahkan lebih dari ibu kandungnya.     

Mars juga melihat bagaimana Emmelyn dan mendiang Ratu saling menyayangi satu sama lain, namun... ketika orang-orang menjebak Emmely atas kejahatan membunuh Ratu, dia memilih untuk mempercayai orang lain daripada istrinya sendiri?     

Tepat pada saat itu, Emmelyn menyadari bahwa ia telah memilih pria yang salah untuk melabuhkan hatinya. Seharusnya dia tahu dengan baik bahwa keluarga Strongmoor itu jahat. Mereka adalah musuh, dan mereka bertanggung jawab atas kematian keluarganya. Dia sangat bodoh karena sudah memaafkan mereka...     

Lihatlah apa yang terjadi padanya. Cinta telah benar-benar membuatnya bodoh.     

Tidak akan pernah terjadi lagi.     

Emmelyn bersumpah untuk tidak pernah mempercayakan hatinya dengan pria lain.     

"Ada sebuah kota di depan kita, Putri," ujar Nyonya Adler. "Kurasa kota itu bernama Twig. Aku pernah singgah di sana selama beberapa hari saat aku melakukan perjalanan dari Wintermere ke Draec."     

Emmelyn tersadar dari lamunannya ketika mendengar kata-kata penyihir tua itu. Ahh... dia ingat kota ini. Dia juga pernah menghabiskan beberapa hari di sini. Ia menemukan sebuah rumah bordil dimana ia bisa mendapatkan anggur gratis karena ia mengenal pemiliknya.     

Lyla adalah seorang wanita berusia lima puluhan yang dulunya bekerja sebagai pelacur, tetapi dia telah menabung cukup banyak uang untuk membangun bisnisnya sendiri. Dia memperlakukan karyawannya dengan baik dan mereka senang bekerja untuknya.     

Emmelyn mengenal Lyla saat dia menyelamatkan wanita paruh baya itu dari pencopet di pasar. Saat itu, Emmeyn berpakaian seperti laki-laki.     

Pemilik rumah bordil yang berterima kasih ingin menunjukkan rasa terima kasihnya dengan mengundang Emmelyn untuk bermalam gratis di rumah bordilnya, tetapi Emmelyn tidak pernah menyentuh gadis-gadis yang ia tawarkan, karena alasan yang jelas. Dia hanya tinggal untuk mendapatkan anggur gratis.     

"Ayo kita mampir ke Rumah Bordil Moonshine," kata Emmelyn dengan wajah gembira. "Kita bisa menginap di sana."     

"R—rumah bordil, Putri?" Nyonya Adler mengira dia salah dengar. Ia mengerutkan alisnya sambil menatap Emmelyn.     

"Pemiliknya adalah teman baikku," jelas Emmelyn. "Mereka juga punya kamar. Kita tinggal membayar untuk tinggal di sana. Aku lebih suka menggunakan uangku untuk bisnis temanku, daripada orang lain."     

Nyonya Adler akhirnya mengangguk mengerti. Dia dan Emmelyn telah berdandan seperti laki-laki sejak mereka meninggalkan ibu kota. Jadi ketika mereka masuk ke rumah bordil, orang pasti akan mengira mereka sedang mencari layanan.     

"Selamat datang, Tuan," Dua orang wanita cantik datang menyambut Emmelyn dan Nyonya Adler di pintu masuk rumah bordil.     

Salah satu dari mereka memandang pria yang sangat tua yang berdiri di depan pintu dan bertanya-tanya apakah dia masih bisa bangun. Sedangkan pria yang lebih muda, terlihat tampan dan kaya.     

Ini mungkin hari keberuntungan mereka!     

"Hei, apakah Lyla Lowell ada di tempat?" Emmelyn bertanya dengan sopan. Kedua wanita itu saling berpandangan dan kemudian mengamati Emmelyn lebih dekat. Mereka bertanya-tanya siapa pria tampan ini. Mengapa dia memanggil nyonya mereka dengan cara yang ramah?     

"Nyonya Lowell ada di ruangannya," wanita seksi berambut cokelat itu melangkah maju dan berbicara dengan malu-malu. "Siapa kau? Nyonya kami tidak suka diganggu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.