Pangeran Yang Dikutuk

Putri Yang Dermawan



Putri Yang Dermawan

0"Lucia, Henry, Noelle, terima kasih banyak karena telah menemaniku selama ini," kata Emmelyn kepada ketiga orang itu ketika mereka bertemu di kamarnya untuk makan malam bersama. "Sebagai bentuk penghargaanku, aku ingin kalian menerima hadiah ini untuk kalian. Jangan katakan pada Lyla bahwa aku memberi kalian sesuatu. Simpan saja untuk dirimu sendiri."     

Ketiga orang itu saling bertukar pandang. Mereka terkejut melihat Emmelyn mengeluarkan koin emas dari kantong di sampingnya dan memberi mereka masing-masing lima koin.     

Seumur hidup, mereka belum pernah melihat uang sebanyak itu, apalagi memilikinya. Untuk beberapa saat, tidak ada yang berbicara. Ketiga orang itu mengira mereka sedang bermimpi.     

"Hei... kenapa kalian semua terdiam seperti patung?" Emmelyn terkekeh ketika melihat reaksi mereka. Dia mendecakkan lidahnya dan membuyarkan mereka dari keterkejutannya. "Silakan ambil uangnya dan belilah sesuatu yang bagus untuk kalian."     

"Y-Yang Mulia..." Akhirnya, Henry kembali bersuara. Dia berdehem. Pria itu terlihat seperti ingin mengatakan banyak hal tapi lidahnya kelu dan tidak bisa berkata banyak. "Ini... terlalu berlebihan."     

"Omong kosong," Emmelyn melambaikan tangan ke arah mereka. "Aku ingin menunjukkan rasa terima kasihku atas bantuan kalian selama perjalanan yang sulit ini. Aku berharap bisa memberi lebih banyak, tapi aku masih harus menyimpan sebagian untuk perjalananku ke Atlantis."     

Dia menatap mereka dengan tulus, "Tolong terimalah. Jangan membuatku merasa tidak enak. Aku berterima kasih atas bantuan kalian dan aku berharap kalian semua bisa kembali ke Twig dan menggunakan uang itu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik."     

Lucia akhirnya tidak dapat menahan air matanya. Ia bangkit dari tempat duduknya dan memeluk Emmelyn. "Terima kasih... terima kasih banyak, Yang Mulia."     

Emmelyn membalas pelukannya dan tersenyum. "Aku akan menitipkan surat untuk Lyla padamu, berikan padanya ketika kalian tiba di sana. Aku memintanya untuk melepaskanmu. Setelah itu, kau bisa memulai hidup baru bersama Henry."     

Henry langsung menahan napas. Pria itu tampak seperti akan pingsan. Emmelyn menggelengkan kepalanya dan tertawa kecil ketika melihat reaksinya. Dia lalu bangkit dan menepuk pundaknya.     

"Aku tahu bagaimana perasaanmu terhadap Lucia dan bagaimana perasaannya padamu. Aku harap kau akan menjaganya dengan baik. Jika tidak, saat aku kembali dan aku tahu kau membuatnya menderita, aku akan menghajarmu."     

Pria itu dengan cepat menyeka matanya yang basah dan mengangguk. "A-aku akan memperlakukannya dengan baik .... Yang Mulia."     

"Bagus."     

Henry dan Lucia saling berpandangan. Wajah wanita itu memerah dan Henry terlihat seperti baru saja memenangkan hadiah 51.000 koin emas.     

Mereka tersentuh oleh kebaikan hati Emmelyn. Dia tidak banyak bicara selama perjalanan, tetapi mereka tahu dia adalah wanita baik hati yang telah banyak menderita dalam hidupnya, namun itu tidak membuatnya menjadi orang yang kejam.     

Dia masih penuh perhatian dan baik kepada orang lain. Diam-diam, mereka berharap Sang Putri bisa menemukan apa yang dia cari dan akhirnya mendapatkan kebahagiaan yang layak dia dapatkan.     

"Baiklah, karena ini adalah malam terakhir kita bersama, mari kita makan, minum dan bergembira," kata Emmelyn sambil tersenyum setelah ia memberikan masing-masing 5 koin emas kepada Henry, Lucia, dan Noelle.     

"Biar aku tuangkan anggur untuk kita, Yang Mulia," kata Lucia dengan wajah berseri-seri. Dia dengan cepat mengambil kendi anggur dan menuangkan anggur untuk semua orang. Anggur itu tidak sebagus anggur Southberry, tapi cukup bagus untuk sebuah perayaan.     

Emmelyn ingin merayakan fakta bahwa dia akhirnya kembali ke tanah airnya, begitu juga dengan Nyonya Adler. Sementara Lucia, Noelle, dan Henry ingin merayakan kekayaan yang baru mereka dapatkan.     

Lima koin emas sudah cukup untuk membeli sebidang kecil tanah dan rumah atau membuka usaha sendiri. Hal ini akan membuat mereka bisa mandiri dan dapat mencari nafkah dengan baik.     

Emmelyn benar-benar murah hati.     

Malam itu semua orang makan, minum dan bergembira. Suasanya hati mereka sangat baik. Hingga keesokan paginya, ketika mereka bangun, mereka masih bisa merasakan kegembiraan dari malam sebelumnya.     

***     

Kereta yang dinaiki Emmelyn dan rombongan kecilnya berhenti di sebuah rumah kayu kecil di ujung desa. Rumah itu adalah rumah Nyonya Adler. Emmelyn tersenyum ketika melihat mata wanita tua itu berkaca-kaca. Nyonya Adler tidak pernah menyangka ia bisa kembali ke tanah kelahirannya.     

Dia sudah terlalu tua untuk melakukan perjalanan jauh dari Draec, namun di sinilah dia sekarang. Rumahnya yang nyaman.     

"Semuanya, masuklah. Kalian harus mencoba teh jahe buatanku sebelum kalian kembali ke Twig," ucap Nyonya Adler dengan penuh semangat sambil turun dari kereta dan menuju ke pintu rumahnya.     

"Ya, kalian harus mencoba teh spesial kami," Emmelyn setuju. Dia mengikuti Nyonya Adler dan ikut masuk ke dalam gubuknya.     

Lucia, Henry, dan Noelle mengikutinya. Mereka memasuki gubuk kayu yang sangat sederhana dan terlihat seperti sudah lama ditinggalkan. Penyihir tua itu pasti sudah tidak tinggal di rumahnya selama lebih dari dua tahun. Jadi, gubuk itu sangat berdebu dan ada sarang laba-laba di mana-mana.     

"Aku akan merebus air. Tidak akan lama," kata Nyonya Adler sambil pergi ke dapur dan menyiapkan teh untuk para tamunya.     

Lucia dan Noelle membantu membersihkan rumah Nyonya Adler sementara penyihir tua itu membuatkan teh untuk mereka. Sikap mereka membuat penyihir itu merasa sangat senang dan terharu. Dia pun memutuskan untuk memberi mereka beberapa kenang-kenangan untuk dibawa pulang ke Twig.     

Nyonya Adler mengeluarkan sebuah kotak kayu dari lemarinya dan memberi mereka beberapa obat yang dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit ringan. Noelle, Henry, dan Lucia berterima kasih atas hadiah tersebut.     

Setelah mereka minum teh bersama, Emmelyn memberikan suratnya kepada Lucia agar ia dapat membawanya kembali ke Twig dan memberikannya kepada Lyla. Dia juga memberikan sejumlah emas kepada Nyonya Adler untuk dibelanjakan apa pun yang diinginkannya agar dia bisa hidup nyaman di masa tuanya.     

"Yang Mulia," Nyonya Adler menggandeng tangan Emmelyn dan menariknya ke samping saat mereka bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan ke pelabuhan. Emmelyn akan mencari sebuah kapal yang bisa membawanya ke Glasswell.     

"Kalian duluan saja," Emmelyn melambaikan tangan kepada yang lain dan memberi isyarat kepada mereka untuk naik ke kereta terlebih dahulu. Kemudian, dia menoleh ke arah Nyonya Adler. "Ada apa ini, Nek?"     

"Ini adalah sebuah tas yang berisi obat-obatan dan ramuan yang mungkin Anda perlukan dalam perjalanan." Ia memberikan sebuah tas kecil kepada Emmelyn yang diterima gadis itu dengan penuh syukur. "Aku sudah menuliskan nama masing-masing obat di bungkusnya. Aku juga punya sesuatu yang lain untukmu."     

Ia mengeluarkan sebuah kalung kecil dari kotak kayu yang diambilnya dari lemari dan juga memberikannya kepada Emmelyn.     

"Apa ini, Nek?" Emmelyn melihat kalung itu dan terkesan. Kalung itu sangat sederhana, hanya terbuat dari tali kulit tipis, tetapi liontinnya tampak istimewa. Bentuknya seperti seekor ular kecil, terbuat dari perak putih dan matanya berwarna merah darah.     

"Ini adalah hadiah yang diberikan oleh guruku. Ini sangat berharga karena ular ini dapat menetralisir bisa dan racun. Anda bisa menaruhnya di segelas air dan meminumnya, ini akan membantu menyembuhkan gejala keracunan," Nyonya Adler menjelaskan.     

Emmelyn sangat terkejut menerima hadiah yang begitu berharga. "Nenek, aku tidak bisa menerimanya. Ini terlalu berharga bagiku. Kau harus menyimpannya untuk dirimu sendiri."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.