Pangeran Yang Dikutuk

Kau Terlihat Sangat Jelek! Aku Hampir Tidak Mengenalimu!



Kau Terlihat Sangat Jelek! Aku Hampir Tidak Mengenalimu!

0"Emmelyn?"     

Suara pria itu terdengar sangat terkejut dan akhirnya mengkonfirmasi kecurigaan Emmelyn bahwa dia benar-benar Maxim.     

"Kau belum mati?" tanya Emmelyn tidak percaya. Dia menekan bibirnya dan membelalakkan matanya karena merasa terkejut dan emosional pada saat yang bersamaan. "Ini benar-benar kau?"     

"Kau juga masih hidup?" Maxim mengajukan pertanyaan yang sama.     

"..." Emmelyn benar-benar kehabisan kata-kata. Dia khawatir Maxim sudah mati karena kutukannya. Namun, dia tidak hanya terlihat sehat dan baik, tapi juga terlihat sangat tampan.     

Emmelyn menyadari bahwa dia telah banyak berubah dan terlihat jauh lebih dewasa sekarang. Hal berikutnya yang dia sadari, tubuhnya terasa melayang karena pria itu telah melompat ke arahnya dan memeluknya.     

Maxim mengangkat Emmelyn dan memeluknya dengan erat. "Astaga! Kau membuatku takut setengah mati saat kau menghilang! Gadis konyol!"     

Pria itu begitu terharu dengan pertemuan yang tidak disengaja itu hingga dia menyeka matanya yang mulai berkaca-kaca setelah melepaskan Emmelyn dari pelukannya. Kemudian dia tertawa dan mengacak-acak rambut Emmelyn. "Kau terlihat sangat jelek! Aku hampir tidak mengenalimu!"     

Emmelyn juga menangis. Setelah melalui begitu banyak kesulitan dalam hidupnya, dia merasa akhirnya dia mendapatkan sesuatu yang baik.     

Dia tidak pernah menyangka bisa bertemu kembali dengan Maxim di Atlantis. Dunia ini sangat luas dan pria itu bisa berada di mana saja... tapi disinilah mereka bertemu. Maxim masih hidup dan sehat.     

"Diam, Maxim!" Emmelyn cemberut dan kemudian menyeka 'tanda lahir' di wajahnya dengan lengan bajunya. "Aku harus membuat diriku jelek untuk menutupi penampilanku. Kau tidak tahu berapa banyak orang yang mengejarku, termasuk Raja aneh dari Summeria."     

Maxim mengucek-ngucek matanya saat mendengar kata-kata Emmelyn yang diucapkan dengan kesal. Kilatan lucu muncul di mata peraknya. "Seorang Raja mengejarmu? Kenapa? Apa kau mencuri sesuatu darinya?"     

Emmelyn ingin mengatakan bahwa sebenarnya ada dua raja yang mengejarnya dan salah satunya adalah suaminya sendiri. Tapi dia memutuskan untuk tidak mengatakannya.     

Hadiah dari Draec mungkin tidak akan sampai ke Atlantis dan juga tidak terasa signifikan karena hadiahnya hanya 1.000 koin emas.     

Jadi, Emmelyn tidak akan mengkhawatirkannya, terutama karena dia telah memalsukan kematiannya dan Mars saat ini seharusnya sudah berpikir kalau dia benar-benar sudah mati.     

Setidaknya, sampai Emmelyn menemukan Edgar dan pria itu pulang ke ibukota Draec dan membawa kabar tentang keberadaannya.     

"Aku tidak tahu, sungguh," jawab Emmelyn dengan suara serak. Dia ingin menangis dan menangis.     

Emmelyn telah memendam semua penderitaannya sendirian. Sekarang dia merasa akhirnya dia bisa terbuka dan berbagi segalanya dengan seorang teman. Rasanya menyebalkan menyimpan semua itu sendirian.     

Meskipun ia memiliki Kira sebagai teman perjalanannya, tapi mereka tidak begitu mengenal satu sama lain dan baru berkenalan kurang dari satu minggu.     

Dengan adanya Maxim, ia merasa seperti memiliki sahabat, saudara, orang kepercayaan, dan 'partner in crime' yang sudah lama ia kenal.     

"Mungkin Raja jatuh cinta padamu," goda Maxim. "Dia jatuh cinta padamu dan ingin menjadikanmu sebagai permaisurinya. Aku tidak bisa memikirkan alasan lain mengapa seorang Raja bisa mengirim begitu banyak orang untuk mencari seorang wanita."     

"Tunggu... apa kau juga tahu tentang hadiahnya?" Emmelyn terkejut mendengar godaan Maxim. Ia belum memberi tahu Maxim tentang hadiah itu, tapi kenapa pria itu seperti sudah mengetahuinya?     

Maxim mengangkat bahu. "Ya, Aku mendengar orang-orang membicarakan hal itu. Mereka bilang Raja akan memberi mereka emas, gelar, dan tanah. Hadiahnya cukup menarik."     

Emmelyn tidak habis pikir, suaminya sendiri begitu pelit sampai-sampai dia hanya menawarkan 1.000 koin emas untuk orang yang bisa menemukannya. Jadi, serendah itukah pria itu menghargainya sebagai manusia?     

Raja Summeria tampaknya benar-benar mencintai wanita yang mengaku bernama Emmelyn itu sehingga dia rela mengeluarkan begitu banyak biaya untuk mencarinya.     

"Masalahnya, Maxim... Aku yakin Raja telah ditipu," Emmelyn menemukan sebuah pohon tumbang dan duduk di sana, sementara dia membebaskan kakinya dari perangkap, dia kembali melanjutkan pembicaraan mereka. "Raja pasti telah bertemu dengan seorang wanita yang mengaku sebagai diriku. Mungkin, wanita itu tidak percaya diri dengan dirinya sendiri sehingga dia menggunakan identitasku."     

"Hah?"     

"Ketika mereka bertemu, Raja pasti mengenalnya sebagai Emmelyn karena dia memalsukan identitasnya dan mengaku sebagai diriku. Jadi, ketika wanita itu meninggalkannya dan Raja mengirim orang untuk mencarinya, Raja memberi mereka informasi yang salah karena wanita itu sudah berbohong tentang siapa dirinya. Sekarang, semua orang mencariku."     

Sudut-sudut mulut Maxim bergerak-gerak. Dia ingin tertawa terbahak-bahak, tapi dia menahannya.     

"Aku tidak mengerti mengapa ada wanita lain yang menggunakan identitasmu. Kau bahkan tidak terlalu istimewa. Kecuali kau seorang Putri, aku tidak bisa membayangkan ada orang yang mengaku-ngaku sebagai dirimu," ia berpura-pura mengerutkan alisnya kebingungan.     

Emmelyn terbatuk-batuk keras saat mendengar kata-kata Maxim yang nampak tidak bersalah itu.     

Ahh... itu benar. Dia tidak memberi tahu Maxim tentang siapa dirinya. Jadi wajar jika pria itu masih mengira dia adalah wanita biasa dan menjadi bingung saat dia mengatakan bahwa seseorang telah mengklaim identitasnya.     

Maxim benar. Biasanya, Penipu hanya menyamar sebagai orang-orang penting. Dia pasti masih mengira Emmelyn adalah orang biasa dari Wintermere, sebuah kerajaan kecil di Terra.     

Orang waras mana yang mau menyamar sebagai wanita biasa dari kalangan rakyat jelata?     

"Aku sebenarnya adalah seorang Putri," akhirnya Emmelyn memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.     

Maxim menatap Emmelyn dengan seringai lebar di wajahnya. Dia menggelengkan kepala untuk menunjukkan ketidakpercayaannya. "Kau bercanda, kan?"     

Emmelyn memutar matanya saat mendengar pertanyaan Maxim yang meragukannya.     

Dia menggerutu sambil berusaha membebaskan kakinya dari tali. Maxim merasa kasihan melihat perjuangan gadis itu melepaskan jerat di kakinya dan dengan cepat berjongkok dan membantunya.     

Dia mengeluarkan pisau kecil dari ikat pinggangnya untuk memotong tali dan membebaskan kaki Emmelyn dari jerat.     

"Sudah..." katanya sambil tersenyum. "Maaf atas jebakannya. Aku bosan dan ingin menangkap satu atau dua ekor kelinci."     

"Kelinci?" Emmelyn tanpa sadar menjilat bibirnya. Sudah berbulan-bulan ia tidak makan daging kesukaannya itu. Membayangkan lemak berair yang menetes dari kelinci panggang saja sudah membuatnya merasa sangat lapar.     

Maxim menyadari hal itu. Jadi dia bangkit dan menepuk pundaknya. "Tunggu di sini. Biar aku periksa perangkapku yang lain."     

Sebelum Emmelyn bisa berkata apa-apa, pria itu sudah menghilang di balik pepohonan. Sepuluh menit kemudian dia kembali dengan membawa seekor kelinci gemuk di tangannya. Senyum lebar mengembang di bibir Maxim. "Aku dapat satu."     

"Whoaa...!" Emmelyn bangkit dengan penuh kegembiraan. Dia hampir melompat kegirangan. "Aku baru saja membeli dua ekor ikan dari nelayan. Ikan-ikan itu masih sangat segar. Kau boleh mengambil ikanku sebagai ganti daging kelinci."     

Maxim terkekeh ketika melihat reaksinya. "Kau bertingkah seperti sudah lama tidak makan makanan enak. Bukankah kau bilang kau seorang putri? Seharusnya kau makan makanan mahal setiap hari, kan?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.