Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Harus Memilih



Emmelyn Harus Memilih

0"Jadi, apakah Alexia baik-baik saja?" Margueritte bertanya pada Emmelyn dengan suaranya yang merdu. Ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Emmelyn. "Sudah lama sekali."     

"Dia sekarang sudah tua dan lemah," Emmelyn menjelaskan. Nyonya Adler mengatakan bahwa Margueritte dan Dolores telah pergi puluhan tahun yang lalu. Itu memang waktu yang sangat lama. "Dia menghabiskan masa tuanya di Teluk Whitewhales. Dia cukup bahagia di sana."     

"Ah... aku senang mengetahui dia baik-baik saja." Margueritte mengangguk. Ia menatap Emmelyn dan kemudian mengulurkan tangan padanya. "Jadi, namamu Emmelyn?"     

"Ya," jawab Emmelyn. Ia merasa lega melihat sikap manis Margueritte. Suasanya hatinya terlihat baik, jadi teman-temannya pasti akan aman. Margueritte mengatakan sebelumnya bahwa jika surat itu membuat suasana hatinya buruk, maka dia akan mengutuk semua orang menjadi es.     

Meskipun Renwyck mungkin cukup kuat untuk menantang Margueritte, Emmelyn masih memilih untuk tidak bertengkar dengan penyihir itu.     

"Alexia bilang kau banyak membantunya dan sekarang dia memohon padaku untuk membantumu, demi dia. Dia mengingatkanku pada janji lama yang pernah kubuat untuknya saat kami masih muda." Ia berhenti dan menghela napas. Margueritte lalu berbicara lagi. "Jadi, apa yang bisa aku lakukan untukmu?"     

"Yah... ada dua hal," Emmelyn menambahkan dengan cepat, "Pertama, aku ingin kau mengampuni temanku. Dia mungkin berkeliaran di sekitar sini dan tidak sengaja masuk tanpa izin. Maafkan dia, dia belum pernah melihat salju dan terlalu bersemangat untuk datang ke sini."     

Margueritte tertawa kecil ketika mendengar permintaan pertama Emmelyn. Senyumnya tidak hilang dari wajahnya. Namun, suaranya tidak lagi terdengar ramah saat dia berbicara kembali.     

"Apa yang membuatmu berpikir kau bisa menuntut banyak hal dariku?" katanya dengan dingin. "Kau beruntung aku bersedia mengabulkan satu permintaanmu demi Alexia."     

"Tidak… bukan itu yang kumaksud..." Emmelyn melambaikan tangannya dengan cepat. "Tolong jangan marah. Maafkan aku karena lancang, tapi kami sedang mencari teman kami. Seorang wanita muda yang mengenakan mantel baru. Dia cantik dengan rambut cokelat dan sikapnya sedikit kurang ajar. Kami diberitahu bahwa dia menuju ke arah sini. Dan..."     

"Sebenarnya... Alexia mengatakan padaku bahwa kau dituduh melakukan pembunuhan," Margueritte memotong perkataan Emmelyn. "Tidakkah kau ingin membersihkan namamu?"     

"Hah?" Emmelyn menatap Margueritte dengan alis berkerut. Apa yang dimaksud si penyihir dengan hal itu?     

Apakah Margueritte memiliki veritaserum yang bisa memaksa orang untuk mengakui kejahatan mereka? Karena itulah satu-satunya cara yang menurut Emmelyn bisa membebaskannya dari tuduhan.     

Karena Roshan si pengkhianat telah mati dan Ratu Elara tidak meninggalkan bukti apapun yang bisa memberatkan Ellena kecuali Ellena sendiri yang mengakui kejahatannya, maka akan sulit bagi Emmelyn untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah.     

"Kecuali jika kau tidak tertarik untuk membuktikan bahwa kau tidak bersalah, maka aku bisa mengembalikan temanmu," kata Margueritte.     

"B-bagaimana...?" Emmelyn menelan ludah dengan susah payah. Jika ia bisa membuktikan bahwa ia tidak membunuh Ratu Elara dengan mengorbankan Kira... mungkin hal itu tidak sia-sia.     

"Aku tidak akan memberitahumu bagaimana caranya," Margueritte mengangkat alisnya. "Kau harus memilih terlebih dahulu, yang mana yang kau inginkan. Nama baikmu, atau temanmu."     

Emmelyn menahan napas. Ini adalah situasi yang sangat sulit. Mungkinkah Margueritte benar-benar bisa membantunya membersihkan namanya? Jika iya... dia tidak perlu terus hidup sebagai buronan.     

Jika Emmelyn bisa membuktikan dirinya tidak bersalah, dia bisa dengan mudah kembali ke Draec untuk mendapatkan putrinya.     

Saat ini, dengan statusnya sebagai tersangka pembunuh mendiang ratu, dia tidak hanya harus memalsukan kematiannya agar para pemburu bayaran keluar dari jalurnya, tapi dia juga harus memikirkan cara agar suatu hari nanti bisa kembali ke Draec dan mendapatkan Harlow. Itu akan sangat sulit dilakukan.     

"A..." Emmelyn kehabisan kata-kata.     

Dia benar-benar ingin memilih dirinya sendiri.     

Namun, ia teringat guru tercintanya yang sangat terpukul ketika menerima kabar tentang penawanan putranya, Regan. Jika Emmelyn meninggalkan Kira di sini, dia tidak akan pernah bisa membebaskan Regan dan mengembalikannya kepada ayahnya.     

Maxim menyentuh lengan Emmelyn dan berbisik kepadanya, "Jangan percaya begitu saja pada penyihir. Kira mungkin tidak ada di sini. Kita belum tahu."     

"Ah... kau benar," kata Emmelyn terhenti.     

Bagaimana jika Margueritte hanya menggertak mereka dengan mengatakan bahwa dia memiliki teman mereka?     

"Kau tidak percaya padaku?" Margueritte menyipitkan matanya dengan tajam. Dia mendengar kata-kata Maxim dan merasa tidak senang karenanya. Penyihir itu melambaikan tangan kanannya dengan santai dan tidak berbicara pada siapa pun. "Bawalah patung baru kita kemari."     

Emmelyn dan Maxim saling bertukar pandang. Tiba-tiba udara di sekitar mereka terasa lebih dingin. Angin dingin berhembus dari belakang mereka dan mereka melihat dua orang pria berseragam biru, seperti ksatria kerajaan, masuk melalui pintu.     

Mereka berjalan sambil membawa patung es yang sangat mirip dengan Kira.     

Putri bajak laut itu berdiri membeku dengan mata terbelalak dan ekspresi yang terlihat terkejut. Kedua tangannya digunakan untuk melindungi wajahnya dari sesuatu.     

Ini sangat aneh!     

"Ya Tuhan... jadi, dia benar-benar ada di sini!" Emmelyn tidak bisa menahan diri untuk tidak menjerit. Dia menoleh ke Margueritte dan berkata, "Dia teman kami. Apa yang terjadi padanya?"     

"Dia masuk tanpa izin," jawab Margueritte santai. "Aku bisa membebaskannya jika itu yang kau inginkan. Tapi itu akan menjadi satu-satunya permintaan yang akan aku kabulkan untukmu."     

"Uhm... sebenarnya, bukan itu tujuan dia datang ke sini," Maxim tiba-tiba berbicara. Ia mengenal Emmelyn dan setelah melihat Kira dibekukan dengan menyedihkan seperti ini, ia sudah bisa menebak bahwa Emmelyn akan menggunakan permintaannya untuk membebaskan Kira.     

"Kalau begitu, ada apa?" Margueritte menoleh pada Maxim dan menyilangkan tangannya di dada.     

"Emmelyn dikutuk dengan nasib buruk dan dia membutuhkan bantuan untuk mematahkan kutukan itu," Maxim menjelaskan. "Itulah alasan sebenarnya mengapa dia datang ke sini untuk mencarimu. Temannya, Nyonya Adler mengatakan bahwa kau mungkin bisa membantunya."     

"Dikutuk dengan nasib buruk?" Penyihir itu mengerutkan alisnya. "Menarik. Siapa yang mengutukmu?"     

Emmelyn menjawab dengan tersendat-sendat. "Orang-orang bilang aku dikutuk oleh Leoraleis dari Myreen. Apa kau mengenal mereka?"     

"Para Leoraleis?" Margueritte dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak bisa membantumu untuk yang satu itu."     

"Kau tidak bisa...?" Emmelyn bertanya balik. "Atau kau tidak mau?"     

"Keduanya," jawab Margueritte. "Jika Leoraleis mengutukmu, aku yakin itu pasti karena kau memang pantas dikutuk."     

"..." Emmelyn menahan napas karena terkejut dan tubuhnya bergetar oleh ucapan Margueritte yang tidak berperasaan.     

"BERANINYA KAU!"     

Sebelum Emmelyn dapat membantah kata-kata Margueritte, Maxim sudahmenghunus pedangnya dan bergerak maju untuk berhadapan langsung dengan penyihir itu. Dia terlihat mengancam dan tak kenal takut saat dia mengancam penyihir itu dengan pedangnya.     

Wajah Maxim memerah karena marah saat dia berbicara. "Emmelyn adalah wanita paling baik yang pernah aku kenal!! Dia tidak pantas menerima semua penderitaan yang dilemparkan padanya! Siapapun yang mengutuknya untuk hidup dalam kesengsaraan yang begitu besar pasti telah melakukan kesalahan besar! Beraninya kau mengatakan dia pantas dikutuk!"     

Margueritte tidak terlihat tersinggung dengan tindakan Maxim. Bahkan, dia tersenyum tipis dan menyentuh ujung pedangnya. Kemudian dia mendekat ke arah Maxim, jarak wajah mereka hanya beberapa inci satu sama lain dan penyihir itu menatap matanya.     

"Astaga..." si penyihir tertawa kecil. "Apa kau jatuh cinta padanya?"     

Maxim mendengus. "Itu bukan urusanmu."     

"Ha. Apa menurutmu dia akan menerimamu jika kau membantu mematahkan kutukannya?" Margueritte bertanya pada Maxim dengan serius. "Jika aku katakan padamu bahwa kunci untuk mematahkan kutukannya adalah kau harus mengorbankan dirimu sendiri... apa kau mau melakukannya?"     

Maxim menjawab tanpa mengedipkan mata, "Tentu saja."     

"Baiklah," Margueritte tersenyum lebar, dan kemudian dia mulai tertawa terbahak-bahak seolah-olah dia baru saja mendengar lelucon yang sangat lucu. Dia menutupi bibirnya dengan anggun dengan punggung tangannya sambil tertawa.     

Ada kilatan ceria di matanya saat dia mengajukan pertanyaan kepada Maxim, "Kalau begitu... aku bisa mematahkan kutukan temanmu jika kau bersedia tinggal di sini bersamaku. Bagaimana menurutmu? Bukankah itu adil?"     

Emmelyn tersentak. Dia dengan cepat bergerak maju dan menarik tubuh Maxim menjauh dari penyihir itu. "Apa yang kau lakukan? Jangan terlalu gegabah!"     

Dia benar-benar terkejut ketika Maxim berdiri membelanya dan mengancam Margueritte dengan pedangnya ketika penyihir itu mengatakan bahwa Emmelyn pantas mendapatkan kutukannya. Tindakannya menyentuh hati Emmelyn dan dia langsung merasa ingin menangis.     

Sementara suaminya sendiri mengira bahwa ia telah membunuh ibunya, di sini Maxim bahkan tidak mengedipkan mata dan langsung membelanya. Emmelyn teringat akan ayahnya yang bersikap dingin terhadapnya dan bagaimana ia tidak dekat dengan saudara-saudaranya kecuali dengan Killian.     

Semua pria dalam hidupnya telah mengecewakannya dan membuatnya kecewa...     

Tapi Maxim tidak.     

"Tolong... jangan membuat keributan," pinta Emmelyn pada pria itu. Air mata mengalir deras dari sudut matanya. "Ayo, kita bawa Kira dan tinggalkan tempat ini."     

"Tapi dia bilang dia bisa mematahkan kutukan yang menimpamu," kata Maxim keras kepala.     

"Aku tidak mau," kata Emmelyn. "Tidak jika kau harus berkorban untukku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.