Pangeran Yang Dikutuk

Tawaran Untuk Emmelyn



Tawaran Untuk Emmelyn

0"Maukah kau melakukannya?" Emmelyn sangat tersentuh oleh tawaran baik hati itu, dia menepis lengan Maxim dan berjalan maju untuk bertatap muka dengan Raphael. Pada saat itu, dia yakin bahwa pria itu baik dan tidak bermaksud menyakiti mereka.     

Maxim yang awalnya melindungi Emmelyn dari Raphael terkejut dengan apa yang dilakukannya. Dia bergerak maju dan meraih lengannya, "Jangan mudah percaya padanya. Tidak ada yang namanya makan siang gratis! Dia pasti menginginkan sesuatu darimu."     

Emmelyn tahu Maxim benar. Namun, dia begitu tergoda oleh tawaran untuk menghidupkan kembali Ratu Elara sehingga dia tidak bisa berpikir jernih. Langkahnya terhenti dan dia menatap Raphael dengan mata memelas.     

"Tolong beritahu, apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan penawaranmu..." pintanya dengan tulus. "Aku mencintai Ratu Elara dengan sepenuh hati. Dia seperti ibu yang selalu ingin aku miliki. Dia memperlakukanku dengan sangat manis dan dia peduli padaku."     

Air mata mulai menetes dari matanya saat ia melanjutkan kata-katanya, "Dia tidak pantas mati dengan cara yang mengerikan. Aku bahkan tidak ingin dia dihidupkan kembali untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah... aku hanya ingin dia hidup sehingga dia bisa bersama keluarganya lagi."     

Dia ingat betapa Ratu Elara sangat menantikan untuk bertemu dengan Harlow. Dia membayangkan jika ibu mertuanya dihidupkan kembali, dia akan sangat senang bertemu dengan cucunya.     

Sang ratu tidak akan peduli bahwa Harlow adalah seorang gadis, tidak seperti orang-orang brengsek di ibu kota yang berpikir bahwa hanya anak laki-laki yang berharga dan anak perempuan tidak.     

Ekspresi Raphael berubah menjadi muram ketika mendengar permohonan Emmelyn. Ia bergumam, "Aku tidak mengerti bagaimana mungkin seseorang yang begitu baik dan berhati murni sepertimu bisa dibenci oleh begitu banyak orang?"     

Pria tampan itu menggelengkan kepalanya beberapa kali dan menghela napas. "Kau tidak pantas menerima kutukan yang diberikan padamu."     

"A-apakah kau mengenal keluarga Leoraleis?" Emmelyn merasakan dadanya sesak.     

Ia merasa senang karena mereka memutuskan untuk mampir ke Gunung Tempest. Sepertinya dia bisa mendapatkan hasil yang baik dari pertemuannya dengan Margueritte dan Raphael. Jika Margueritte menolak untuk membantunya setelah membebaskan Kira, mungkin Raphael akan melakukannya?     

Pria itu terlihat seperti orang yang baik hati. Jika dia setidaknya bisa memberi Emmelyn petunjuk atau sesuatu yang bisa membantunya mematahkan kutukannya, dia akan menganggapnya sebagai kemenangan besar.     

"Aku mengenal mereka," kata Raphael.     

"Apa menurutmu aku benar-benar dikutuk oleh Leoraleis?" Emmelyn bertanya lagi. Sejauh ini, dia hanya mendengar orang-orang mengatakan dirinya dikutuk dengan nasib buruk dan sepertinya kutukan ini diberikan oleh keluarga kerajaan Myreen, yang disebut Leoraleis.     

Namun, dia belum bisa memastikannya karena tidak ada yang pernah bertemu langsung dengan keluarga Leoraleis dan mengenal mereka. Harapan berikutnya adalah ibu Maxim yang sepertinya mengenal mereka.     

Hari ini Margueritte membenarkan fakta ini, bahwa Emmelyn dikutuk oleh keluarga Leoraleis, tapi karena Raphael juga mengaku mengenal keluarga itu, Emmelyn ingin memaatikan kembali apakah yang dikatakan ibunya benar.     

Raphael mengangguk. "Ya."     

"Apa kau tahu alasannya?" Emmelyn mengejarnya dengan pertanyaan lain. Jantungnya berdegup kencang. Jika dia bisa mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, dia akan tahu apa yang harus dilakukan.     

Dia menambahkan, "Aku belum pernah bertemu dengan keluarga Leoraleis. Bahkan, aku tidak mengenal mereka sampai seseorang tiba-tiba menyebutkan nama mereka kepadaku dan mengatakan bahwa dia melihatku dikelilingi oleh aura gelap yang mengingatkannya pada kutukan Leoraleis."     

Emmelyn melangkah maju dan tanpa ragu-ragu, ia memegang lengan Raphael dan memohon, "Tolong... aku harus tahu kenapa. Tidak mengetahui apa kesalahanku sama saja dengan membunuhku dari dalam."     

"Kau tidak melakukan kesalahan apa pun," jawab Raphael. "Percayalah padaku. Kadang-kadang hal-hal buruk terjadi pada orang-orang bukan karena mereka bersalah atas sesuatu. Hidup ini penuh dengan ketidakadilan. Seperti yang aku katakan sebelumnya, kau tidak pantas menerima kutukan yang gadis itu timpakan padamu."     

"Gadis?" Emmelyn menahan napas. Jadi, orang yang mengutuknya adalah seorang wanita?     

"Aku sudah bicara terlalu banyak," kata Raphael meminta maaf. "Kau akan tahu yang sebenarnya saat kau bertemu dengan Myreen."     

Emmelyn sangat ingin tahu lebih banyak. Namun, dia tahu lebih baik tidak telalu memaksakan keberuntungannya lagi. Jadi, dia mengangguk lemah dan berterima kasih kepada Raphael atas informasi tambahan yang diberikannya. Informasi itu menjelaskan bahwa seorang wanita dari Myreen, salah satu Leoraleis, telah mengutuknya.     

Dia dapat menggunakan informasi tersebut untuk mempersempit pencariannya saat dia bertemu dengan ibu Maxim dan bertanya tentang Leoraleis.     

"Terima kasih sudah mau menjawab pertanyaanku," kata Emmelyn sambil melepaskan tangan pria itu.     

Dia merasa malu karena sudah menyentuh Raphael ketika dia sangat membutuhkan jawaban. Dia berharap Raphael tidak menganggapnya lancang. "Aku akan melanjutkan perjalanan ke Myreen dan menemukan jawaban lainnya di sana."     

"Itu bagus." Raphael mengangguk. Dia berhenti sejenak sebelum mengingatkan Emmelyn bahwa dia memberi penawaran untuk menghidupkan kembali Ratu Elara. "Kau bertanya padaku apa yang kuinginkan sebagai imbalan untuk membantumu menghidupkan kembali ibu mertuamu, kan?"     

"Ya..." Emmelyn menatap pria itu dengan saksama, menunggu kata-kata selanjutnya sebagai antisipasi. "Tolong, katakan padaku bagaimana caranya agar ibu mertuaku bisa dihidupkan kembali?"     

"Apa yang bisa kau berikan kepadaku?" Raphael balik bertanya.     

Emmelyn terdiam. Dia mengira Raphael akan menetapkan harga atau persyaratan agar dia mau membantunya, tetapi sebaliknya, Raphael malah bertanya apa yang bisa dia berikan kepadanya.     

"Aku... aku tidak punya banyak," kata Emmelyn terbata-bata. Dia meraba pakaiannya dan menemukan liontin ular yang tergantung di lehernya. Dia ingat Nyonya Adler mengatakan bahwa liontin ular itu sangat berharga.     

Katanya, liontin itu dapat menetralisir semua jenis racun. Selain itu, Emmelyn tidak tahu untuk apa lagi dia bisa menggunakan liontin itu. Mungkin liontin ini cukup berharga untuk diberikan kepada Raphael sebagai imbalan atas bantuannya?     

Jadi, Emmelyn melepaskan kalung itu dari lehernya dan mengulurkan tangannya untuk memberikannya kepada Raphael. Dia berkata, "Ini adalah milikku yang paling berharga. Kau bisa memilikinya jika kau menghidupkan kembali ibu mertuaku."     

Raphael tertegun ketika mendengar kata-kata Emmelyn.     

"Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" Emmelyn bertanya pada Raphael. Dia memperhatikan perubahan ekspresi Raphael dan bertanya-tanya apakah dia sudah menyinggung perasaannya.     

Pria itu dengan cepat menggelengkan kepala dan tersenyum. "Tidak, kau tidak salah. Karena kau bersedia menghadiahiku dengan hartamu yang berharga, aku hanya bisa menerimanya dengan rasa syukur."     

Raphael mengambil liontin itu dari Emmelyn dan menutup tangannya. Dengan tangannya yang lain, dia melepas syal tipis panjang yang menutupi matanya dan menyerahkannya pada Emmelyn. "Ambillah, ini akan membangunkannya dari tidur nyenyaknya."     

"Tutup saja matanya dengan selendang ini selama satu malam. Jiwanya akan dibawa kembali dari alam peri," jawab Raphael dengan tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.