Pangeran Yang Dikutuk

Mas Kawin



Mas Kawin

0Ketika Emmelyn dan rombongannya pergi meninggalkan kastil, Maxim melihat sekitar lima puluh ksatria berdiri dalam posisi waspada. Beberapa dari mereka nampak terluka setelah pertempuran dan dia langsung menyadari bahwa mereka pasti anak buah Margueritte yang menyerang Renwyck sebelumnya.     

Maxim menyipitkan matanya, menatap mereka dengan tajam, siap menghunus pedangnya kapan saja jika mereka menyerang kelompoknya. Namun, para ksatria itu tidak melakukan apapun. Mereka berdiri diam seperti patung dan hanya melihat Maxim dan teman-temannya meninggalkan kastil.     

Whoosh!     

Whoosh!     

Emmelyn segera mendongak dan melihat Aslain terbang di atas mereka. Naga besar itu berputar-putar beberapa kali di udara sebelum akhirnya mendarat dengan anggun di area terbuka di dekatnya.     

"Yang Mulia, kau bisa mengajak Aslain untuk menuruni gunung. Kau bisa menyuruhnya menjemput kami nanti. Hari sudah hampir gelap. Kita harus bergegas," saran Renwyck.     

Maxim mengangguk. "Itu ide yang bagus. Emmelyn, ayo kita naik Aslain dan pergi dari sini."     

Emmelyn merasa takut saat pertama kali menaiki naga itu. Namun, begitu dia mendarat dengan selamat di puncak gunung, rasa takutnya hilang. Dia benar-benar berpikir bahwa pengalaman menunggang naga sangat menggembirakan dan menyenangkan.     

Sekarang, dia tidak sabar untuk menaiki naga itu lagi. Jadi, dia mengangguk dengan penuh semangat dan mengikuti langkah Maxim. Pria itu senang melihat perubahan pada wajah Emmelyn. Saat pertama kali bertemu dengannya di Lakeshire, dia terlihat sangat sedih. Dia juga menjadi sangat pendiam.     

Hilang sudah gadis yang ceria dan periang yang ia temui dua tahun lalu. Kesedihan Emmelyn membuat Maxim juga merasa sedih. Dia benar-benar ingin melakukan apa pun yang dia bisa untuk mengembalikan senyum ke wajahnya.     

Sepertinya dia akhirnya berhasil.     

Pikiran ini membuat Maxim merasakan beban di dadanya menjadi lebih ringan. Dia pun tersenyum dan berjalan ke arah Aslain dengan langkah ringan. Kira yang baru saja melihat naga itu menatapnya dengan terpesona. Dia menoleh ke Lysander dan bertanya apa itu.     

Ksatria itu menjelaskan bahwa Aslain adalah naga milik Renwyck. "Aslain akan membawa Yang Mulia dan Lady Emmelyn di punggungnya agar mereka dapat tiba di kaki gunung lebih cepat. Kemudian, dia akan kembali ke sini untuk menjemput kita."     

"Oh… sungguh menakjubkan!" Mata Kira berbinar ketika mendengar kata-kata Lysander. Dia melihat Emmelyn dan Maxim naik ke punggung naga itu dengan ekspresi penuh kekaguman. Ketika Aslain melompat dan mengepakkan sayapnya untuk terbang, Kira terkesiap. "Whoaa... itu luar biasa!"     

Dia melihat naga dan kedua penumpangnya tanpa berkedip hingga mereka menjadi titik kecil di langit dan akhirnya menghilang.     

Setelah dia tidak bisa lagi melihat mereka, alis Kira tiba-tiba berkerut dan dia menoleh ke arah Lysander. "Apakah tadi kau mengatakan 'Yang Mulia'?"     

Lysander baru menyadari bahwa Kira belum mengetahui bahwa Maxim sebenarnya adalah Raja Loriel Ashborn, raja Summeria. Emmelyn baru mengetahui fakta itu hari ini ketika Renwyck datang dan secara tidak sengaja membongkar identitas Maxim.     

Kira telah terpisah dari kelompok mereka selama beberapa hari dan tidak menyadari hal tersebut. Lysander mengatupkan bibirnya dan menyesali kata-katanya.     

Dia berpura-pura tidak mendengar pertanyaannya dan memberi isyarat agar Kira berjalan bersamanya dan Renwyck meninggalkan wilayah kastil penyihir putih. "Ayo jalan. Aslain akan menjemput kita nanti. Kita tidak harus menunggu di sini."     

"Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?" Kira cemberut dan menolak untuk mengikuti Lysander. "Aku tidak akan pergi bersamamu sampai kau menjawabnya."     

"Baiklah. Kau bisa tinggal di sini," jawab Lysander tanpa tega. "Kau terlihat cantik sebagai hiasan kastil."     

Dia berbalik dan meninggalkan Kira dengan acuh tak acuh. Mata wanita itu langsung melotot ketika ia mengingat betapa menakutkannya diubah menjadi patung es. Astaga... tidak, dia tidak bodoh untuk tinggal di sini lebih lama.     

Kira mencibir dan akhirnya mengikuti Lysander dan Renwyck dengan langkah panjang. Ia ingin berada sejauh mungkin dari Raphael dan penyihir putih itu.     

***     

Sementara itu, di dalam kastil, Raphael duduk di ambang jendela besar dan mengeluarkan seruling perak dari sakunya. Dia memejamkan mata dan tersenyum tipis, memikirkan sesuatu yang membuatnya bahagia.     

Kemudian, dia mulai memainkan musik yang sama dengan yang dia mainkan sebelum Emmelyn dan Maxim datang ke kastil. Itu adalah lagu yang sangat sedih yang akan membuat orang yang paling bahagia sekalipun menjadi murung.     

Margueritte berdiri di dekat Raphael dan memperhatikan pria itu dengan rasa ingin tahu. "Aku tidak mengerti mengapa kau membantunya. Itu bukan urusanmu."     

Raphael menghentikan musiknya dan membuka matanya. Iris emasnya terlihat geli dengan pertanyaan itu. Dia hanya mengangkat bahu dan menjawab, "Dia bilang dia akan memberikan harta yang paling berharga jika aku menghidupkan kembali ibu mertuanya. Aku tidak bisa mengatakan tidak."     

"Lalu, mengapa kau tidak mengembalikan liontin ular itu? Kita berdua tahu itu BUKAN barangnya yang paling berharga," kata Margueritte lagi.     

"Baiklah... aku akan menggunakannya sebagai jaminan sampai barang yang paling berharga itu dikirimkan kepadaku," kata Raphael. "Mungkin... kau bisa menganggapnya sebagai mas kawin."     

Margueritte menatap Raphael dengan tidak percaya. "Aku yakin itu bukan alasan mengapa kau menolongnya."     

Raphael tertawa kecil dan melihat ke luar jendela. Tatapannya seolah melihat jauh di kejauhan. Kemudian dia menjawab, "Kau benar, Ibu. Aku menolongnya karena aku melihat masa depan."     

Setelah mengatakan itu, Raphael kembali memainkan musiknya. Dia menolak menjawab pertanyaan dari Margueritte. Penyihir putih itu mengernyitkan alisnya dan mencoba mengartikan apa yang dimaksud Raphael dengan kata-katanya.     

Dia tahu Raphael adalah seorang yang bisa melihat masa depan. Dia memiliki bakat yang bahkan jarang dimiliki oleh bangsawan elf. Margueritte sudah melihat banyak kata-katanya menjadi kenyataan selama ini.     

Dia tahu Raphael tidak akan pernah berbicara sembarangan. Dia tidak memiliki selera humor dan tidak pernah bercanda dengan kata-katanya.     

Jadi... apa yang dia lihat di masa depan yang membuatnya memutuskan untuk membantu Emmelyn?     

Margueritte hanya bisa menyimpan pertanyaannya dalam hati. Ia tahu lebih baik tidak memaksa Raphael untuk berbicara ketika ia memilih untuk tetap diam.     

Musik sedih terus mengalun dan memenuhi udara, saat penyihir putih itu memutuskan untuk meninggalkan pria itu sendirian.     

***     

Setelah Aslain menurunkan Emmelyn dan Maxim di kaki gunung, dia langsung terbang untuk menjemput Kira dan Lysander. Begitu keduanya mendarat dengan selamat di dekat dua penumpang pertamanya, naga itu kembali untuk menjemput Renwyck.     

Hari sudah hampir malam dan Maxim memutuskan untuk melewatinya dengan beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan esok hari. Lysander segera mencari kayu bakar dan mencoba membuat api. Ia sedikit kesulitan untuk menyalakan api karena pepohonan dan ranting-ranting yang tumbang di sekitar daerah itu lembab karena salju.     

Untungnya, Aslain datang tidak lama kemudian dan Renwyck meminta naganya untuk membantu mereka. Tak lama kemudian, mereka semua duduk mengelilingi api unggun untuk menghangatkan tubuh dan memanggang daging kering yang dibawa Lysander untuk makan malam.     

Maxim tidak terlalu terganggu dengan hawa dingin. Ia meminjamkan mantelnya kepada Emmelyn agar dia merasa lebih hangat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.