Pangeran Yang Dikutuk

Tiba di Kota Belem



Tiba di Kota Belem

0Emmelyn memalingkan wajah untuk menyembunyikan perasaannya. Jika Maxim mengatakan dia terlihat marah, itu pasti terlihat di wajahnya. Dia berkata, "Mari lanjutkan perjalanan kita. Seberapa jauh Belem dari sini?"     

"Sekitar lima jam perjalanan. Jika kita berangkat sekarang, kita akan tiba di sana sebelum matahari terbenam," Maxim menjelaskan.     

"Baiklah. Apa lagi yang kita tunggu?" Emmelyn bertanya pada Maxim. "Kau benar. Kita harus mencapai Belem dan beristirahat di sana malam ini. Jadi besok kita bisa menempuh jarak yang lebih jauh."     

Maxim mengangguk. Ia khawatir dengan Emmelyn dan ingin tahu apakah ia merasa marah atau kesal. Dia ingin membantunya. Namun, sepertinya, Emmelyn tidak ingin berbagi apa yang ada di dalam hatinya.     

Baiklah. Mungkin dia tidak ingin berbicara saat mereka berada di sekitar Kira dan Lysander. Maxim juga merasakan hal yang sama. Ia akan mengajak Emmelyn bicara empat mata begitu mereka tiba di Belem.     

***     

Setelah mengendarai kuda mereka selama lebih dari lima jam, akhirnya mereka berempat tiba di sebuah kota besar bernama Belem. Emmelyn sangat terkesan saat melihat gerbang kota dan betapa besarnya kota itu.     

Belem mungkin adalah kota terbesar yang pernah dilihatnya setelah Kingstown di Draec. Kota ini sangat dekat dengan pelabuhan dan dipenuhi oleh para pedagang dan pelancong.     

Bahkan setelah matahari terbenam, pusat kota masih ramai oleh orang-orang yang melakukan aktivitas mereka. Bangunan-bangunannya besar dan mewah, menunjukkan kekayaan kota ini. Emmelyn terkesan dengan banyaknya toko, tempat makan, dan penginapan kelas atas.     

Dia mengira mereka akan bermalam di salah satu penginapan dan bertemu dengan orang-orang Maxim yang lain, tetapi ternyata dia salah. Begitu mereka melewati gerbang kota, sekelompok tentara datang dari balik gerbang dan berhenti tepat di depan mereka.     

Emmelyn menoleh ke arah Maxim dan bertanya-tanya apa yang akan dilakukan pria itu. Dia masih menyamar, bukan? Jadi, para prajurit ini tidak boleh tahu bahwa mereka sedang menghalangi raja untuk memasuki kota.     

"Yang Mulia, Anda sudah kembali!"     

Sebelum Emmelyn dapat memahami apa yang terjadi, dia mendengar salam hormat dari orang-orang yang ada di depan mereka. Ketika dia mendongak, dia melihat seekor kuda hitam yang tampan datang ke arah mereka dengan seorang pria paruh baya di punggungnya.     

Dia diikuti oleh beberapa ksatria yang tampak gagah di sisinya. Wajah pria tua itu berseri-seri karena bahagia dan ketika dia sudah cukup dekat dengan Maxim, dia dengan cepat turun dari kudanya dan membungkuk kepada raja.     

"Emmelyn, ini adalah Lord Marius, dia adalah walikota Belem," Maxim menjelaskan.     

Emmelyn menundukkan kepala untuk menunjukkan rasa hormatnya kepada walikota Belem. "Selamat malam, Lord Marius."     

"Selamat malam, Tuan Putri," jawab Lord Marius dengan hormat. Dia melepas topinya dan mengangguk pada Emmelyn. Kemudian, dia membungkuk pada raja dan menyapanya, "Aku yakin perjalanan Anda berjalan dengan baik, Yang Mulia."     

"Ya, benar," jawab Loriel. "Apa semua anak buahku sudah datang ke sini?"     

"Ya, mereka menunggu kedatangan Anda di kediamanku. Apa Anda ingin beristirahat dan makan malam terlebih dahulu sebelum menemui mereka? Atau mungkin Anda ingin langsung menemui mereka?"     

Loriel melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh dan berkata, "Tidak perlu. Aku akan beristirahat dengan kelompokku di sini dan menemui mereka besok pagi."     

"Baiklah, Yang Mulia," Lord Marius kembali ke kudanya dan menunggu sampai Loriel dan Emmelyn melewatinya sebelum dia mengikuti mereka dari belakang.     

Walikota mengantar Raja Loriel, Emmelyn, dan Kira menuju kediamannya dan memberikan mereka kamar terbaik untuk beristirahat di bangunan utama. Ketika Emmelyn memasuki kompleks istana walikota, dia langsung mengagumi taman yang sangat luas di tengah-tengah tembok istana.     

Ada begitu banyak bunga di taman itu dan Emmelyn terpesona dengan pemandangan dari kamarnya. Ahh... sudah lama sekali ia tidak melihat dan menginap di istana yang sesungguhnya.     

Melihat betapa mewahnya istana walikota di Belem, ia membayangkan betapa indahnya istana kerajaan di Castilse. Pasti luar biasa.     

Maxim tidak pernah bercerita tentang rumahnya ketika mereka masih bepergian bersama. Dia selalu mengatakan bahwa kampung halamannya membosankan dan tidak ada yang menarik di sana.     

Ugh... pembohong itu.     

Emmelyn menekan pelipisnya saat duduk di ambang jendela dan memandangi taman dengan penuh kekaguman. Saat itu matahari sedang terbenam dan dia masih bisa melihat pemandangan di sekitarnya dengan baik. Bahkan cahaya matahari terbenam yang menyinari tanaman dan bunga-bunga yang bermekaran di taman membuat pemandangan tersebut semakin menarik.     

Hal ini sedikit mengingatkan Emmelyn pada taman milik Ratu Elara. Taman itu selalu dipenuhi oleh bunga yang bermekaran, bahkan di musim gugur. Hal ini menunjukkan bahwa taman tersebut dirawat dan dipelihara dengan baik, dan dengan perlakuan khusus yang diterapkan memungkinkan tanaman-tanaman tersebut tetap tumbuh pada musim semi atau musim panas.     

Ahh... betapa Emmelyn merindukan saat-saat minum teh bersama dan mengobrol. Menyeruput teh sambil mengagumi taman yang indah dan mengobrol dengan Ratu Elara adalah salah satu hal sederhana dalam hidupnya yang membuatnya bahagia.     

Dia sangat merindukan hari-hari itu. Emmelyn mengeluarkan syal dari saku mantelnya dan memandanginya seperti sebuah jimat keberuntungan. Atlantea benar-benar membuatnya merasa beruntung karena tanpa disangka-sangka dia bisa bertemu dengan Raphael yang memutuskan untuk menolongnya.     

Ah, Emmelyn harus berterima kasih pada Nyonya Adler atas kebaikannya memberikan liontin ular itu. Kalung tersebut pasti sangat berharga jika Raphael saja bersedia menerimanya sebagai imbalan atas bantuan yang ia berikan untuk menghidupkan kembali Ratu Elara. Semoga saja suatu hari nanti mereka bisa bertemu kembali sehingga Emmelyn bisa mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan pantas.     

Dan jika syal ini benar-benar berhasil, Emmelyn juga akan menemukan cara untuk berterima kasih sekali lagi kepada Raphael. Sebuah liontin ular saja tidak akan cukup jika Ratu Elara benar-benar hidup kembali, pikirnya.     

Mungkin dia bisa mengirimkan beberapa hadiah mahal ke Gunung Tempest, setidaknya ia harus menunjukkan bahwa dia benar-benar berterima kasih pada Sang pangeran es.     

Tok! Tok!     

Emmelyn tersadar dari lamunannya ketika mendengar ketukan di pintu. Kemudian, dia mendengar suara Maxim dari balik pintunya.     

"Emmelyn, bisakah kita bicara?"     

Jantung Emmelyn mendadak berdebar-debar. Dia ingat bahwa dia dan Maxim masih memiliki percakapan yang belum selesai. Keduanya tidak ingin membicarakan masalah pribadi mereka disekitar Kira dan Lysander.     

Ada banyak sekali hal yang ingin ia tanyakan pada Maxim. Pria itu sudah berjanji untuk menjawab semua pertanyaan yang ia miliki tentang dirinya dan Summeria.     

Jadi, mungkin ada baiknya mereka akhirnya tiba di Belem, sehingga mereka bisa beristirahat dan bisa berbicara secara pribadi.     

"Masuklah," jawab Emmelyn. Ia membuka pintu dan mempersilakan Maxim masuk. "Apa kau datang ke sini untuk menjemputku karena makan malam sudah siap?"     

Dia tahu Maxim datang untuk berbicara, tetapi dia memutuskan untuk menggodanya agar suasana di antara mereka menjadi lebih santai.     

Maxim tersenyum dan menjawab, "Mereka sedang mempersiapkan pesta dan kita akan makan sebentar lagi. Aku datang ke sini untuk berbicara."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.