Pangeran Yang Dikutuk

Pembicaraan Emmelyn dan Maxim



Pembicaraan Emmelyn dan Maxim

0Emmelyn memberi isyarat kepada Maxim untuk masuk dan duduk di kursi dekat jendela. Ada lima lilin yang dinyalakan oleh pelayan tadi dan ruangan itu tampak terang dan hangat.     

"Pelayan baru saja mengantarkan teh untukku. Apa kau mau secangkir teh?" Emmelyn bertanya pada Maxim sambil mengangkat teko teh. "Senang rasanya berbicara sambil minum teh."     

Dia benar-benar merindukan minum teh bersama Ratu Elara sambil membicarakan apa saja dan memperhatikan bunga-bunga di taman.     

"Tentu," Maxim bangkit dari kursinya dan mengambil alih teko dari tangan Emmelyn. "Biar aku yang menuangkan tehnya, aku tuan rumah di negara ini."     

Emmelyn menggelengkan kepalanya, tetapi dia memberikan teko itu kepadanya. Maxim menuangkan teh untuk mereka berdua ke dalam dua cangkir dan memberikan salah satunya kepada Emmelyn.     

Mereka duduk sambil menikmati teh dan tidak mengatakan apa-apa selama beberapa saat. Emmelyn menatap Maxim dengan saksama dan menunggunya berbicara.     

"Aku minta maaf karena sudah berbohong padamu tentang siapa aku," Maxim akhirnya membuka percakapan. "Aku sangat menikmati persahabatan kita dan aku tidak ingin kau memperlakukanku secara berbeda hanya karena aku seorang bangsawan. Jadi, aku tidak mengatakan apa-apa. Tentu saja, saat itu aku juga tidak tahu bahwa kau adalah seorang putri."     

"Bagaimana kau mengetahui identitas asliku?" Emmelyn bertanya pada Maxim. Dia sudah sering mendengar bahwa pria ini telah mencarinya sejak lama. Dia bertanya-tanya bagaimana dia bisa mengetahui siapa dirinya dan kemudian memutuskan untuk memberikan hadiah pada orang yang menemukannya.     

"Oh... aku bertanya ke sana kemari dan aku juga mengerahkan orang-orangku untuk mencarimu dan mencari semua informasi yang bisa kami dapatkan tentangmu," Maxim menjelaskan. "Ketika aku mendengar tentang keluargamu, aku sangat terpukul. Aku juga sangat marah untukmu."     

Emmelyn merasa tersentuh oleh kata-kata pria itu. Maxim jelas sangat peduli padanya.     

"Aku berkata pada diriku sendiri, aku akan melakukan apa saja untuk merebut kembali Wintermere dari musuhmu," lanjut Maxim. "Aku akan mengembalikannya kepadamu. Aku tahu aku tidak bisa mengembalikan orang tua dan saudara-saudaramu, tapi aku bisa memberikan Wintermere."     

Emmelyn menahan napas saat mendengar pernyataan Maxim yang entah bagaimana terdengar seperti sebuah pengakuan cinta secara tidak langsung.     

Ia menatap Maxim dengan saksama dan menemukan ketulusan di matanya. Ahh... dia tahu pria itu adalah pembohong yang baik, tapi kali ini dia tidak berbohong.     

"Apa kau benar-benar akan mengembalikan Wintermere?" tanyanya. "Bagaimana caranya?"     

Maxim mengangkat bahu. "Aku akan mengambilnya kembali, dengan merebutnya. Bagaimana menurutmu?"     

Emmelyn memikirkan tawaran tersebut dan pikirannya langsung tertuju pada tanah kelahirannya. Saat ini, Wintermere dipimpin oleh Ethos Greenan, salah satu sepupu Mars. Tempat itu sudah dijajah oleh Draec selama hampir dua tahun.     

Ketika Emmelyn melewati daerah itu dalam perjalanannya menuju Atlantea, dia melihat penduduk Wintermere sudah terbiasa hidup di bawah pemerintahan yang baru. Perlahan tapi pasti, suatu saat mereka pasti akan melupakan Rosehills.     

Ketika Mars melamarnya dan mengatakan bahwa ia akan mendapatkan Wintermere kembali ditambah dengan seluruh kerajaan Draec, Emmelyn merasa sangat tersentuh. Dia membuatnya berpikir bahwa dia bahkan bisa memerintah bersamanya sebagai ratu di kerajaannya.     

Tapi apa yang terjadi dengan janji itu? Mars dan Emmelyn tidak lagi bersama karena tragedi yang terjadi di antara mereka. Emmelyn dapat memahami jika suaminya sangat terpukul dengan kematian ibunya dan tidak dapat berpikir jernih untuk sementara waktu. Dia bisa memaafkannya.     

Namun, ketika dia menawarkan hadiah untuknya, Emmelyn menyadari bahwa dia selalu menjadi pihak yang menerima ketidakadilan dan penderitaan. Dia harus selalu menjadi orang yang memahaminya dan memaafkannya. Emmelyn sadar bahwa dirinya sudah melakukan begitu banyak hal namun hanya menerima sedikit sebagai timbal baliknya.     

Dan bahkan setelah semua yang terjadi, dia masih memilih untuk menghidupkan kembali Ratu Elara ketika dia memiliki kesempatan tersebut. Dia terlalu baik dan pemaaf.     

Mungkin ini saatnya untuk menjadi egois sekali saja dan mengambil apa yang pantas dia dapatkan...     

"Aku ingin kerajaanku kembali dan putriku," kata Emmelyn dengan tegas. Dia menatap Maxim dengan saksama. "Bisakah kau mewujudkannya?"     

"Aku bisa mewujudkannya untukmu," jawab Maxim. "Kau hanya perlu mengatakannya."     

Emmelyn menggigit bibirnya. Dia tidak tahu seberapa kuatnya Maxim. Dia belum pernah melihat ibukota Summeria tapi dia sudah melihat sejauh mana kekuatannya.     

Bahkan Belem hampir sebesar dan semaju Kingstown di Draec. Jadi, mungkin Castilse jauh lebih besar dan lebih maju?     

Dia juga pernah mendengar tentang perpustakaan tertua dan terbesar di dunia yang menjadi obsesi semua cendekiawan. Perpustakaan itu terletak di Castilse. Jadi, berdasarkan informasi ini saja, Emmelyn sudah bisa menebak seberapa jauh kemampuan Maxim.     

Pria itu bukan orang yang sombong yang akan membanggakan kekayaannya atau kekuasaannya, tidak seperti bangsawan rendahan yang cenderung berpikir bahwa mereka lebih baik dari orang lain.     

Ketika Emmelyn bertemu dengannya untuk pertama kali, dia bersikap seolah-olah dia adalah seorang pengembara yang miskin. Jadi, ketika Maxim berkata bahwa dia bisa mewujudkan apa pun yang dia inginkan. Emmelyn mempercayainya.     

"Mengapa... kau mau melakukan semua itu untukku?" Emmelyn bertanya pada Maxim.     

Dia sudah bisa menebak alasannya karena Lyla mengatakan bahwa raja Summeria jatuh cinta padanya. Emmelyn tidak mengajukan pertanyaan itu untuk memancing pengakuan cinta dari Maxim. Ia hanya ingin mendengarnya langsung dari Maxim dan bukan dari kabar angin.     

"Emmelyn, jika aku jatuh pada masa-masa sulit dan kau memiliki kemampuan untuk membantuku... bukankah kau akan melakukan hal yang sama?" Maxim menjawab pertanyaan Emmelyn dengan pertanyaan lain.     

Kata-katanya terdengar jelas dan tulus.     

"Jika seseorang menyerangku, merampokku hingga tak ada yang tersisa, dan melemparku ke jalan... dan kau menemukanku, bukankah kau akan menolongku?" tanyanya lagi.     

Bibir Emmelyn bergetar saat dia mencoba untuk memberikan jawaban. Kata-kata pria itu sangat menyentuh hatinya. Dia bergumam, "Aku... aku pasti akan membantumu..."     

"Aku tahu itu. Aku tahu kau akan membantuku karena aku adalah temanmu." Maxim menyentuh lengan Emmelyn dan menatap matanya.     

Dia mengucapkan kata-kata berikutnya dengan perlahan dan jelas seolah-olah sedang mengucapkan sebuah sumpah dengan bersungguh-sungguh, "Emmelyn, kau adalah sahabatku. Siapa pun yang menyinggung perasaanmu, mereka juga menyinggung perasaanku. Perangmu adalah perangku. Perjuanganmu adalah perjuanganku. Jika kau dirugikan oleh orang lain, aku akan memastikan mereka memahami bagaimana rasanya sudah merugikanku dan menerima konsekuensinya."     

Dia lalu menambahkan, "Aku minta maaf tidak bisa datang dan membantumu lebih cepat. Aku adalah teman yang buruk. Tolong biarkan aku menebusnya sekarang setelah aku memiliki kesempatan itu."     

Emmelyn bukanlah seorang yang cengeng dan kehidupan yang keras telah membuatnya menjadi pesimis dalam hidup. Dia juga menjadi penyendiri dan tidak ingin menunjukkan kerentanannya di depan orang lain.     

Namun, ia jadi sering menangis setelah bertemu dengan Maxim.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.