Pangeran Yang Dikutuk

Biar Aku Suapi



Biar Aku Suapi

0Mars segera berlari meninggalkan pasukannya dan mencari asal suara jeritan Emmelyn. Ia dapat menduga itu pasti jeritan gadis yang menghabiskan malam bersamanya.     

Pikirannya segera menjadi kacau. Ia mengira telah terjadi sesuatu yang sangat buruk hingga Emmelyn menjerit begitu histeris.     

Begitu ia tiba di depan pintu kamarnya, Mars segera mendobrak pintu, mengira ada penjahat yang hendak membunuh ibu dari calon anak-anaknya.     

BRAK!     

"Ada apa? Di mana penjahatnya?" tanya Mars dengan sigap. Ia telah mencabut pedangnya dan segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Karena tidak melihat ada orang lain di situ, ia segera menghampiri Emmelyn yang duduk di tempat tidur dengan mata basah oleh air mata.     

"Apa yang terjadi?" tanyanya cemas.     

Emmelyn segera merapatkan selimut ke dadanya saat ia melihat mata sang pangeran selintas melirik ke arah payudaranya yang tadi tersingkap.     

[Dasar mesum!]     

"Aku akan mati!" sergah Emmelyn dengan suara putus asa. "Ini semua salahmu..."     

Mars tertegun mendengar kata-kata Emmelyn. Seketika hatinya terasa begitu sakit, seolah ditusuk ribuan pedang musuh.     

Astaga... benarkah gadis ini akan mati?     

Kalau begitu... Emmelyn juga ternyata terkena dampak dari kutukan terhadap dirinya? TIdak akan ada anak bagi mereka?     

Ini sungguh buruk.     

Pemuda itu merasakan dadanya sesak dan untuk sesaat ia tak dapat bernapas. Mars terduduk lesu di pinggir tempat tidur.     

Ahh... rupanya ia memang ditakdirkan untuk tidak pernah bahagia. Ia tadinya mengira kehidupannya akan dapat berubah, karena ia menemukan seorang wanita yang dapat disentuhnya...     

Wanita yang sangat menarik dan membuatnya terpikat. Wanita yang dapat melahirkan anak-anak untuknya. Wanita yang dengannya ia memiliki chemistry luar biasa. Wanita yang ia kira istimewa karena tidak terpengaruh kutukannya...     

Ternyata ia sama saja. Ia akan segera mati karena diriku, pikir Mars dengan sedih.     

"Maafkan aku..." kata pemuda itu dengan nada suara sangat bersungguh-sungguh. Ia menatap Emmelyn dengan hati yang hancur, dan untuk sesaat gadis itu menjadi terkesima.     

Si brengsek ini benar-benar menyesal telah mengakibatkan Emmelyn menghadapi kematian?     

Rasanya sulit dipercaya.     

Emmelyn membuang muka. Ia tak sanggup menatap sepasang mata keemasan itu berlama-lama.     

"Tidak pernah kuduga, aku akan mati mengenaskan seperti ini," omel gadis itu.     

Ia mengangkat tangan kanannya yang terasa hampir lumpuh dan mendesah panjang. Ia lalu mengangkat tangan kirinya dan menatapnya berlama-lama, berusaha mengira-ngira kapan giliran tangan yang kiri ikut lumpuh, dan kemudian diikuti bagian tubuhnya yang lain. Lalu ia pun akan mati.     

Mars yang sedang murung melihat perbuatan gadis itu dan menjadi keheranan.     

"Kau sedang apa?" tanyanya.     

Emmelyn menoleh ke arahnya dan mendengus. "Gara-gara kau dan kutukan sialanmu itu. Tangan kananku sekarang sudah lumpuh. Aku hanya tinggal menunggu waktu sampai bagian tubuhku yang lain juga ikut lumpuh dan akhirnya aku akan mati."     

Mars tertegun mendengar kata-kata Emmelyn. Ia mengerutkan keningnya dan mencoba berpikir mencerna ucapan gadis itu.     

Rasanya bukan seperti ini ciri-ciri dari wanita yang mati setelah menyentuhnya. Mereka semua akan langsung mati begitu saja keesokan harinya. Tidak ada peristiwa lumpuh anggota tubuh dulu.     

Lagipula...     

Jantungnya berdebar kencang saat ia teringat peristiwa yang terjadi tadi pagi ketika ia baru bangun tidur dan... ahem, menggunakan tangan kanan Emmelyn untuk membantunya mendapatkan pelepasan.     

Sebentar...     

Jangan-jangan...     

Ia mengambil tangan Emmelyn dan mengamatinya baik-baik. Ia lalu menatap gadis itu dengan sepasang mata membulat. "Apa yang kau rasakan sekarang?"     

Emmelyn mengerutkan kening keheranan. Pertanyaan macam apa itu?     

"Rasanya pegal, seperti mau lumpuh," omel gadis itu.     

Ia hendak menarik lepas tangannya dari genggaman pangeran brengsek ini, tetapi apa daya ia sama sekali tidak punya tenaga bahkan untuk menariknya.     

Akhirnya dengan menggunakan tangan kirinya, ia memukul tangan Mars yang menggenggam tangan kanannya dan mengambil tangannya dari genggaman pria itu.     

Barulah Mars menyadari bahwa sebenarnya Emmelyn tidak akan mati. Tangan kanannya hanya kecapekan setelah tadi pagi bekerja keras dan kini sama sekali tidak memiliki tenaga. Emmelyn salah paham dan mengira ia akan lumpuh dan mati.     

Sudut bibir pria itu berkedut-kedut menahan tawa. Ia merasa peristiwa pagi ini lucu sekali. Astaga.. gadis ini sungguh konyol, pikirnya.     

Namun demikian, Mars menahan diri. Ia tidak akan tertawa di depan gadis ini demi menjaga reputasinya. Akhirnya ia hanya mendeham dan menepuk tangan Emmelyn lembut.     

"Kau tidak akan mati," katanya tegas. "Kau ini barusan membuatku cemas saja. Ayo cepat ganti baju dan ikut sarapan bersamaku."     

Emmelyn tampak keheranan mendengar kata-kata pria itu. Tadi ia melihat Mars begitu sedih saat mengira ia benar-benar akan mati, tetapi kini sikapnya menjadi santai. Apakah ini berarti Emmelyn memang tidak akan mati?     

Ahhh...     

"Aku tidak bisa berganti pakaian," keluh Emmelyn. "Tanganku pegal."     

"Oh...." Mars seketika sadar bahwa Emmelyn benar. Ia lalu mengangguk. "Aku bisa membantumu berganti pakaian."     

"Dasar mesum," omel Emmelyn lagi. "Panggil saja para pelayan kemari. Mereka bisa membantuku. Jangan harap kau bisa mengambil kesempatan lagi."     

Enak saja! Emmelyn tidak akan membiarkan Mars membantunya mengenakan pakaian. Bisa-bisa nanti mereka melakukan 'itu' lagi.     

Mars tersenyum dan mengangguk-angguk. "Baiklah. Kutunggu di ruang makan untuk sarapan bersama."     

Ketika pemuda itu bangkit dari tempat tidur, ia menatap Emmelyn agak lama. Rasanya ia lega sekali dan hampir saja ia mengikuti dorongan hatinya untuk memeluk gadis itu.     

Ahh... untunglah ia berhasil menahan diri. Ia lalu menepuk kepala Emmelyn seperti kepada anak kecil dan kemudian meninggalkan kamar.     

Emmelyn dapat mendengar suaranya memanggil kepala pelayan untuk mengirim pelayan perempuan ke kamar dan membantu Emmelyn berganti pakaian.     

***     

Satu jam kemudian Emmelyn sudah turun ke ruang makan dengan pakaian yang indah dan penampilan rapi. Ia berjalan menghampiri meja makan tempat Mars duduk menunggunya dengan sajian yang tampak begitu menggugah selera.     

"Ayo makan yang banyak," kata Mars sambil menaruh piring berisi kue-kue dan irisan buah di depan Emmelyn.     

Gadis itu mengerutkan keningnya. "Sebenarnya aku ini kenapa? Tanganku pegal sekali. Apakah ini benar-benar bukan akibat dari kutukanmu?"     

Ia menatap Mars dengan pandangan penuh selidik. Pemuda itu menelan ludah dan menggeleng.     

"Bukan. Aku pasti tahu. Kalau kau memang dapat terpengaruh kutukanku, kau pasti sekarang sudah mati."     

"Lalu aku kenapa?" tanya Emmelyn lagi.     

Mars mendeham. "Sepertinya terjadi sesuatu tadi pagi terhadap tanganmu. Tapi jangan kuatir, kau tidak akan mati. Jadi sebaiknya sekarang kau makan."     

"Tanganku terlalu pegal untuk menyuap makanan," Emmelyn mendesah kesal. Belum sempat ia mengomel lagi, tiba-tiba saja sebuah tangan telah naik ke depan bibirnya dengan sepotong daging goreng.     

"Biar aku suapi. Ayo makan," kata Pangeran Mars dengan suara baritonnya yang seksi.     

Emmelyn tertegun melihat ternyata tanpa diminta si brengsek ini telah memotong-motong daging di piringnya dan sekarang hendak menyuapinya.     

Astaga... apa aku sedang bermimpi? pikirnya kebingungan.     

"Kau... sedang apa?" tanya Emmelyn keheranan.     

"Menyuapimu. Ibu dari calon anak-anakku tidak boleh kelaparan. Kau harus cukup sehat untuk melahirkan anak-anakku," jawab Mars dengan sungguh-sungguh.     

Emmelyn segera menjadi cegukan saat mendengar ucapan pria itu.     

Dasar...     

Dalam benak Mars hanya ada pikiran bagaimana caranya agar ia bisa membuat Emmelyn makan lebih banyak, jadi lebih gemuk dan sehat untuk dapat melahirkan anak-anaknya.     

Hampir saja tadi Emmelyn merasa terharu karena mengira laki-laki ini memang memperhatikannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.