Pangeran Yang Dikutuk

Apakah Tidur Dengannya Membuatku Menjadi Bodoh?



Apakah Tidur Dengannya Membuatku Menjadi Bodoh?

0"Eh... kau belum menjawab pertanyaanku, kenapa kau menyuruh para pelayan memindahkan barang-barangku dari kamarku?" tanya Emmelyn sebelum meneguk wine-nya.     

Tangannya yang sedang memegang gelas wine dan siap diminum, kembali diturunkan ke meja dan ia menyilangkan kedua lengannya di depan dada.     

Mars mengangkat bahu. "Apa maksudmu 'kamarmu'? Kau tidak punya kamar di kastil ini. Sebelumnya kau tidur di bangsal bersama para pelayan lainnya."     

Emmelyn mengerucutkan bibirnya. "Yang kumaksud dengan kamarku adalah... uhm, tempat kau mengurungku kemarin. Aku pikir kau memberikan itu sebagai kamar untukku. Aku akan melahirkan anak-anakmu... kau tega menyuruhku kembali ke bangsal pelayan???"     

Mars memijit keningnya. Ia tidak tahu apakah Emmelyn benar-benar naif atau ia hanya berpura-pura tidak tahu bahwa mulai hari ini ia akan berbagi kamar dengan Mars, karena mereka akan... uhm, terus berusaha membuat bayi.     

Ia belum cukup mengenal gadis itu untuk tahu apakah Emmelyn memang naif atau pura-pura tidak mengerti.     

"Tentu saja kau tidak akan kembali ke bangsal pelayan," kata Mars dengan tidak sabar. "Mulai hari ini, kau tinggal di kamar ini bersamaku. Kau sudah lupa kita harus berusaha membuatmu hamil?"     

Glek. Emmelyn tanpa sadar segera meneguk wine di gelasnya hingga habis dalam sekali teguk. Kemudian ia cegukan.     

Ahhh.. sial. Tadinya ia mengira mereka hanya akan melakukannya sekali dan kemudian menunggu apakah ia hamil atau tidak, baru kemudian mencoba lagi. Dan sementara itu, ia akan tinggal di kamarnya sendiri.     

Jadi... ternyata ia salah duga. Ternyata si brengsek ini memang mesum. Ia mau melakukannya terus-terusan?     

"Ki-kita kan sudah melakukannya..." protes Emmelyn. "Sekarang tinggal menunggu saja. Kalau aku tidak juga hamil... yang artinya kau tidak becus dalam melakukannya.. Maka kita bisa mencoba lagi. Di mana-mana, dalam semua proyek management yang baik, kita harus melakukannya dengan PDCA: Plan, Do, Check, Action. Kita buat rencana untuk membuat anak, lalu kita melakukannya, kemudian kita memeriksa apakah pekerjaan kita berhasil atau tidak. Kalau gagal, baru kita coba lagi. Kalau berhasil... artinya kita tidak perlu susah payah buang tenaga kerja dua kali. Iya, kan???"     

Mars hampir tidak memperhatikan kata-kata Emmelyn yang diucapkannya tanpa titik koma. Pemuda itu terpaku melihat bibir merah gadis itu monyong-monyong mengucapkan berbagai istilah yang dirasa asing baginya.     

Gadis ini ingin menunggu sampai dapat memastikan bahwa ia tidak hamil baru ia bersedia melakukannya lagi? Ha.     

"Kau salah," kata Mars dengan suara kalem. Ia menaruh jari telunjuknya di bibir Emmelyn dan menggeleng. "Tabib istana mengatakan bahwa cara terbaik untuk memastikan perempuan hamil adalah dengan melakukan hubungan seksual sesering mungkin. Apakah kau hendak mengatakan kau lebih pandai daripada tabib istana dalam hal kesehatan?"     

Emmelyn menatap jari Mars yang menempel di bibirnya dan sangat tergoda untuk menggigit jari itu hingga putus.     

"Lagipula, bagiku itu bukan pekerjaan yang membuang tenaga," kata Mars sambil tersenyum tipis. "Aku menyukainya."     

Emmelyn batuk-batuk mendengar kata-kata sang pangeran. Memang, laki-laki di depannya ini termasuk mesum.     

"Kau tidak apa-apa?"     

Emmelyn mendongak sambil batuk-batuk dan mendapati Mars telah berdiri dan menyentuh bahunya, berusaha menepuk-nepuknya seolah berusaha meredakan batuknya.     

Ehmm.... Tanpa sadar Emmelyn memejamkan matanya. Aroma maskulin pria di sampingnya ini terasa sangat memabukkan.     

Duh... ada apa ini? Emmelyn sangat menyukainya! Ia dapat menebak seharian ini pasti Mars habis berlatih tempur dengan anak buahnya dan mengeluarkan keringat sangat banyak. Tapi alih-alih bau keringat yang menjijikkan... dia malah tercium sangat maskulin dan jantan.     

[Astaga... apakah tidur dengannya membuatku menjadi bodoh?]     

[Aku pasti sudah gila.]     

"Ahh.. batukmu sudah berhenti. Syukurlah..."     

Astaga.. Suaranya yang terdengar begitu dekat di telinga Emmelyn terasa hangat dan seksi. Tanpa sadar, keringat dingin menetesi kening Emmelyn.     

Ia menelan ludah.     

Mars telah kembali duduk di kursinya. Ia kini membuka kancing pakaiannya dan membiarkan dadanya yang bidang terlihat jelas. Sepertinya ia merasa gerah dan ingin berganti pakaian atau membersihkan diri.     

"Kau kenapa?" tanya Mars keheranan saat melihat ekspresi bodoh di wajah Emmelyn. Ia lalu melihat ke arah dirinya sendiri dan kembali melihat ke arah Emmelyn. "Kau... memperhatikan dadaku?"     

Glek. Emmelyn ingin sekali membuang muka, tetapi tidak bisa. Pikirannya segera dilintasi bayangan-bayangan tadi malam ketika tubuh perkasa itu menindih tubuhnya dan memasukinya berkali-kali, membuatnya menjerit nikmat tanpa henti.     

Tadi malam ia hanya dapat merasakan tubuh Mars bersatu dengan tubuhnya, tetapi ia tidak melihat bagaimana rupa tubuh itu dalam keadaan telanjang.     

Eh, ia pernah kok melihat Mars telanjang, sekali, waktu laki-laki ini hendak mandi. Tapi itu hanya sebentar. Emmelyn segera kabur karena kaget.     

Baru sekarang ia melihat dada bidang itu tersembul nyata dari balik pakaiannya yang terbuka. Mars tersenyum simpul melihat arah mata Emmelyn.     

Dengan jahil ia lalu membuka semua kancingnya hingga bawah dan kemudian dengan gerakan sangat pelan, ia melepaskan pakaian atasnya.     

Kini tubuh atasnya terlihat jelas tanpa penutup apa pun.     

"Astaga... kau memang menyukai tubuhku!" seru Mars dengan suara kaget sekaligus senang.     

Ia lalu berdiri dan berjalan pelan-pelan mendekati Emmelyn. Ia mengangkat tangan kiri gadis itu lalu menempelkannya ke dadanya yang berotot. "Sudah kubilang.. kau boleh melihat dan menyentuhnya sesukamu."     

Emmelyn menahan napas.     

Ahhh... bukan hanya sangat indah dipandang. Otot-otot dadanya sangat sempurna dan terasa keras dipegang. Si brengsek ini memang punya tubuh yang menggiurkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.