Pangeran Yang Dikutuk

Aku Ingin Keluar



Aku Ingin Keluar

0"Kau sedang lihat apa?" tanya Emmelyn dengan pandangan curiga. Mars hanya mengangkat bahu dan pura-pura bersikap acuh. Ia tidak akan mengatakan isi hatinya kepada Emmelyn, bahwa ia ingin melihat gadis itu mengandung anaknya.     

Umurnya sebentar lagi menginjak 27 tahun. Sudah sangat pantas menjadi ayah. Sepupu-sepupunya yang beberapa tahun lebih muda sekarang sudah punya beberapa anak, baik dari istri sah mereka, maupun dari gadis-gadis simpanan mereka di luar sana.     

Hmm.. ia harus menemui tabib istana dan berdiskusi tentang apa saja yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa Emmelyn akan segera hamil dan bagaimana menjaga agar kehamilannya tetap sehat.     

Mereka menyelesaikan makan malam dengan santai. Emmelyn merasa kenyang karena perutnya telah diisi dengan berbagai macam makanan kesukaannya.     

"Aku sudah kenyang," kata Emmelyn akhirnya. Perutnya sudah terasa begitu penuh karena banyaknya makanan yang ia konsumsi. Dengan tangan kirinya ia menolak suapan terakhir dari Mars.     

"Hmm.. baiklah," kata Mars. Ia lalu melambaikan tangannya dan Roshan dengan cepat datang menghampirinya. Ia lalu menoleh ke arah Emmelyn. "Kau ingin makan apa lagi besok?"     

Gadis itu seketika cegukan. Karena ia baru saja makan kenyang, pikirannya sama sekali tidak mau membayangkan makanan. Ia segera menggeleng. "Bisakah kita membicarakan makanan besok saja? Aku sangat kenyang. Kalau membayangkan makanan lain, nanti aku muntah."     

Mars langsung mendesah kecewa. Tadinya ia sudah senang melihat Emmelyn makan banyak. Tapi sekarang ketika ia menanyakan makanan apa lagi yang harus disiapkan juru masak untuknya besok, gadis itu tampak tidak berminat.     

"Begitu ya?" tanyanya kecewa. Ia lalu melambaikan tangannya dan menyuruh Roshan pergi. Setelah mereka hanya tinggal berdua, Mars lalu mengajak Emmelyn berdiri. "Sebaiknya kita berjalan-jalan dulu untuk menurunkan makanan. Sepertinya kau kekenyangan."     

"Hmm..." jawab Emmelyn. Ia tidak menolak ajakan itu karena ia memang merasa yang terbaik setelah makan banyak makanan adalah berjalan-jalan. Kalau ia terus duduk, maka tubuhnya akan terbiasa menjadi malas.     

Mereka berdua berjalan keluar dari kastil dan menghirup udara segar. Malam telah turun dan udara mulai menjadi dingin. Bulan yang tadi malam berbentuk purnama, kini terlihat mulai mengecil. Emmelyn berusaha mengingat-ingat sudah berapa lama ia meninggalkan kampung halamannya.     

Apakah ia akan dapat kembali ke Wintermere?     

Apakah kesempatan itu hanya akan datang setelah ia melahirkan tiga anak untuk si bedebah ini?     

Ahhh.. berapa tahun lagi?     

Oh, iya.. benar juga. Ia harus secepatnya mencari penyihir untuk membantunya agar ia dapat melahirkan anak kembar atau sekaligus kembar tiga, agar ia tidak berlama-lama ditahan di kastil ini.     

Dengan pemikiran itu, akhirnya ia memutuskan untuk meminta izin kepada Mars agar diperbolehkan keluar dari kastil. Sang pangeran telah mengatakan bahwa ia tidak akan mengurung Emmelyn di kastil, tetapi gadis itu perlu memberitahu Mars jika ia ingin keluar.     

"Mars.." Tiba-tiba Emmelyn menghentikan langkahnya. Tangannya memegang lengan Mars dengan kuat, membuat pemuda itu terkejut. Ia tidak menyangka gadis judes ini akan mengambil inisiatif dan memegangnya.     

"Apa yang kau inginkan?" tanya pemuda itu dengan sepasang mata keemasannya menatap mata Emmelyn lekat-lekat. Pasti gadis ini menginginkan sesuatu, pikirnya. Tidak mungkin tidak.     

"Kenapa kau langsung menduga aku menginginkan sesuatu?" tanya Emmelyn dengan suara yang terdengar tersinggung karena dituduh melakukan kejahatan yang tidak ia lakukan.     

[Siyalan. Si bedebah ini tahu saja aku menginginkan seusuatu.]     

"Memangnya kau tidak menginginkan sesuatu?" Mars balik bertanya.     

Emmelyn merengut. "Aku memang menginginkan sesuatu. Tapi aku tidak suka kalau langsung menuduhku seperti itu."     

Mars memijat keningnya. Ia berbalik dan menatap Emmelyn. "Jadi?"     

Emmelyn menarik napas. Baiklah, tidak perlu berbasa-basi kepada pangeran ini. Toh, sepertinya mereka sudah sangat mengenal setelah menghabiskan banyak waktu bersama selama dua hari terakhir ini.     

Si Brengsek ini telah melihat seluruh tubuhnya, luar dan dalam.. apa lagi yang harus membuatnya merasa sungkan untuk meminta sesuatu kepada pria ini? Iya kan?     

"Kau bilang beberapa hari lagi kau akan berlatih perang bersama pasukanmu ke Southberry?" tanya gadis itu.     

Bibir Mars melengkung ke atas mendengar pertanyaan gadis cantik ini. Ia senang karena Emmelyn mengingat jadwalnya. Sungguh calon istri yang sangat perhatian, pikirnya.     

[Ahh.. jangan-jangan diam-diam gadis ini sudah menyukaiku sehingga ia memperhatikan semua ucapanku.]     

"Benar," Mars menjawab dengan kalem.     

"Berapa lama kau akan pergi?" tanya Emmelyn dengan nada menyelidik.     

"Sekitar seminggu," kata Mars. "Perjalanan ke sana membutuhkan waktu dua hari dan latihannya tiga hari. Total dengan perjalanan pulang adalah tujuh hari."     

"Ohh..." Emmelyn menarik napas panjang. "Aku pasti akan bosan tinggal di kastil sendirian."     

"Kau mau ikut?" tanya Mars keheranan.     

Emmelyn buru-buru menggeleng.     

[Ih.. enak saja. Nanti kalau aku ikut, kau akan meniduriku dan ribuan prajuritmu bisa mendengar keributan yang kita buat. Mau ditaruh di mana mukaku?]     

"Lalu?" Mars bertanya lagi. Ia sebenarnya agak kecewa Emmelyn tidak menginginkan ikut dengannya. Ia ingin menunjukkan beberapa tempat bagus di Southberry. Perkebunan anggur di sana indah sekali.     

"Kau bilang aku bebas mau kemana saja, asalkan aku meminta izin darimu. Karena kau toh akan pergi keluar kota selama seminggu, aku minta kau memberiku kebebasan untuk menjelajah beberapa desa di sekitar kastil ini. Aku ingin mengunjungi beberapa temanku."     

"Kau punya teman di sekitar sini?" tanya Mars.     

Emmelyn segera memukul lengan pria itu dengan tidak sabar. "Tentu saja aku punya teman. Memangnya kau, yang tidak punya teman satu pun."     

Mars menatap Emmelyn lekat-lekat. Ucapan gadis ini barusan memang benar. Mars tidak punya teman. Walaupun ia tahu bahwa hal itu benar, tetap saja rasanya sakit bila mendengarnya dari gadis yang ia sukai.     

Mars melepaskan tangan Emmelyn dari lengannya lalu kembali meneruskan langakahnya.     

"Heii.. hei!! Tunggu aku. Boleh tidak?" seru Emmelyn sambil berlari-lari kecil menjajari langkah Mars.     

"Kau boleh pergi, tapi dua orang pengawal dan Roshan akan menemanimu kemana pun kau pergi. Tidak boleh sendirian," kata Mars tanpa menoleh.     

Keselamatan ibu dari anak-anaknya sangat penting. Selain tiga orang itu, ia juga akan mengirimkan sepasukan pengawal yang akan membayangi Emmelyn kemana pun gadis itu pergi.     

Sementara itu Emmelyn hanya bisa merengut dan memijat keningnya.     

[Siyal. Dia pasti mengira aku akan kabur sehingga ia memaksa aku harus selalu membawa pengawal. Aku ini bisa menjaga diriku sendiri.]     

Namun, sebenarnya ini adalah kemajuan besar. Emmelyn bebas bepergian keluar. Ia tidak akan terkurung terus di dalam kastil. Sungguh membosankan. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk menerima syarat dari Mars.     

"Baiklah."     

"Bagus."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.