Pangeran Yang Dikutuk

Percobaan Pembunuhan Yang Gagal



Percobaan Pembunuhan Yang Gagal

0Emmelyn membulatkan matanya besar sekali dan membeku di tempatnya ketika sepasang mata laki-laki itu tiba-tiba terbuka dan menatap lurus ke arahnya.     

[Gawat.]     

Bola mata berwarna keemasan itu mengerling ke arah pisau yang sedang dipegang erat oleh Emmelyn dan terhenti di udara.     

"Kau mau membunuhku?" Terdengar suaranya yang setengah mengantuk, membuat Emmelyn menelan ludah. Tiba-tiba saja otak gadis itu menolak bekerja.     

Ia sudah tertangkap basah. Sialan. Padahal tadi ia sudah memastikan Pangeran brengsek ini tidur dengan memasukkan obat tidur ke dalam minumannya. Kenapa dia bisa tiba-tiba bangun???     

[Habislah aku.]     

Dalam hati, Emmelyn meminta ampun kepada seisi keluarganya yang telah meninggal karena ia telah gagal membalaskan dendam mereka.     

Padahal... ia telah menyusup ke istana musuh dan menyamar sebagai budak laki-laki yang melayani pangeran brengsek ini setiap hari, mulai dari menyiapkan kudanya, menyiapkan air mandinya... hingga menyiapkan obat tidur untuknya.     

Malam ini, Emmelynn sengaja memberikan dosis tiga kali lipat supaya rencananya berhasil. Tetapi ia tidak tahu apa yang terjadi... sesaat sebelum ia mengayunkan pisaunya... laki-laki brengsek ini malah bangun.     

Laki-laki tampan di tempat tidur lalu duduk dan menyandarkan bahunya di kepala dipan. Matanya yang tadi masih tampak mengantuk kini mulai terlihat dipenuhi kesadaran.     

"Siapa yang menyuruhmu membunuhku?" tanya sang pangeran dengan mata disipitkan. "Apakah sepupuku, Harland?"     

Emmelyn menolak menjawab.     

"Kalau kau memberitahuku siapa majikanmu yang menyuruhmu menyamar ke istanaku untuk menjadi pelayan pribadiku, maka aku tidak akan membunuhmu pelan-pelan," kata laki-laki itu dengan suara tegas. "Apakah itu adalah mentri keuangan, Stephano? Atau Duke Aelholt?"     

[Ayo, terus, sebutkan siapa lagi orang-orang yang membencimu dan ingin membunuhmu] tukas Emmelyn dalam hati. [Nanti kalau aku berhasil kabur dari sini, aku akan mendatangi mereka dan mengajak mereka bekerja sama untuk menghancurkanmu.]     

[Ugh... tapi rasanya aku tidak akan dapat kabur dari sini] Emmelyn hanya menangis dalam hati.     

Ia sangat tahu kekejaman laki-laki di depannya ini. Ia tidak akan segan-segan menghukum pemberontak dengan hukuman pancung atau dipotong menjadi empat, lalu kepala musuhnya dipajang di tembok alun-alun.     

Tanpa sadar tangan Emmelyn menjadi lemah, membayangkan nasib mengerikan yang sudah menantinya. Pisau itu pun terlepas dari genggamannya dan jatuh ke lantai dengan suara berdenting-denting.     

"Hmm...kau menolak menjawab..." laki-laki itu menguap lagi. "Kalau begitu besok kau akan dipancung di alun-alun."     

"Aaaaahhhhh!!!! Matilah kau! Matilah kauuuu...!!" Tiba-tiba saja, otak Emmelyn kembali bekerja ketika ia mendengar kata dipancung di alun-alun. Secara refleks ia memungut pisau yang terjatuh di lantai dan segera menyerang laki-laki itu dengan membabi buta.     

Lebih baik ia mati sekarang, di sini, saat sedang membunuh musuh besarnya, daripada mati dipancung sebagai pesakitan di alun-alun. Setidaknya, sebelum ia mati, ia akan dapat mengggores tubuh laki-laki itu dan menumpahkan darahnya.     

[Seperti pasukannya telah menumpahkan darah keluargaku...]     

Laki-laki itu mengerutkan keningnya sesaat saat ia menyadari budak kecil yang bodoh ini sekali lagi mencoba membunuhnya. Dengan sigap ia melompat dari tempat tidurnya, bergelut dengan Emmelyn untuk merebut pisaunya. Tidak berapa lama ia berhasil menepis jatuh pisau di tangan sang penyerang dan memuntir tangannya ke belakang punggungnya.     

"Aaaahhhh...!!!"     

"Kau budak kecil, perlu latihan bertahun-tahun baru kau bisa membunuhku..." gerutu laki-laki itu. Ia memutar tubuh Emmelyn dan melepaskan puntirannya lalu bersiap hendak mencengkram leher gadis itu...     

Tetapi kemudian tangannya melayang di udara tanpa pernah menyentuh Emmelyn.     

Sepasang mata keemasannya menyipit, lalu membelalak, dan kemudian menyipit lagi. Ia lalu menurunkan tangannya dan berjalan mendekati Emmelyn dengan pandangan penuh rasa ingin tahu.     

Gadis itu tertegun. Ia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan musuhnya ini.     

"Uhm.. kau sedang apa?" tanya gadis itu akhirnya. Suasana tiba-tiba menjadi sangat canggung.     

Laki-laki itu mengamatinya baik-baik. Setiap sudut wajahhnya, lalu ke arah lehernya, dan kemudian pada rambutnya yang tergerai jatuh ke bahunya.     

[Ada apa dengan leherku?] pikir Emmelyn kebingungan. Ia segera menutupkan pakaiannya yang tadi menjadi berantakan akibat mereka bergumul memperebutkan pisau.     

[Apakah laki-laki ini punya kelainan seks yang membuatnya terangsang saat melihat leher seorang lelaki?]     

"Kau ini... perempuan?" terdengar suara laki-laki itu yang lebih seperti pernyataan, alih-alih pertanyaan.     

[Sial!]     

Emmelyn baru sadar bahwa ia tidak memiliki jakun di lehernya seperti laki-laki. Penyamarannya terbongkar. Leher goblok!     

Semua orang tahu betapa pangeran putra mahkota kerajaan Draec sangat membenci perempuan. Itu sebabnya ia selalu dikelilingi pelayan laki-laki saja. Emmelyn menyamar sebagai budak laki-laki juga karena alasan itu. Seandainya pangeran tidak membenci perempuan, Emmelyn akan menyamar sebagai wanita penggoda untuk mendekatinya dan membunuhnya.     

Kini penyamarannya terbongkar. Hukuman pancung telah siap menantinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.