Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Berlatih Panah



Emmelyn Berlatih Panah

0"Kau sudah banyak latihan, Gewen," kata Mars sambil mengayunkan pedangnya ke arah dada Gewen dan pria itu mengelak dengan memutar tubuh bagian atasnya ke kanan. Pedang itu melewatinya sejauh dua inci.     

"Whoaa .. itu bagus sekali!" kata Gewen sambil tersenyum. "Kurasa, aku harus mengaku kalah agar kita bisa mengakhiri pertandingan ini."     

Karena itu, dia menjatuhkan pedangnya dan mengangkat kedua tangannya. Mars mengangguk dan memasukkan kembali pedangnya ke sarungnya.     

"Kau melakukannya dengan baik," katanya pada Gewen. Kemudian, Mars menyeka keringat dari pelipisnya dan berjalan menuju Emmelyn. Ia mengerucutkan bibir saat bertanya kepada gadis itu. "Apakah kau tidak mau menawari aku air?"     

Emmelyn cegukan ketika ia mendengar pria itu.     

[Astaga ... apakah orang ini tidak mengerti apa yang dimaksud dengan JANGAN MENARIK PERHATIAN?]     

[Kalau aku juga memberi dia air minum sesudah dia memberiku air minum, pasti orang akan curiga.]     

Emmelyn memutar matanya dan melambai ke salah satu pelayan. Ia kemudian berpaling ke Mars dan tersenyum, "Yang Mulia, Silakan minum!"     

[Aku harus membicarakan ini dengannya nanti. Ya Tuhan. Apakah dia ingin semua orang mengira dia gay dengan memperlakukan Lord Aldrich dengan begini mesra?]     

[Dia itu kan dianggap sebagai pangeran jelmaan iblis? Kenapa bucin begin? Sama laki-laki pula.]     

"Ini dia, Yang Mulia." Emmelyn menerima secangkir air dari pelayan dan memberikannya kepada sang putra mahkota.     

Mars menghabiskan air itu dalam sekali minum. Setelah ia mengembalikan cangkir itu kepada Emmelyn, Mars bertanya kepadanya dengan wajah berseri-seri. "Jadi, apakah kau belajar sesuatu dari gerakanku bermain pedang tadi?"     

"Ya, tentu, Yang Mulia," kata Emmelyn. "Anda dan Lord Gewen adalah prajurit yang kuat. Aku belajar banyak dari melihatmu kalian berlatih."     

"Baguslah kalau kau merasa begitu," kata Mars dengan hidung terangkat tinggi. Jelas ia menikmati pujian dari Emmelyn, walaupun diucapkan dengan tidak tulus.     

Kalau mereka sedang berdua saja, boro-boro ia mendapatkan pujian... Bah, gadis itu bisanya hanya mengomel saja. Bahkan, walaupun Mars sudah tahu bahwa omelan-omelan Emmelyn di luar sebenarnya tidak mencerminkan isi hatinya di dalam.     

Ia ingat tadi malam Emmelyn mengeluhkan kamarnya dan segala isinya, padahal gadis itu sangat menyukai kamarnya.     

Hahaha... ia sudah banyak mendengar dari Gewen bahwa wanita memang makhluk yang tidak bisa dipercaya ucapannya. Lain di mulut, lain di hati.     

"Baiklah, aku akan memeriksa pasukan pemanahku," kata Gewen sambil membungkuk mengambil pedangnya dari tanah. Ia menoleh ke arah Emmelyn yang berdiri tegap di pinggir lapangan memperhatikan gerakannya. "Lord Aldrich, apakah kau bisa memanah?"     

Emmelyn menggeleng pelan. Ia pernah belajar sedikit, tetapi gurunya tidak terlalu jago memanah. Ia lebih ahli bertarung menggunakan pedang. Gurunya, Master Franco mengatakan bahwa sebaiknya ia mencari guru memanah yang memang benar-benar ahli, agar Emmelyn dapat belajar dengan baik.     

Belum sempat ia menemukan guru tersebut, Emmelyn telah dikejutkan oleh berita jatuhnya Wintermere ke tangan musuh.     

"Kau mau belajar memanah?" tanya Gewen sambil menatap gadis itu lekat-lekat.     

"Eh.. aku?" tanya Emmelyn sambil menunjuk hidungnya sendiri. "Kenapa?"     

"Lho.. kau tidak mau?" tanya Gewen. "Akan bagus bagi laki-laki untuk belajar berbagai ketrampilan bela diri."     

"Hm.. benar juga," kata Emmelyn. Ia mengangguk kuat-kuat. "Aku mau belajar memanah."     

Ia tadi melihat bumbung panah yang disandang Gewen dan menyadari bahwa pria di depannya ini tentuk lebih ahli menggunakan panah daripada pedang mengingat ia membawa panah kemana-mana.     

Ia juga sering mendengar gadis-gadis di ibukota menyatakan kekaguman mereka pada Gewen yang dikenal sebagai pemanah terbaik di kerajaan Draec. Kalau Emmelyn dapat belajar darinya, tentu akan menguntungkan baginya, bukan?     

"Mari ikut aku," kata Gewen. Ia berjalan ke arah Emmelyn dan merangkul bahunya. "Aku akan mengajarimu teknik-teknik dasarnya."     

Emmelyn terpaksa berjalan mengikuti langkah Gewen yang berjalan sambil merangkul bahunya, menuju ke lapangan di sebelah kanan tempat ratusan prajurit sedang berlatih memanah.     

"Hei.. kalian mau kemana?" tanya Mars sambil berjalan mengikuti mereka. Wajahnya tampak cemberut melihat Gewen merangkul Emmelyn, tetapi ia menahan diri tidak mengatakan apa-apa.     

Orang lain akan merasa heran kalau ia memaksa menarik Emmelyn dari rangkulan jenderalnya yang playboy itu. Akhirnya dengan terpaksa, ia berjalan mengikuti mereka.     

"Aku ingin mengajari anak muda itu teknik memanah yang baik," kata Gewen sambil tertawa kecil. Ia melepaskan rangkulannya dari bahu Emmelyn dan mengangkat tangannya memanggil seorang anak buahnya. "Jerome! Bawakan aku panah dan busur!"     

"Siap, Komandan!" Prajurit yang dipanggil Jerome itu segera berlari ke pinggir lapangan panahan dan kembali dengan membawa panah dan busur. Ia menyerahkannya kepada Gewen dan membungkuk dalam-dalam.     

"Lord Aldrich. Busur ini untukmu," kata Gewen sambil menyerahkan busur berwarna hitam yang terbuat dari kayu beech itu. "Kurasa ukurannya pas untukmu."     

"Terima kasih, Lord Gewen," kata Emmelyn sambil menerima busur itu. Ia mengamat-amatinya dan menemukan ada tanda berbentuk huruf R di ujung busurnya. Tanpa sadar cengkraman tangannya pada busur itu mengeras dan buku-buku jarinya memutih.     

Ia ingat menemukan busur seperti ini di antara reruntuhan desa yang dibakar oleh pasukan Draec yang menyerang Wintermere. Rupanya ini busur milik pasukan Mawar (Rose) yang terkenal itu.     

Ia mengangkat wajahnya dan menatap Gewen dengan segenap kebencian. Selain Mars, Gewen juga ikut dalam penyerangan yang menjatuhkan Wintermere tahun lalu. Gadis itu menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri.     

Ia tidak mungkin membunuh semua orang yang ikut menyerang Wintermere. Daftar bunuhnya tidak akan habis. Dari sang putra mahkota, lalu kedua jenderalnya, para komandan.. lalu siapa lagi? Tentu ada sangat banyak.     

Ia hanya seorang diri dan tidak memiliki pasukan. Kekuatannya yang terutama adalah kelicikannya. Inilah yang membuat Emmelyn hingga sekarang masih dapat bertahan hidup.     

Ia berhasil melintasi hampir setengah benua untuk menuju ke Draec dengan menyamar sebagai laki-laki dan hidup sengsara di jalan demi membalaskan dendamnya.     

Ia harus membuat prioritas. Karena saat ini ia tidak mungkin membunuh semua orang.. maka ia harus memilih satu orang saja, yaitu sang raja. Raja Jared Strongmoor.     

Ia harus bersabar dan dapat menahan diri hingga saat itu tiba. Beberapa minggu lagi ia akan dapat bertemu sang raja di pesta istana. Ia tidak boleh menimbulkan kecurigaan siapa pun hingga saat itu tiba.     

"Kau kenapa?" tanya Gewen keheranan.     

Ia telah melihat sorot pandangan Emmelyn yang agak aneh dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang sedang dipikirkan gadis itu.     

Emmelyn segera tergugah dari perasaan benci yang menguasai perasaannya. Ia buru-buru menggeleng. "Aku hanya sedang mengagumi busur ini. Huruf R di ujungnya ini untuk apa?"     

Mars yang memperhatikan ekspresi benci di wajah Emmelyn barusan dapat menduga apa yang sedang dipikirkan Emmelyn.     

Ahh.. ia mengerti posisi sulit yang dialami gadis itu. Di satu sisi, ia ingin berlatih pedang, dan mungkin juga sekalian berlatih panahan. Tetapi di sisi lain, orang-orang yang menjadi partnernya berlatih adalah orang-orang yang dibencinya karena mereka telah menyerang kerajaannya.     

Ini adalah pertama kalinya Mars memikirkan dampak dari semua perang yang telah mereka lalui selama ini. Dulu, sama seperti ayahnya, ia hanya menganggap kerajaan-kerajaan lain itu sebagai negeri yang harus ditaklukkan, demi cita-cita mulia ayahnya untuk mempersatukan berbagai bangsa seluruh benua Terra.     

Ia tidak memandang orang-orang yang ditaklukkannya sebagai manusia setara dengannya dan keluarganya yang juga memiliki keluarga dan ingin tetap hidup berdaulat sebagai bangsa yang bebas.     

Ia berkata jujur saat mengatakan bahwa seandainya ia dulu mengenal Emmelyn sebelum terjadinya perang... maka ia tidak akan menyerang Wintermere, melainkan akan melamar gadis itu kepada orang tuanya.     

Wintermere dapat menjadi bagian dari Draec dengan cara damai, yaitu pernikahan. Ini adalah taktik yang dulu banyak dilakukan oleh berbagai kerajaan untuk menghindari peperangan. Bagaimanapun perang akan menghabiskan banyak waktu, biaya, dan nyawa.     

Sayangnya Draec tidak dapat menggunakan strategi pernikahan politik terus-menerus karena keluarga raja hanya memiliki satu orang anak, yaitu Mars, dan ia tidak dapat menyentuh perempuan.     

Kerajaan mana yang bersedia memberikan putrinya untuk mati setelah malam pertama?     

Keponakan-keponakan raja, baik lelaki dan perempuan sudah dijodohkan dengan anak-anak raja dari berbagai kerajaan kecil di sekitar Draec dan kesetiaan mereka dapat dijamin dengan pernikahan politik tersebut, tetapi di Draec tidak ada cukup pangeran dan putri untuk dikirim ke negara tetangga untuk mengukuhkan politik lewat pernikahan itu.     

Demikianlah, raja Draec memilih langkah selanjutnya dengan mengirim pasukan dan menundukkan kerajaan-kerajaan lain lewat pertempuran. Sejauh ini, dari total 43 negara yang ada di Benua Terra, 35 sudah ada di bawah jajahan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.