Pangeran Yang Dikutuk

Sang Penyihir



Sang Penyihir

0"Ya... aku mendengar sendiri pengakuan Lord Aldrich. Ia sudah mengatakan semuanya bahwa kau dan dia bertemu di Glendale dan sesudah menghabiskan malam panas bersama, ia memutuskan untuk mengikutimu ke sini. Ia menyuruhku tidak bilang kepada siapa pun karena kau tidak ingin rakyat mengetahui bahwa kau sebenarnya menyukai laki-laki."     

"Dia.. dia bilang begitu?" tanya Mars dengan ekspresi shock. Saat itu, rasanya Mars ingin sekali mencari Emmelyn dan memberinya hukuman yang pantas.     

"Terus terang aku merasa kecewa. Kukira sebagai laki-laki paling tampan di seluruh penjuru kerajaan Draec, akulah yang akan berhasil membuatmu menjadi gay..." Gewen mendesah kecewa.     

Mendengar ucapan temannya barusan, Mars hampir saja mencekik Gewen karena gemas. Sayangya ia masih membutuhkan sang jendral muda itu di Southberry.     

Mars akhirnya hanya menepuk-nepuk bahu Gewen dan berusaha menahan diri untuk tidak mencekik sahabatnya itu. Bagaimanapun, ia masih membutuhkan Gewen untuk memenangkan latihan perang melawan sepupunya di Southberry.     

"Kadang aku heran bagaimana bisa kita ini masih berteman," kata Mars sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia lalu menghabiskan wine di gelasnya dan berdiri, hendak mengakhiri acara minum-minum malam itu dan beristirahat.     

"Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Gewen sambil menahan tangan Mars. Wajahnya yang kemerahan tampak dihiasi ekspresi cemberut.     

"Pertanyaan apa?" tanya Mars keheranan. Ia tidak ingat tadi Gewen menanyakan sesuatu.     

"Kenapa kau bisa tertarik kepada Lord Aldrich tetapi tidak kepadaku?" tanya Gewen. "Aku hanya penasaran."     

Astaga...     

Mars memijat keningnya. Emmelyn lagi-lagi menjerumuskannya tanpa sengaja dengan mengaku sebagai kekasih pria sang pangeran.     

Kalau sudah begini apa yang harus ia lakukan? Apakah sebaiknya ia membongkar saja rahasia identitas Emmelyn sebenarnya?     

Apakah ia dapat mempercayai Gewen dan Edgar?     

Ahh.. tidak bisa. Gewen sangat tampan. Semua gadis di Draec tergila-gila kepadanya.     

Kalau sampai ia tahu bahwa Lord Aldrich sebenarnya adalah perempuan, bisa jadi si playboy itu akan berusaha menggodanya, menambah daftar panjang wanita yang ditaklukkannya dan tidur dengannya.     

Mars takut kalau Gewen mau berusaha, ia akan dapat membuat Emmelyn terpesona. Mars tidak dapat mengambil risiko si jenderal playboy ini merebut Emmelyn darinya.     

Tidak ada jalan lain. Ia harus merahasiakan bahwa Lord Aldrich adalah perempuan.     

"Aku tidak tertarik kepadamu karena kau adalah temanku," kata Mars. "Aku tidak ingin membuat hubungan kita menjadi canggung."     

"Oh.." Wajah Gewen akhirnya kembali terlihat berseri-seri. Ia mengangguk puas. "Sudah kuduga itu alasannya."     

Edgar yang sedari tadi mendengar omong kosong di antara mereka, tiba-tiba menghantamkan cangkir wine-nya ke meja. Ia mendeham agak keras untuk menarik perhatian keduanya.     

Ia lalu menatap Mars dengan sangat serius. "Jadi, kau benar-benar menyukai laki-laki? Aku sungguh tidak menduganya."     

Mars hanya menggeleng-geleng, tidak menjawab.     

Pemuda itu menaruh cangkir winenya dan menepuk bahu kedua temannya, lalu mengundurkan diri untuk tidur. Ia harus memikirkan cara untuk mengatasi masalah yang diciptakan Emmelyn ini besok sesudah ia bangun.     

***     

"Tempat ini bagus juga," komentar Emmelyn ketika ia berjalan-jalan dengan didampingi Roshan mengelilingi pusat desa Bydell.     

Ia mengenakan pakaian laki-laki dan tidak perlu kuatir akan pandangan orang-orang kepadanya kalau ia mengelilingi desa ini dengan mengenakan gaun indah putri bangsawan.     

Lima orang pengawal mengikuti mereka secara diam-diam untuk melindungi Emmelyn seperti perintah sang putra mahkota. Di pusat desa Bydell ada pasar kecil tempat para petani menjual barang-barang hasil pertanian mereka.     

Ada juga pedagang makanan dan pedagang keliling yang menjual berbagai barang keperluan sehari-hari.     

"Kita sudah hampir tiba, Yang Mulia..." kata Roshan sambil menunjuk ke pondok kayu kecil yang terletak di ujung pasar.     

"Sssh.. jangan memanggil aku 'Yang Mulia'," kata Emmelyn kepada Roshan. "Panggil aku 'Tuan' saja. Kita jangan memancing kecurigaan orang-orang."     

"Baik, Yang Mul-" Roshan buru-buru mengubah panggilannya. "Baik, Tuan."     

Mereka berjalan menuju pondok kayu itu dan segera mengetuk pintunya.     

TOK TOK     

"Kau yakin ini rumah penyihir?" tanya Emmelyn sambil menoleh ke arah Roshan. "Rumahnya terlalu biasa."     

Roshan garuk-garuk kepala. "Aku diberi tahu oleh kerabatku bahwa Nyonya Adler memang seorang penyihir. Ia belajar ilmu sihir dan obat-obatan sewaktu muda dan sekarang sering membantu orang-orang untuk mendapatkan anak."     

"Hmm..." Emmelyn mengetuk pintu lagi. Ia tidak terlalu menaruh harapan kepada penyihir ini. Kalaupun memang Nyonya Adler tidak dapat membantunya mendapatkan anak kembar, setidaknya ia sudah senang bisa berjalan-jalan keluar kastil.     

TOK TOK     

Setelah beberapa kali mengetuk pintu, tetap tidak ada jawaban, akhirnya Emmelyn memutar tubuhnya dan bersiap untuk pergi. "Mungkin dia sedang tidak ada di rumah. Sebaiknya kita pergi saja."     

Tiba-tiba langkah gadis itu terhenti saat melihat seorang wanita tua berjalan ke arah mereka dengan memanggul keranjang di bahunya.     

Wanita itu tampak mengenakan pakaian sederhana. Rambutnya disanggul di atas kepalanya dan ia mengenakan tudung seperti layaknya nenek-nenek biasa.     

Apakah ini sang penyihir yang mereka cari?     

"Kalian mencari siapa?" tanya nenek itu sambil berjalan melewati Emmelyn dan Roshan lalu membuka pintu dan masuk ke dalam pondok.     

"Anda.. Nyonya Adler?" tanya Emmelyn, memastikan.     

Wanita itu itu menjawab tanpa menoleh, "Benar. Nona perlu bantuanku?"     

Emmelyn tertegun mendengar kata-kata Nyonya Adler. Wanita tua ini dapat mengenalinya sebagai perempuan? Ia melihat kepada pakaiannya dan meraba dirinya sendiri. Rasanya penyamarannya cukup baik.     

Selama ini tidak ada yang berhasil mengenalinya sebagai perempuan ketika ia sedang menyamar sebagai laki-laki. Ia bahkan berhasil mengelabui Pangeran Mars Strongmoor, Roshan sang kepala pelayan di kastil putra mahkota, dan para pelayan lainnya selama sebulan lebih.     

Namun, wanita tua ini dengan sekali pandang langsung mengetahui bahwa ia adalah perempuan?     

Jangan-jangan Nyonya Adler memang merupakan seorang penyihir yang sangat sakti? Perasaan ingin tahu Emmelyn menjadi tergugah.     

Ia ingin tahu apa saja yang dapat dilakukan Nyonya Adler. Emmelyn belum pernah bertemu langsung dengan penyihir sebelumnya.     

"Anda benar. Aku mencarimu, tetapi aku tidak tahu apakah kau dapat membantuku," kata Emmelyn akhirnya.     

Nyonya Adler menaruh keranjangnya di lantai dan kemudian menatap Emmelyn lekat-lekat. Ia kemudian tersenyum misterius dan mengangguk. "Baiklah."     

Entah kenapa Emmelyn merasa tatapan Nyonya Adler seperti menembus jiwanya. Apakah memang semua penyihir bisa membaca pikiran?     

Kalau memang benar, pantas saja ia bisa mengetahui penyamaran Emmelyn, walaupun ia tampil sebagai seorang laki-laki dengan sangat baik.     

Emmelyn lalu memberi tanda kepada Roshan agar meninggalkannya sendiri bersama Nyonya Adler, karena ia tidak ingin sang kepala pelayan mengetahui isi pembicaraannya dengan wanita tua itu.     

"Roshan, kau tunggu di luar bersama yang lain. Aku perlu bicara dengan Nyonya Adler," kata Emmelyn.     

Roshan membungkuk hormat dan menjauh dari pondok itu. Emmelyn memastikan Roshan dan para pengawalnya berjaga di luar pondok, cukup jauh dari pintu, dan tidak akan dapat mendengarkan pembicaraannya dengan sang penyihir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.