Pangeran Yang Dikutuk

Percakapan Saat Minum Teh



Percakapan Saat Minum Teh

0Mars melanjutkan kata-katanya dengan nada jengkel. "Aku hidup bukan untuk menikah saja, tapi untuk mengembangkan kerajaan kita agar menguasai seluruh benua Terra, seperti keinginan ayahku. Nanti kalau aku tua dan membutuhkan pendamping, aku akan mencari seorang wanita yang penurut untuk kujadikan istri. Mengerti?"     

"Baik, Yang Mulia." Lady Preston menjawab dengan suara sangat pelan. Wajahnya terlihat pucat dan ketakutan.     

Semua orang tahu bahwa Pangeran Mars Strongmoor adalah orang yang keras dan tidak suka dibantah. Namun demikian, ia bukan orang yang cepat marah.     

Kalau sampai ia marah, tandanya ia benar-benar sudah merasa kesal. Kini Lady Preston merasa menyesal sudah memancing kemarahan sang pangeran dengan bersikap lancang.     

Ratu Elara mengerling ke arah Emmelyn dan melihat bahwa gadis itu tampak menghembuskan napas lega.     

Dalam hati, sang ratu bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat Emmelyn merasa lega. Apakah ia lega karena Mars tidak mau menyentuh wanita lain?     

Ataukah Emmelyn lega karena Mars menyatakan terang-terangan bahwa ia tidak berniat menikah?     

Ratu Elara hanya dapat menebak-nebak saja. Ia belum cukup mengenal Emmelyn untuk dapat mengetahui isi hati gadis itu.     

Suasana menjadi agak tegang karena Mars marah kepada Lady Preston dan mengeluarkan kata-kata yang cukup keras.     

"Yang Mulia.. mohon maaf, sepertinya sakit kepalaku kambuh," Lady Preston kemudian bangkit dan membungkuk ke arah Ratu Elara. "Hamba mohon permisi untuk pulang duluan dan beristirahat. Hamba akan memikirkan baik-baik nasihat Pangeran Putra Mahkota untuk tidak ikut campur urusan keluarga raja. Hamba akan belajar untuk menahan diri dan membiarkan Pangeran melakukan apa yang ia anggap bijak."     

"Lady Preston..." Ratu Elara tampak tidak enak karena kini Lady Preston hendak mengundurkan diri dari acara minum teh rutin mereka. "Kuharap kau tidak tersinggung. Mars hanya mengatakan apa yang dipikirkannya. Tentu saja keluarga kerajaan selalu menghargai masukan dan pendapatmu."     

"Hamba mengerti, Yang Mulia. Tetapi saya benar-benar sakit kepala dan perlu beristirahat. Karena itu hamba mohon agar diizinkan untuk pulang dulu." Lady Preston membungkuk dalam-dalam dan kemudian menatap Ratu Elara dengan pandangan memohon.     

Akhirnya sang ratu mengangguk. Ia tidak punya pilihan selain membiarkan Lady Preston pergi.     

"Baiklah, Lady Preston. Silakan beristirahat agar sakit kepalamu segera sembuh," kata Ratu Elara sambil mengangguk.     

"Terima kasih, Yang Mulia," kata Lady Preston. Ia mengangguk ke arah Lady Athibaud dan Mars, serta pura-pura tidak melihat Emmelyn. "Saya permisi dulu. Selamat menikmati minum teh bersama baginda ratu."     

Lady Athibaud balas mengangguk, sementara Mars hanya berdiri bergeming di tempatnya, tidak berkata apa-apa. Lady Preston lalu berjalan keluar lounge dan menutupkan pintu di belakangnya.     

Uff.. Lady Preston sialan. Hampir saja ia berhasil menyudutkan Mars di depan Emmelyn untuk mencari apakah ia masih dalam pengaruh kutukan atau tidak.     

Kalau sampai ternyata Mars terbukti sudah bebas dari kutukan, maka nasib hubungannya dengan Emmelyn yang sudah rapuh itu akan semakin berada di ujung tanduk.     

Untunglah Mars barusan dapat bersikap tegas. Ibunya pun mendukung keputusan Mars karena tadi di kamar pribadi sang ratu, Mars telah mengajak ibunya bicara dan menjelaskan situasi yang dihadapinya bersama Emmelyn.     

Ratu Elara hanya menginginkan agar putra satu-satunya itu bahagia. Maka tentu saja ia akan mendukung apa pun keputusan yang akan diambil Mars.     

"Hm... baiklah.. sebaiknya kita lanjutkan acara minum tehnya," kata Ratu sambil tersenyum setelah Lady Preston tidak ada. Ia melambaikan tangannya dan seorang pelayan datang untuk menuangkan teh kembali ke cangkir mereka. "Ini teh terbaik dari Longfell. Silakan dinikmati."     

Selama beberapa saat suasana di lounge menjadi hening. Tidak ada yang berbicara apa pun, hanya menikmati teh dan kue-kue sambil mengamati keindahan taman di samping ruangan itu yang masih dipenuhi berbagai bunga cantik.     

Pelan-pelan suasana akhirnya menjadi cair kembali setelah Ratu Elara menanyakan kepada Lady Athibaud tentang kabar anak-anaknya.     

Dengan gembira Lady Athibaud menceritakan tentang kedua anak perempuannya yang baru pulang dari rumah bibi mereka di kerajaan sebelah.     

"Mereka sangat senang membicarakan pengalaman mereka di Longfell. Bibi mereka, Countess Federici menggelar beberapa pesta untuk memperkenalkan mereka kepada para bangsawan muda di Longfell, dan sepertinya ada banyak Lord dan Duke yang menaruh perhatian kepada mereka," kata Lady Athibaud dengan nada suara bangga.     

"Ah.. ya, tentu saja. Lorian dan Ilma sekarang sudah dewasa. Sudah waktunya kau mencari menantu," kata Ratu Elara sambil mengangguk.     

"Bagaimana dengan Gewen? Kurasa ia sudah berumur lebih dari cukup untuk memberimu cucu, kan? Kudengar sangat banyak gadis bangsawan yang berharap dipinang oleh Lord Gewen."     

Lady Athibaud batuk-batuk saat mendengar nama anak sulungnya disebut. Ia mengerling ke arah Mars yang duduk anggun di samping Emmelyn sambil menyesap tehnya.     

Wanita separuh baya itu menarik napas panjang sebelum akhirnya menjawab. "Uhm.. kurasa Gewen sama saja seperti Pangeran Mars. Ia mengatakan sama sekali tidak berniat menikah."     

Lady Athibaud menggeleng-geleng sambil melirik ke arah Mars. "Ia bilang, ia baru akan menikah dan memberiku cucu kalau Yang Mulia Pangeran Mars melakukan hal yang sama.. Ia bilang, kalau kerajaan Draec saja tidak dipusingkan oleh masalah pewaris, maka untuk apa aku, ibunya, yang hanya seorang istri Lord memusingkan masalah keturunan."     

Mars mencengkeram gagang cangkir di tangannya dengan kuat saat ia mendengar kata-kata Lady Athibaud. Ah.. dasar Gewen brengsek, pikirnya.     

Temannya itu lagi-lagi menggunakan Mars sebagai alasan untuk menghindari kewajibannya sendiri untuk menikah dan menghasilkan keturunan bagi keluarganya.     

Ughhh... padahal laki-laki flamboyan itu hanya ingin meniduri sebanyak-banyaknya perempuan tanpa harus terikat pernikahan.     

Situasinya sama sekali tidak sama dengan Mars yang memang tidak dapat menyentuh perempuan. Mars memutuskan untuk memberi Gewen pelajaran besok saat mereka bertemu kembali untuk latihan.     

"Ahh.. Gewen hanya mengada-ada," kata Ratu Elara sambil tertawa. "Kau jangan mendengarkan ocehannya, Lady Athibaud. Kurasa kalau sampai ia tidak juga menentukan pilihan, kau bisa menjodohkannya dengan seorang gadis yang baik."     

Sang ratu melajutkan kata-katanya, "Aku yakin, Gewen akan terpaksa untuk mengambil keputusan dan memilih salah satu gadis yang paling ia sukai untuk dijadikan istri."     

"Ahh.. hahahhaa.. Yang Mulia benar juga. Aku akan melakukan itu," kata Lady Athibaud. "Gewen sebentar lagi berumur 27 tahun. Sudah saatnya ia menikah dan memiliki anak."     

Pembicaraan kemudian berpusat di seputar anak-anak Lady Athibaud dan siapa saja gadis yang cocok untuk dijodohkan dengan Gewen. Emmelyn dan Mars hanya mendengarkan tanpa berkontribusi apa-apa.     

Emmelyn menduga Ratu Elara sengaja membahas tentang anak-anak Lady Athibaud di sepanjang acara minum teh mereka agar ia tidak perlu membahas tentang latar belakang Emmelyn.     

Tentu ia tidak ingin Lady Athibaud mendengar bahwa Emmelyn adalah seorang anak pelacur yang berasal dari rumah bordil di Glendale. Ha.     

"Astaga.. dari tadi kita hanya membicarakan anak-anakku saja..." Lady Athibaud menekap bibirnya.     

Setelah satu jam berlalu dan ia menyadari bahwa sedari tadi ia dan ratu sibuk menggosipkan Gewen dan berbagai gadis bangsawan yang cocok untuk menjadi istrinya.     

Ia menoleh ke arah Emmelyn dengan pandangan meminta maaf. "Maafkan aku, Lady Emmelyn. Tadi aku terbawa suasana dan terus saja membicarakan Gewen.. hahaha.. maaf."     

"Tidak apa-apa, Lady Athibaud. Masih ada lain kali untuk membicarakan hal lain," kata Mars cepat-cepat, sebelum Emmelyn menjawab.     

Sang pangeran merasa sudah waktunya bagi ia dan Emmelyn untuk pulang. Kalau mereka berlama-lama di sini, bisa jadi nanti pembicaraan akan beralih pada Emmelyn dan keluarganya.     

Ia tidak dapat mengambil risiko itu.     

"Ah, benar juga.. hari sudah mulai gelap. Sebaiknya kalian pulang sekarang," kata Ratu Elara yang mengerti situasi. "Tidak terasa kita sudah berbincang-bincang cukup lama. Kapan-kapan kita minum teh bersama lagi ya..."     

"Tentu saja..."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.