Pangeran Yang Dikutuk

Sang Monster



Sang Monster

0Mars kini memegang kotak pie dengan tangan kiri sementara tangan kanannya membantu Emmelyn turun dari kereta.     
0

Begitu kaki Emmelyn menjejak ke tanah, Mars berpura-pura terhuyung karena kehilangan keseimbangan. Tangan kanannya menahan tubuh Emmelyn sementara tangan kirinya yang memegang kotak pie terayun ke atas.     

"Oh, ya ampuuunn...! Kotak pie-nya!" seru Mars berpura-pura kaget. Ia senang sekaligus terkejut saat mengetahui ternyata ia cukup berbakat akting. Hahaha.     

Mars sangat senang karena pie brengsek itu akan segera jatuh ke tanah dan hancur berserakan. Emmelyn akan sedih sebentar karena rencananya gagal, tetapi setidaknya situasi akan dapat terkendali.     

Nanti Emmelyn bisa membuat rencana lain untuk membunuh raja dan ratu. Tidak apa-apa, yang penting sekarang Mars berhasil mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.     

Masalah besok biar ia urus besok lagi.     

Emmelyn yang melihat kotak pie di tangan Mars terayun dan melayang di udara tampak sangat kaget.     

Ia tidak mengira Mars ternyata sangat ceroboh. Ia buru-buru mendorong tubuh sang pangeran dan melompat ke samping, hendak menangkap kotak itu sebelum menyentuh tanah.     

"HUP!"     

Mars hampir tidak dapat mempercayai penglihatannya sendiri ketika ia melihat kotak itu telah berpindah ke tangan Emmelyn. Di saat terakhir, ternyata gadis itu berhasil menangkapnya dengan kedua tangannya.     

Emmelyn sangat lincah! Mars benar-benar tidak menduganya...     

"Astaga! Kau ini ceroboh sekali," omel Emmelyn dengan napas terengah-engah. "Ingatkan aku untuk tidak pernah memintamu membawakan barang-barangku. Hampir saja pie-ku jatuh ke tanah..."     

Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan menggerutu sambil berjalan meninggalkan Mars yang masih tertegun di tempatnya, membawa apple pie 'beracun' ke dalam istana raja.     

Melihat Emmelyn ternyata berhasil menangkap kotak berisi pie, itu Mars hanya dapat mengutuki kesialannya saja.     

Seharusnya ia tahu bahwa sebagai gadis yang biasa berkelahi dan bermain pedang, perkara menangkap kotak kayu seperti itu bukanlah hal yang sangat rumit bagi Emmelyn.     

Uff... sekarang Mars harus memikirkan cara lain untuk mencegah Emmelyn menyerahkan pie itu kepada ibunya. Apa yang harus ia lakukan?     

"Heh! Kenapa kau bengong saja di situ?" tanya Emmelyn yang menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Ia baru menyadari setelah sepuluh langkah bahwa sang pangeran tidak mengikutinya. "Kau tidak jadi ikut minum teh??"     

Mars menggeleng dan pura-pura sedang mengagumi patung singa di sampingnya. "Aku baru melihat patung ini dan mengagumi pahatannya. Bagus sekali. Uhuk uhuk..."     

Emmelyn berdiri dengan tidak sabar dan melambaikan tangannya agar Mars berjalan mengikutinya. "Kita sudah hampir terlambat. Apa kau tidak tahu bahwa datang terlambat itu sangat tidak sopan?"     

"Aku tahu," jawab Mars. Ia lalu berjalan mendekati Emmelyn dan setelah tiba di samping gadis itu, ia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan kanan gadis itu. "Ayo masuk."     

Emmelyn tertegun di tempatnya saat tangannya digenggam pria itu dan ditarik masuk ke dalam istana. Entah kenapa tiba-tiba dadanya terasa berdebar.     

Hey... kenapa jantungnya berdetak lebih kencang dari biasa? Emmelyn merasa keheranan sendiri.     

Namun demikian, ia tidak berlama-lama memikirkan perasaannya, karena dua orang pelayan perempuan dengan pakaian indah telah berdiri menyambut mereka di balik pintu.     

"Selamata da—... Aaahh.." tanpa sadar keduanya menjerit tertahan saat melihat Pangeran Mars dan buru-buru melangkah mundur. Mereka tidak menduga bahwa tamu sang ratu akan tiba bersama sang pangeran putra mahkota.     

Mereka sudah terbiasa selama bertahun-tahun untuk selalu menghindar jika pangeran ada di istana. Mereka tidak ingin dihukum raja atau ratu kalau mereka sampai membuat marah anak mereka satu-satunya itu.     

Tidak ada orang yang mau mati hanya karena menyentuh sang pangeran.     

Karenanya, saat mereka melihat bahwa pangeran tiba-tiba muncul di balik pintu, kedua wanita itu segera membungkuk memohon ampun dan pergi menghilang ke dalam.     

Emmelyn hanya memperhatikan kejadian itu dengan perasaan kasihan. Ia kasihan melihat wajah ketakutan kedua pelayan itu, dan juga ekspresi sedih di wajah Mars yang hanya dapat berdiam diri saat orang-orang berlari menjauhinya ketika ia tiba di suatu ruangan.     

Ahh.. seandainya mereka tahu bahwa pangeran putra mahkota tidak sejahat itu untuk menghukum mati mereka jika menyentuhnya... mungkin para pelayan ini tidak akan bersikap demikian ngeri saat melihat kehadirannya.     

Tanpa sadar, Emmelyn menoleh ke arah Mars dan menatap wajahnya dari samping. Ia dapat melihat sorot kesedihan pada sepasang mata keemasan itu.     

Ia kini dapat mengerti betapa Mars pasti sudah terbiasa diperlakukan seperti monster kejam oleh banyak orang sejak ia masih kecil.     

Ahh.. orang-orang itu tidak tahu yang sebenarnya...     

Sang pangeran justru sengaja bersikap keras kalau ada yang mendekatinya agar tidak ada wanita yang terbunuh secara tidak sengaja karena menyentuhnya.     

Emmelyn menarik napas panjang dan menunduk. Tanpa sadar tangannya yang berada dalam genggaman tangan Mars meremas tangan pria itu dengan lembut.     

Mars yang merasakan tangannya diremas, spontan menoleh ke samping untuk melihat Emmelyn. Kedua pasang mata mereka bertemu.     

Mars tersenyum kecut.     

"Sekarang kau bisa lihat sendiri, kan?" tanyanya dengan suara pelan. "Mereka semua menganggapku monster kejam dan mengerikan yang akan membunuh mereka jika mereka berani mendekat."     

Emmelyn tidak dapat berkata apa-apa. Ia tidak tahu bagaimana harus menghibur pria tampan di sampingnya yang telah hidup dengan kutukan selama hampir 27 tahun, dan sama sekali tidak dapat menyentuh wanita, hingga Emmelyn hadir dalam hidupnya.     

Ahh.. kini ia dapat sedikit mengerti penderitaan Pangeran Mars Strongmoor. Emmelyn ingat saat Mars mendiamkankannya seharian waktu itu. Emmelyn merasa sangat kesepian dan hampir menjadi gila rasanya.     

Bagaimana jika ia harus mengalami hidup seperti Mars yang tidak dapat bergaul dengan perempuan sama sekali. Interaksinya hanya terbatas pada laki-laki yang ada di sekelilingnya.     

Satu-satunya perempuan yang sepertinya tidak terpengaruh kutukan Mars adalah ibunya, dan sekarang Emmelyn.     

Tentu dunianya sangat sepi, pikir Emmelyn.     

Hal ini tiba-tiba membuat sesuatu terlintas dalam benaknya. Apakah... kutukan yang menimpa Pangeran Mars Strongmoor akan menurun kepada anak-anaknya?     

Emmelyn tidak dapat membayangkan jika nanti anak-anak yang dilahirkannya akan menjalani hidup seperti ayahnya... tentu akan sangat mengerikan.     

Walaupun ia merasa hanya meminjamkan rahimnya kepada Mars untuk memproduksi anak-anak, bukan berarti sama sekali tidak peduli kepada anak-anak pria itu. Setidaknya, Emmelyn berharap mereka akan dirawat dengan baik dan tumbuh bahagia hingga dewasa.     

"Kenapa wajahnya menjadi seperti itu?" tanya Mars yang melihat ekspresi Emmelyn kini tampak keruh. Pria itu tersenyum tipis dan menyentuh dagu Emmelyn dan mengangkatnya sedikit. "Apakah kau kasihan kepadaku?"     

Emmelyn menatap sepasang mata keemasan itu saat wajah mereka berada begitu dekat dari satu sama lain. Ia memang mengenali raut kesedihan di sepasang mata Mars.     

Ah, tapi pria itu tampak berusaha menyembunyikan perasaannya dan berlaku seolah ia baik-baik saja.     

[Kenapa kau harus berpura-pura tidak peduli kepada pandangan orang yang menganggapmu monster? Dasar bodoh.]     

[Bukankah lebih baik jika mereka tahu yang sebenarnya bahwa kau itu dikutuk penyihir jahat? Kau bukanlah monster yang harus ditakuti yang tidak segan-segan membunuh orang yang menyentuhmu?]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.