Pangeran Yang Dikutuk

Apakah Emmelyn Sudah Hamil?



Apakah Emmelyn Sudah Hamil?

0"Seperti apa benua Atlantea itu?" tanya Mars dengan ekspresi tertarik. Ia sebenarnya sangat ingin suatu hari nanti bertualang seperti Emmelyn hingga ke benua-benua lain, namun sayangnya kebebasannya sangat terbatas.     

Karena ia tidak memiliki saudara kandung, semua beban sebagai penerus tahta jatuh di pundaknya. Ayahnya tidak mungkin mengizinkan ia bertualang sendirian ke tempat yang jauh dan kemungkinan tidak dapat memberi kabar untuk waktu yang lama.     

Kalau sampai terjadi apa-apa kepadanya di perjalanan, maka akan terjadi keresahan dan perebutan kekuasaan di ibukota.     

Bahkan walaupun ia sebenarnya baik-baik saja, bisa jadi akan ada orang yang berniat jahat menyebarkan kabar buruk tentang Mars dan memancing kerusuhan. Ia tidak dapat mengambil risiko seperti itu.     

Emmelyn mengerutkan keningnya berusaha mengingat-ingat. "Hmm... benua Atlantea menurut buku yang kubaca, ditulis oleh Marco si petualang, berukuran lebih besar daripada benua Terra. Di tengah benua itu ada padang gurun yang luas dan beberapa wilayahnya cukup keras. Aku baru menjelajah beberapa kerajaan saja."     

"Apakah kau pernah ke Summeria?" tanya Mars.     

Emmelyn menggeleng. "Belum pernah. Kerajaan Summeria itu letaknya agak di tengah. Pengembaraanku belum sampai ke sana," kata Emmelyn. "Tapi Maxim berasal dari Summeria dan ia mengatakan negeri itu sangat buruk dan membosankan. Itu sebabnya ia pergi dari sana."     

Kening Mars berkedut-kedut mendengar Emmelyn menyebut-nyebut nama Maxim lagi. Apalagi mengingat tadi Emmelyn menyebut laki-laki itu lebih tampan dari Gewen.     

Ia hanya dapat membayangkan serupawan apa Maxim itu kalau Emmelyn mengatakan ia lebih tampan daripada Gewen. Apakah... Emmelyn menyukai Maxim?     

Mars seketika merasa cemburu terhadap laki-laki yang belum pernah dilihatnya itu.     

"Kau belum menjelaskan siapa Maxim itu..." kata Mars lagi.     

"Kenapa akau ingin tahu?" tanya Emmelyn keheranan. "Lagipula, apa yang harus dijelaskan? Maxim itu hanya teman seperjalanan saja. Kami sama-sama tertangkap menyusup ke sebuah gudang wine dan kemudian harus meloloskan diri bersama. Ia sangat menyenangkan dan kami sangat cocok. Kami memutuskan untuk bertualang bersama ketika guruku ada urusan dan pulang ke kampung halamannya di Sorbee."     

"Berapa lama kalian bersama?" tanya Mars. Nada suaranya penuh selidik.     

"Uhmm... entahlah... mungkin empat bulan," kata Emmelyn. "Aku meninggalkan Antlantea ketika mendengar berita tentang penyerangan Wintermere dan memutuskan untuk pulang..."     

Emmelyn kemudian terdiam. Ia tidak suka membahas tentang peristiwa penyerangan negerinya oleh pasukan Draec. Hal itu hanya akan mengobarkan dendam dan kebencian di dalam hatinya.     

Mars juga menyadari hal yang sama. Ia batuk-batuk kecil dan berusaha mengalihkan perhatian Emmelyn dari topik barusan. Pemuda itu meregangkan tubuhnya dan menarik napas panjang.     

"Aku capek setelah berkuda sehari semalam. Aku mau beristirahat dulu. Kau mau ikut?" tanyanya sambil bangkit dari kursi.     

Biarlah pembicaraan tentang Summeria dan Maxim disimpannya untuk lain waktu. Lagipula.. untuk apa ia cemburu pada orang yang tidak ada?     

Maxim berasal dari Atlantea, sangat jauh dari sini, bahkan lebih jauh daripada Wintermere. Sepertinya Emmelyn juga tidak tahu kabarnya setelah mereka berpisah karena Emmelyn harus kembali ke benua Terra untuk membalaskan dendamnya.     

Emmelyn mengerucutkan bibirnya dan menggeleng. Ia masih menyimpan rasa kesal karena mengingat bahwa Mars dan pasukannya menyerang Wintermere tahun lalu.     

"Tidak. Kau bisa beristirahat sendiri," kata gadis itu dengan ketus.     

Mars menghela napas panjang.     

Ini baru Emmelyn yang ia kenal. Emmelyn yang ia kenal itu terbiasa selalu bersikap ketus dan pura-pura tidak menyukainya.     

Mars sebenarnya menyesal karena pembicaraan mereka tadi mengungkit luka lama. Seandainya ia bisa membalikkan waktu, ia tidak akan membuat Emmelyn membicarakan tentang kehidupannya sebelum gadis itu datang ke Draec.     

Ia berharap, semakin lama Emmelyn akan terbiasa tinggal di sini bersamanya, menerimanya dan keluarganya, dan melupakan dendam di antara mereka.     

Ia berjanji akan mengganti semua yang telah hilang dari hidup Emmelyn, berkali-kali lipat... tetapi ia tahu perjalanan mereka akan panjang dan sama sekali tidak mudah.     

"Baiklah..." pria itu mengacak rambut Emmelyn dan beranjak keluar dari ruang makan. "Sampai nanti."     

Emmelyn sama sekali tidak menoleh ke arah Mars saat pria itu berjalan meninggalkannya dan kemudian menghilang di balik pintu.     

Setelah Mars meninggalkan ruang makan, Emmelyn menghela napas panjang dan melemparkan pandangannya keluar jendela. Ia lalu berjalan keluar dan menghampiri kolam kecil di sebelah ruang makan yang dipenuhi ikan beberapa warna.     

Ia lalu memutuskan untuk duduk di ambang pintu menuju keluar dan menatap ikan-ikan yang sedang berenang di kolam.     

Entah kenapa, melihat mereka berenang dengan tenang memberi perasaan damai pada dirinya.     

Emmelyn tidak juga naik ke kamar tidur mereka hingga dua jam kemudian dan hal itu membuat Mars mulai merasa gelisah.     

Tubuhnya berbaring di tempat tidur dengan gelisah. Ia tak henti-hentinya berguling ke kiri dan ke kanan, memikirkan bagaimana keadaan Emmelyn setelah pembicaraan mereka tadi.     

Akhirnya, dua jam kemudian ia memutuskan untuk turun ke bawah dan mencari gadis itu. Mars menemukannya sedang menikmati makan malam di ruang makan. Wajah gadis itu terlihat biasa saja.     

Ahh... ternyata kekuatirannya tidak beralasan. Emmelyn tampak tidak apa-apa. Ia menikmati makanannya dengan lahap seperti biasa.     

Ia menghampiri gadis itu dan duduk di sampingnya. Entah kenapa seolah ada antiklimaks dalam kerinduannya yang menggebu-gebu terhadap Emmelyn.     

Tadinya, saat masih di perjalanan, ia sudah membayangkan akan segera memeluk dan mencium Emmelyn dan melampiaskan kerinduannya dengan panas.     

Tetapi kenyataannya ternyata tidak berjalan seperti yang ia pikirkan. Mereka malah terlibat pembicaraan yang membuat suasana menjadi agak canggung karena Emmelyn kembali teringat dendamnya. Mereka bahkan tidak makan malam bersama.     

Tadi ia makan sendirian, dan Emmelyn hanya duduk menemani. Kini, Emmelyn juga makan tanpa dirinya.     

"Bagaimana istirahatmu?" tanya Emmelyn tanpa menoleh. Ia sibuk berkonsentrasi melahap makanannya.     

"Lumayan. Aku sudah beristirahat selama dua jam. Ranjangmu empuk sekali. Aku merindukannya selama aku di Southberry," kata Mars mengaku.     

Sebenarnya, bukan hanya ranjangnya yang ia rindukan, melainkan sosok tubuh lembut dan berkulit halus yang selalu ada di sampingnya di atas tempat tidur yang sama. Tetapi Mars tidak berkata apa-apa lagi.     

Ia memusatkan perhatiannya kepada Emmelyn yang sedang makan. Ia bertanya-tanya apakah Emmelyn sekarang sudah hamil atau belum.     

Sudah hampir sebulan sejak mereka melakukan hal itu secara teratur, kan?     

Mungkin sebaiknya mereka bertemu Dokter Vitas untuk memeriksakan kesehatan Emmelyn. Ia sudah tidak sabar ingin mengetahui apakah ia akan segera menjadi ayah, atau tidak.     

Sejak bertemu anak-anak Athos sepupunya di Southberry, dan terutama sejak menggendong si mungil Jorei, perasaan kebapakan Mars menjadi semakin membara.     

Ia sangat ingin segera menimang bayi, anak hasil buah cintanya dengan Emmelyn.     

Ahh.. ia tak sabar ingin menggendong, memanjakannya, dan mengajarkan semua ia tahu kepada anak itu.     

Mars menelan ludah. Ia lalu mengambil kendi wine dan menuangkan secangkir untuk dirinya. Sambil menunggui Emmelyn selesai makan, ia memutuskan untuk duduk menikmati wine di sampingnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.