Pangeran Yang Dikutuk

Penyusup



Penyusup

0"Apa ada lagi yang perlu saya lakukan, Yang Mulia?" Roshan bertanya pada Mars.     

"Tidak, itu saja. Kau boleh pergi," kata Mars. Ia melambaikan tangannya dan kepala pelayan itu pun pergi meninggalkan Mars dan Emmelyn, yang kini masih terkejut dengan penilaian Roshan soal buah itu.     

Setelah Roshan meninggalkan ruang makan, Mars menoleh ke Emmelyn, "Aku rasa, kau perlu memeriksakan diri ke Dokter Vitas."     

"Uff.. Baiklah kalau begitu, aku tidak punya pilihan lain," kata Emmelyn dengan enggan.     

Ia pikir tidak ada salahnya mengikuti permintaan Mars, toh ini semua juga untuk kebaikannya sendiri.     

Ia ingin indera perasanya yang sempurna kembali seperti sedia kala. Bukan karena ia ingin menggemukkan badannya supaya bisa melahirkan anak-anak Mars, tapi karena ia memang sangat menyukai makanan.     

Emmelyn tak mau melewatkan semua makanan enak yang ditawarkan di dunia ini. Terlebih lagi ia kini tinggal di istana yang menyediakan berbagai makanan lezat terbuat dari bahan-bahan terbaik.     

Sangat mengesalkan jika selera makannya hilang saat tinggal di sini.     

"Aku ingin jalan-jalan sebentar," Emmelyn menoleh ke samping dan memberitahu sang pangeran.     

"Kenapa kau tiba-tiba ingin pergi keluar?" Mars hanya mengernyitkan alisnya. "Di luar kan sangat dingin."     

"Perutku kembung, aku ingin berjalan-jalan sebentar saja untuk membantu pencernaanku," jawab sang putri. Ia pun melirik ke arah Mars dan melanjutkan. "Itu kan salahmu sendiri, tadi kau menaruh terlalu banyak makanan di piringku."     

"Tapi, kau bilang tadi sangat kelaparan?" Mars juga melirik ke arah Emmelyn dengan perasaan curiga. "Kenapa sekarang justru kau menyalahkanku? Aku tidak memaksamu untuk memakan semuanya. Seingatku, aku hanya memberikan beberapa potong daging saja?"     

Emmelyn pura-pura tidak mendengar apa pun yang dikatakan Mars. Ia hanya bangkit dari kursinya dan berjalan keluar dari ruang makan yang tampak kecil itu.     

Sebelum sampai di depan pintu, tiba-tiba sebuah mantel tersampir di punggungnya. Emmelyn menoleh ke belakang dan melihat pangeran tengah mengenakan mantelnya dan bersiap untuk menemaninya jalan-jalan.     

"Apa kau bermaksud ikut denganku?" Dia bertanya dengan rasa ingin tahu.     

"Aku juga ingin keluar jalan-jalan," jawab Mars. "Seperti katamu tadi... bagus untuk pencernaan."     

"Dasar peniru," Emmelyn bergumam pelan.     

Ia segera menarik mantel tersebut dari punggungnya dan mulai memakainya. Begitu badannya terlilit erat dengan lapisan hangat tersebut, ia segera berjalan keluar pintu.     

Mars hanya mengikutinya dari belakang. Ia mulai berpikir gadis itu berlagak sedikit aneh, Emmelyn sendiri yang bilang lapar tapi sekarang menyalahkan Mars.     

Emmelyn juga menyesal karena sudah makan seperti tidak ada lagi hari esok. Padahal perutnya sudah terasa kenyang bahkan sebelum mereka berdua berjalan ke meja makan.     

Sekarang, perutnya terasa sangat kembung. Emmelyn juga heran bagaimana ia bisa menghabiskan seluruh makanan sebanyak itu, bahkan ketika ia tak kelaparan.     

Gadis itu juga merasa salah karena sudah berbohong pada Mars, walau terhitung sebagai kebohongan kecil saja. Sekarang... ia pun harus membayar mahal atas kerakusannya itu. Astaga... perutnya benar-benar sakit.     

Emmelyn juga ingin segera menjauh dari sang pangeran karena ia sadar cepat atau lambat dirinya akan... kentut.     

Namun, pria putus asa ini justru terus mengikutinya. Lalu bagaimana caranya ia bisa dengan mudah kabur dari pengintaian Mars yang kini mengekor saja di belakangnya?     

Tadinya ia berniat mengarang cerita ingin pergi jalan-jalan agar bisa membantu pencernaannya.     

Emmelyn berharap bisa melepaskan gas dalam perutnya dengan cepat dan tanpa diketahui siapa pun lalu masuk kembali ke dalam kastil. Rencana yang sederhana dan sempurna, pikirnya.     

Tapi Emmelyn tidak mempertimbangkan bahwa Mars bisa saja minta ikut jalan-jalan juga... sialan. Karena sudah terlanjur basah, ia kini harus memikirkan cara untuk mengalihkan perhatian Mars sehingga sang pangeran tidak akan sadar bahkan kalau ia kentut sekeras mungkin.     

Duh! Setelah memutar otak selama beberapa menit, ia tidak bisa memikirkan satupun rencana yang mungkin akan berhasil dalam situasi seperti ini.     

"Kenapa kau mengerucutkan bibirmu?" tanya Mars yang memperhatikan ekspresi kesal gadis itu. "Apakah ada yang salah?"     

Emmelyn menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku hanya merasa kenyang dan tidak ingin banyak bicara saja. Kau bilang tadi mau jalan-jalan kan? Silakan nikmati saja kalau begitu."     

Mars hanya bisa terheran, ia merasa pasti ada sesuatu yang disembunyikan gadis itu. Tapi, ia tidak bisa menebak apa sebenarnya yang sedang dipikirkan Emmelyn. Karena itu, Mars hanya diam sambil melanjutkan berjalan di sampingnya.     

Setelah lima menit, Emmelyn tidak tahan lagi, sepertinya ia harus segera melancarkan kentut itu.     

Untungnya, tepat pada saat yang kritis ini, tiba-tiba ia mendapat ide cemerlang untuk mengalihkan perhatian pangeran dan membuatnya menjauh dari Emmelyn.     

Ia mengangkat tangannya ke udara dan pura-pura menyipitkan matanya untuk melihat ke kejauhan dengan lebih baik.     

"Aku melihat dua bayangan orang berlarian," bisiknya ke Mars. "Lewat sana! Ya, aku rasa mereka lari ke arah sana."     

Emmelyn dengan sembarang menunjuk ke suatu arah yang dipenuhi dengan banyak pohon. Dengan begitu, ia tidak bisa disalahkan jika pangeran dan pasukannya tidak dapat menemukan penyusup tersebut karena jejak mereka mungkin sudah tertutup pepohonan.     

Mars segera mengarahkan pandangannya pada area yang ditunjuk Emmelyn agar dapat melihat apa yang ia maksud. Wajahnya langsung menunjukkan ekspresi waspada.     

"Apa yang baru saja kau lihat? Dua orang berlarian? Apa benar di sana?" ia langsung memberondongnya dengan berbagai pertanyaan.     

"Ya, aku rasa aku melihat dua orang menyelinap di balik pepohonan di sebelah sana, tapi saat aku melihatnya mereka langsung melarikan diri," Emmelyn terus menyipitkan matanya, ia terlihat sangat serius dengan apa yang baru saja diucapkannya.     

"Ah, lupakan saja. Aku tidak melihat mereka lagi. Mungkin saja aku hanya salah lihat, ini kan sudah malam dan areanya memang sangat gelap," kata gadis itu lagi.     

"Masuk sekarang juga!" Mars tidak mau ambil risiko. Ia mendorong Emmelyn dengan lembut dan mendesaknya untuk berjalan kembali ke kastil. "Jangan hanya diam di sini. Kembali lah ke dalam kastil sekarang juga. Aku akan berusaha mengejar mereka!"     

Emmelyn menyembunyikan senyumnya ketika ia melihat sang pangeran berlari ke arah penyusup khayalannya. Begitu Mars tidak terlihat, ia bisa dengan aman membebaskan kentut yang sedari tadi ia tahan.     

Aaahhhh...     

Sungguh melegakan!     

Sekarang, ia merasa jauh lebih baik. Perutnya sudah tak sekembung tadi.     

Emmelyn berjalan kembali ke dalam sambil bersenandung. Ia pun segera menuju ke kamarnya di lantai tiga. Begitu sampai di sana, ia membaringkan tubuhnya di tempat tidur dan menutup matanya.     

Ini belum waktunya tidur karena itu para pelayan belum menyiapkan air mandi untuk mereka seperti biasanya. Emmelyn mengira Mars akan sibuk untuk sementara waktu, ia pasti sedang kalang kabut memperketat keamanan kastilnya dan memastikan 'penyusup' itu tertangkap.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.