Pangeran Yang Dikutuk

JANGAN DIBUKA: Bab Error



JANGAN DIBUKA: Bab Error

0Dari penulis:     

Maaf ya, teman-teman pembaca, ternyata bab ini salah posting karena ada dua file berbeda yang isinya sama.     

Saya ga sempat periksa lagi karena luar biasa sibuk. Mohon jangan dibuka kuncinya karena isi bab ini sangat mirip dengan bab sebelumnya. Saya mohon maaf sebesar-besarnya.     

.     

.     

"Emmelyn, apa kau baik-baik saja?" Mars mulai khawatir.     

Meski gadis itu terkadang lupa bagaimana bersikap sopan, tapi ia bukanlah tipe gadis yang begitu kurang ajar sampai memuntahkan makanannya di hadapan orang lain. Terlebih lagi saat berada di meja makan seperti sekarang ini.     

"Uff...Maaf," ucap Emmelyn dengan penuh penyesalan, "Tapi rasanya seperti aku sedang makan tanah...Sangat hambar...Aku tak bermaksud memuntahkannya..."     

"Hmm...Tidak apa-apa. Jangan kau pikirkan," Mars mengambil buah yang baru saja dicicipi oleh Emmelyn karena ia juga penasaran semengerikan apa rasanya hingga gadis itu memberikan reaksi berlebihan seperti ini.     

Ia pun menggigit buah tersebut dan alisnya terangkat sedikit, "Rasanya tidak hambar atau pun seperti tanah, rasanya cukup manis menurutku."     

"Bagaimana kau bisa tau rasanya seperti tanah?" Emmelyn memutar bola matanya dengan perasaan kesal, "Apa kau pernah makan tanah?"     

"Memang belum, apa kau sendiri pernah makan tanah?" Mars bertanya balik.     

Emmelyn hanya membuang muka.     

Ia sebenarnya pernah melakukannya...Saat itu ia masih sangat kecil dan tidak mau mematuhi peringatan ibunya untuk tidak memakan apa saja yang bisa ia raih.     

Emmelyn hanya melakukannya sekali saja, tetapi ia tidak pernah bisa melupakan rasa tanah di dalam mulutnya.     

Menjijikkan! Rasanya sangat mengerikan dan menghantui Emmelyn seumur hidupnya.     

Itulah mengapa ketika ia merasakan hal yang sama sesaat setelah mencicipi buah itu, tubuhnya otomatis bereaksi seketika dengan memuntahkannya.     

Dilihat dari minimnya tanggapan yang diberikan oleh Emmelyn, Mars bisa mengetahui jawabannya.     

Ya Tuhan... Gadis ini bahkan tahu seperti apa rasanya tanah itu? Awalnya ia kira sudah tidak ada satu pun yang akan mengejutkannya jika berkaitan dengan Emmelyn.     

Ternyata, ia salah. Masih banyak sekali hal yang mungkin saja akan membuatnya jatuh pingsan karena terkejut.     

"Coba makan lagi... Mungkin yang kau makan tadi sudah terkontaminasi," Mars mengambil sepotong buah yang ada di piring. Ia menggigit setengah dan kemudian memberikan sisanya kepada Emmelyn, "Lihat kan? Aku baru saja makan sepotong dan rasanya enak."     

Dengan mata curiga, Emmelyn mengambil sisa potongan buah itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.     

"Eww...! Kau bohong!!" ia meludahkannya lagi segera setelah potongan buah itu menyentuh lidahnya.     

Mars justru bingung melihat tingkah Emmelyn. Ia sendiri sudah makan sepotong buah itu dan rasanya enak. Tapi bagaimana mungkin Emmelyn merasa buahnya sama menjijikkan dengan yang ia makan tadi?     

Apakah ia sedang sakit?     

"Hmm...Mungkin saja kau memang tidak boleh makan buah ini. Sebaiknya kau makan dagingnya saja," Mars memindahkan piring yang berisi buah-buahan ke tengah meja dan memotong daging untuk Emmelyn menjadi irisan kecil sehingga mudah dimakan. Ia pun berusaha menyuapkan sepotong daging itu kepada sang gadis, "Coba ini."     

Mars sangat berharap Emmelyn bisa memakan dagingnya. Ia akan begitu khawatir jika sampai Emmelyn sakit dan tidak bisa menikmati makanan apa pun seperti sebelumnya.     

Berat badan sang putri tidak bertambah satu gram pun bahkan setelah diberi makan dengan sangat baik selama lebih dari sebulan.     

Emmelyn membuka mulutnya dan memakan daging itu. Untungnya, daging itu terasa normal baginya. Kalau begitu, dugaannya benar, memang buahnya yang bermasalah.     

Emmelyn kemudian memutuskan untuk lanjut memakan sisa daging yang sudah dipersiapkan Mars tadi. Pangeran menghela nafas lega. Ia pun mulai menikmati hidangan yang disajikan setelah memastikan Emmelyn bisa menyantapnya juga.     

Pangeran tiada henti melirik ke arah samping untuk memastikan apakah Emmelyn menemukan masalah lain dengan hidangan yang disajikan malam itu. Untungnya, gadis itu terlihat lahap memasukkan tiap potongan daging tanpa berkomentar apa pun.     

Tapi Mars masih merasa penasaran dengan buah yang barusan dimuntahkan Emmelyn. Ia sangat yakin indera perasanya bekerja dengan sempurna dan buah itu juga tidak bermasalah. Buahnya begitu manis dan segar, tetapi nampaknya indera perasa Emmelyn yang sedang bermasalah.     

Aneh sekali!     

Ia memutuskan untuk meminta Roshan untuk mencicipi satu potong saja setelah mereka selesai makan malam.     

Jika kepala pelayannya mampu membenarkan kecurigaannya, ia akan segera meminta dokter istana untuk datang dan memeriksa kesehatan Emmelyn besok. Mars khawatir gadis itu memiliki masalah dengan indera perasanya.     

"Aku kenyang," kata Emmelyn setelah menghabiskan makanan di piringnya. Ia sendiri terkejut saat melihat dirinya mampu menyantap seluruh hidangan yang ada di piring walau tidak merasa lapar sama sekali. Terkecuali buah yang tadi diberikan Mars.     

"Kau memang gadis penurut," Mars mengacak-acak rambut Emmelyn dan memujinya.     

Gadis itu memutar matanya saat melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Marsh. Pria itu sangat terobsesi melihat Emmelyn makan dengan lahap. Ia sempat bertanya pada Emmelyn soal makanan favoritnya, kemudian menyuruh juru masak menyiapkannya untuk sang putri.     

Sekarang, di setiap waktu makan, Emmelyn akan selalu melihat makanan yang disukainya terhidang di atas meja. Semuanya dimasak dari bahan terbaik dengan resep yang sempurna.     

Meskipun ia tak pernah memberi tahu pasti apa saja resep dari tiap-tiap makanan favorit Emmelyn.     

Mars bahkan tanpa ragu menyuapi Emmelyn ketika tangannya terlalu lelah untuk makan sendiri. Jika bukan obsesi, lalu apa namanya?     

(Penulis: Ini namanya cinta, Emmelyn sayang. Cinta.)     

Mars mengulurkan tangannya dan menyandarkan punggungnya ke kursinya. Ia kemudian menoleh ke arah Emmelyn dan berbicara dengan serius.     

"Sepertinya ada yang salah dengan indra perasamu? Apa kau juga berpikir begitu? Tadi aku coba buahnya manis, tapi kau bilang rasanya seperti tanah. Aku akan meminta Roshan untuk mencicipinya supaya ia juga bisa memberi penilaian terhadap rasa dari buah ini. Mari kita lihat siapa yang sebenarnya perlu pergi ke dokter, kau atau aku?"     

Emmelyn hanya mengangkat bahu. Ia tidak berbohong saat mengatakan buah itu terasa seperti tanah. Ia tidak takut jika harus kalah dan perlu memeriksakan diri ke dokter. Pada kenyataannya, buah itu memang terasa menjijikkan.     

Eww...Hanya memikirkannya saja membuat bulu kuduknya merinding.     

Emmelyn mulai penasaran dengan reaksi yang akan diberikan Roshan setelah mencicipi buah itu. Kepala pelayan itu akhirnya dipanggil dan ia segera datang dan membungkuk untuk memberikan penghormatan kepada mereka berdua.     

"Apakah ada yang bisa saya bantu untuk Anda, Yang Mulia?" ia bertanya dengan hormat.     

"Ya. Apa kau bisa makan satu potong saja dari buah-buahan di atas meja itu," Mars menunjuk ke piring yang ia dorong ke tengah meja tadi. "Lalu beri tahu aku rasanya bagaimana"     

"Baiklah, Yang Mulia," Roshan mengambil sepotong buah dengan garpu dan memasukkannya ke dalam mulutnya.     

Ia mengangguk dengan kepuasan yang terpancar di seluruh wajahnya. Ia tahu para juru masak selalu memberikan hidangan dan buah-buahan terbaik dan segar untuk keluarga kerajaan. Setelah menelannya, Roshan membenarkan kecurigaan Mars, "Buah ini segar dan manis."     

"APA??" Emmelyn justru yang sangat terkejut karena ia kini sadar bahwa untuk pertama kali dalam hidupnya selera makannya tidak bekerja secara optimal. Ia adalah seorang penggemar makanan enak. Tidak mungkin jika ia salah merasa, apalagi hanya untuk buah saja.     

Aneh. Ini sungguh aneh dan mengejutkan baginya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.