Pangeran Yang Dikutuk

Sore Yang Menyenangkan



Sore Yang Menyenangkan

0Api unggun yang dibuatnya membuat suhu udara di sekitar mereka menjadi bertambah hangat, hingga Mars akhirnya memutuskan untuk melepaskan mantelnya.     

Bukan hanya api unggun yang menghangatkan suasana, tetapi dadanya pun sedari tadi telah diisi kehangatan karena merasa begitu bahagia ia bisa menghabiskan waktu bersama Emmelyn.     

Ternyata begini juga enak.. tidak harus bercinta dengan panas di tempat tidur. Menghabiskan waktu berdua seperti ini rasanya sama menyenangkan dan romantisnya dengan berhubungan intim, pikir Mars.     

Ditambah lagi, dalam momen seperti ini, ia dapat mendengarkan cerita Emmelyn dan mengenal gadis itu dengan lebih dekat. Kalau di tempat tidur, mereka hanya bisa mendengar suara-suara desahan dan lenguhan seksi. Hehehe.     

"Sudah selesai," kata Emmelyn dengan suara bangga.     

Ia mengangkat daging kelinci yang sudah bersih dan ditusuk dengan ranting kayu lalu ia gantung di atas api unggun, menggunakan penopang dari ranting yang sudah disiapkan oleh Mars sebelumnya.     

Keduanya bergiliran membalikkan daging itu dan menambahkan kayu bakar. Sambil memanggang dagingnya, Emmelyn terus menceritakan petualangannya di Atlantea.     

Suasana terasa begitu damai. Mars merasa ia seolah sedang berbincang-bincang bersama sahabatnya dan membagikan berbagai cerita yang sangat menarik tentang negeri yang belum pernah ia kunjungi.     

Emmelyn sendiri senang menceritakan apa-apa yang telah ia lakukan karena ia merasa mendapatkan audiens yang sangat tertarik mendengar semua ceritanya.     

Emmelyn senang bercerita, dan Mars senang mendengar. Suasana di pinggir hutan sore itu terasa sangat hangat dan menyenangkan. Hampir seperti sebuah piknik bersama sahabat yang berjalan dengan baik     

Tanpa terasa, daging yang mereka bakar pun akhirnya matang. Setelah mengambilnya dari panggangan, Mars memotong daging itu dengan tangannya dan menyerahkan bagian yang lebih besar kepada Emmelyn agar gadis itu dapat makan.     

"Kenapa kau memberiku potongan yang lebih besar?" tanya Emmelyn keheranan. "Tubuhmu lebih besar dariku.. pasti kau lebih lapar kan?"     

Mars menggeleng. "Tidak juga. Tadi aku makan banyak sekali saat sarapan. Aku masih agak kenyang."     

"Ha. Baiklah, kalau kau memaksa.. hehehehe.. Kebetulan aku sangat suka daging kelinci." Tanpa malu-malu, Emmelyn mengambil daging yang lebih besar dan mulai melahapnya.     

Mars memperhatikan gadis itu makan dengan senyum simpul, baru kemudian ia juga menikmati dagingnya. Tadi Emmelyn sempat menaruh sedikit garam dan bumbu sebelum memanggang daging kelinci ini, sehingga rasanya cukup enak.     

Sambil menikmati daging bakarnya, Mars masih terkagum-kagum memikirkan betapa Emmelyn sangat penuh persiapan. Ia membawa pisau, tali, wortel, bahkan bumbu makanan. Rasanya bertualang dengan gadis ini tentu sangat menyenangkan.     

Ia kembali memikirkan niatnya untuk membawa Emmelyn bertualang bersama, seperti yang dulu ia sering lakukan bersama Gewen dan Edgar.     

Nanti di musim semi, kalau Emmelyn masih belum hamil, Mars akan mengajak gadis itu bepergian. Pasti ia akan sangat suka.     

Mereka menikmati makan siang mereka yang sangat sederhana, tetapi terasa jauh lebih enak daripada semua masakan koki istana. Mars benar-benar bahagia.     

Ia dan Emmelyn bergantian minum wine dari kantung minuman yang dibawa Emmelyn. Suasana terasa begitu hangat.     

Setelah kenyang dan melihat bahwa hari sudah mulai sore, keduanya memutuskan untuk kembali ke kastil.     

Mars mematikan api unggun sementara Emmelyn mencuci tangannya di telaga. Setelah mereka selesai, keduanya naik ke punggung kuda masing-masing dan kembali ke kastil.     

"Kapan-kapan kita bisa ke desa sebelah," kata Emmelyn setelah ia dan Mars menyerahkan kuda mereka ke penjaga istal. Ia lalu masuk ke dalam kastil mendahului Mars.     

"Uhm... aku tidak bisa ke tempat ramai tanpa pengawalan," kata Mars.     

"Kenapa?" Emmelyn balik bertanya. "Kalau kau menggunakan pakaian seperti orang biasa, tentu tidak akan ada yang mengenalimu."     

Mars menggeleng. "Aku bukannya takut dikenali orang tapi..."     

"Tapi?" Emmelyn menatap pria itu keheranan. "Ada apa?"     

Mars mendesah pendek. "Di desa ada banyak perempuan. Kalau mereka tidak sengaja menyentuhku..."     

Ahh... Emmelyn lupa kalau Mars tidak dapat menyentuh perempuan. Mereka akan mati. Tentu akan berbahaya kalau sang pangeran berjalan-jalan di tempat umum tanpa pengawalan dan di jalan ia berpapasan atau tidak sengaja disentuh oleh wanita.     

Emmelyn ingat bahwa Mars sangat kukuh tidak mau menyentuh seorang wanita pun hanya untuk mencari tahu apakah ia masih berada di bawah pengaruh kutukan atau tidak. Tentu kali ini ia juga akan berhati-hati untuk tidak menyentuh wanita.     

Emmelyn mengangguk dan menepuk bahu pria itu. "Aku lupa. Maaf."     

"Tidak apa-apa."     

Mereka tidak berkata apa-apa lagi dan berjalan beriringan menuju ke kamar mereka. Matahari sudah hampir terbenam dan lilin-lilin di kastil sudah mulai dinyalakan.     

Ketika mereka tiba di kamar, pelayan telah menyalakan beberapa lilin untuk menerangi ruangan itu.     

"Tadi itu sangat menyenangkan," kata Mars sambil menaruh pantatnya di sofa dekat jendela. "Kita bisa pergi lagi kapan-kapan."     

"Aku suka itu," kata Emmelyn dengan wajah berseri-seri.     

"Kau mau beristirahat dulu sebelum makan malam?" tanya Mars.     

Emmelyn mengangguk. Gadis itu memang agak lelah setelah seharian berjalan-jalan, dan tadi bahkan menjerat kelinci dan memasaknya. Tetapi rasa lelahnya terbayar oleh pengalaman yang sangat menyenangkan.     

Ia juga senang karena Mars menawarkan untuk mengajaknya kembali berjalan-jalan keluar seperti tadi. Emmelyn merasa laki-laki itu mulai mengerti dirinya.     

Memikirkan hal itu, rasanya dada gadis itu kembali dipenuhi rasa hangat, walaupun suhu udara sudah terasa sangat dingin. Ahh... Emmelyn kembali menegur dirinya. Ia tidak boleh jatuh cinta kepada putra mahkota kerajaan Draec ini.     

Bagaimanapun baiknya Mars memperlakukan dirinya, hal itu tidak mengubah kenyataan bahwa ia adalah musuh keluarga Emmelyn.     

Kepalanya tiba-tiba dihinggapi perasaan sakit kepala. Sambil terhuyung-huyung, Emmelyn berjalan ke tempat tidur dan membaringkan diri. Ia memejamkan mata dan berusaha membayangkan hal-hal yang indah.     

Ah.. masih adakah hal indah dalam hidupnya sekarang? Emmelyn tidak tahu. Ia sebenarnya merasa tidak ada gunanya lagi untuk hidup karena seisi keluarganya telah tiada dan kini ia pun tidak memiliki kebebasannya.     

Emmelyn memerlukan alasan untuk tetap hidup, dan saat ini ia hanya memiliki satu, yaitu untuk membalas dendam.     

"Kau tidak apa-apa?"     

Tiba-tiba terdengar suara bariton yang khas itu dari samping tempat tidur. Emmelyn tidak perlu membuka matanya untuk mengetahui bahwa Mars mengikutinya ke tempat tidur dan memperhatikannya berbaring dengan raut wajah mengernyit kesakitan.     

Dengan sigap pria itu segera menanyakan keadaannya.     

[Jangan terlalu baik kepadaku!]     

[Aku ingin terus membencimu...]     

[Jangan mendiamkanku, tapi juga jangan terlalu baik.]     

[Bisa tidak sih, kau ini bersikap normal saja?]     

[Astaga... aku ini terlalu banyak menuntut.]     

Emmelyn membuka sebelah matanya dan menatap ke arah pria itu.     

"Aku sakit kepala," katanya pendek, berharap bahwa dengan mengatakan hal itu ia dapat membuat Mars mengerti bahwa ia sedang tidak ingin diganggu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.