Pangeran Yang Dikutuk

Jalan-Jalan Ke Kota



Jalan-Jalan Ke Kota

0Emmelyn mengerutkan alisnya. Tawaran yang bagus, pikirnya. Akhir-akhir ini, ia tidak banyak keluar rumah dan ia merasa sangat kesepian ketika Mars pergi untuk melakukan tugasnya.     

Satu-satunya tempat yang ia kunjungi hanyalah desa Bydell tempat tinggal Nyonya Adler karena ia ingin bertemu penyihir itu.     

Ia belum menjelajahi daerah lain, terutama kota raja. Ia hanya melewati pasar dua kali dalam perjalanan ke pesta dansa kerajaan.     

"Bisakah kita pergi ke kota raja? Aku ingin berjalan-jalan di pasar dan melihat barang-barang bagus. Aku mungkin ingin membelikan beberapa barang untuk Harlow dan diriku sendiri," ia tampak bersemangat ketika memberikan jawabannya, hal itu pun membuat Mars merasa senang karena ia sudah menyarankan agar mereka pergi keluar besok.     

"Kau belum mengunjungi pasar di kota raja?" Mars bertanya balik. "Aku kira kau sudah pernah berkunjung ke sana. Beberapa waktu lalu kau bilang kau ingin uang untuk berbelanja?"     

"Ahh... ya, itu benar. Tapi aku belum sempat pergi ke sana. Aku hanya pergi menemui penyihir di desa Bydell dan membeli satu atau dua barang," jawab Emmelyn.     

Ia melanjutkan perkataannya, "Tapi tempatnya sangat berbeda dari apa yang aku ketahui tentang ibu kota. Bydell hanyalah sebuah desa dengan pasar kecil. Aku tidak menemukan apa pun yang aku butuhkan ketika aku di sana."     

Emmelyn selalu ingin pergi dan mengunjungi pasar, tempat-tempat umum yang menarik, dan berusaha membiasakan diri dengan rumah barunya. Ia akan senang melakukannya dengan Mars.     

Namun, ketika Mars masih dikutuk, pikiran untuk mengajaknya jalan-jalan tidak pernah terlintas di pikiran Emmelyn karena Mars pasti akan menolaknya.     

Mereka tidak akan bisa keluar secara diam-diam karena Mars harus membawa penjaga bersamanya ke mana-mana, untuk memastikan tidak ada wanita yang menyentuhnya baik secara sengaja atau tidak karena mereka semua akan mati.     

Tapi sekarang suaminya sudah bebas, pasti mereka bisa menyamar dan berbaur seperti orang lain, kan? Akan menyenangkan. Pengawalnya bisa melindunginya dari jauh.     

"Ahh... kau benar. Kota raja sebenarnya cukup bagus. Mereka memiliki pasar yang besar, banyak tempat makan, dan kedai. Aku pikir kau akan menyukainya. Aku akan mengantarmu ke sana besok."     

Mars tidak sering pergi ke sana. Ia kebanyakan hanya melewati kota untuk pergi ke istana kerajaan. Namun, jika Emmelyn ingin menjelajahi pasar dan kota dari ujung ke ujung, ia dengan senang hati akan menemaninya.     

"Kalau begitu, kita bisa pergi ke sana besok setelah pemakaman," kata Emmelyn. Ia senang Mars menyarankan mereka pergi jalan-jalan besok. Akan lebih baik untuk mengalihkan perhatiannya dari kepergian kakaknya.     

"Oke, kita bisa pergi besok."     

"Bisakah kita pergi tanpa membawa banyak pengawalmu? Atau setidaknya membawa satu atau dua dan meminta mereka untuk mengawasi dari kejauhan?" Emmelyn bertanya kepada sang pangeran ketika ia ingat tentang dua puluh prajurit yang mengikuti mereka sebelumnya ketika mereka pergi ke hutan.     

Ia menambahkan. "Aku tidak ingin terlihat mencolok ketika pergi ke sana. Jika mereka mengikuti kita kemanapun, orang akan segera tahu siapa kau dan pasti akan membuat keributan."     

"Hmm... tentu saja. Aku akan memastikan para prajurit menjaga jarak," jawab Mars. "Jangan khawatirkan mereka."     

"Ah, baiklah," Emmelyn tersenyum. "Sekarang aku merasa lega."     

Mereka menghabiskan waktu dengan duduk di dekat jendela selama satu jam lagi sambil menyeruput teh dan berbicara tentang kehidupan mereka di masa depan.     

***     

Pemakaman Killian berlangsung dengan khimad. Meski hanya dihadiri oleh Mars, Emmelyn, kepala pelayan, dan para penggali kubur, namun tetap terasa sendu dan khimad.     

Killian dimakamkan di tempat yang sangat indah, ia pasti senang, pikir Emmelyn. Kemudian di musim dingin, ketika bunga Wintermere tumbuh dan mekar lagi, ia akan membawa beberapa bunga itu ke makam kakaknya.     

Setelah menangisi Killian selama berhari-hari, Emmelyn akhirnya tidak dapat meneteskan air mata lagi dan ia hanya bisa menyaksikan kuburan tersebut diisi dengan tanah oleh para penggali kubur dengan berat hati.     

"Apa kau baik-baik saja?" Mars bertanya kepada Emmelyn setelah mereka tiba kembali di kastil. "Jika kau ingin tinggal di rumah dan istirahat untuk hari itu, kita bisa menunda jalan-jalan di kota besok atau lain waktu."     

Emmelyn menggelengkan kepalanya. "Tidak... Aku ingin pergi hari ini. Akan lebih baik jika aku mengalihkan pikiranku dari apa yang terjadi baru-baru ini."     

"Oke. Kita akan melakukan apa yang kau inginkan."     

Mereka makan siang dan istirahat sebentar sebelum berganti ke pakaian yang sedikit sederhana dan bersiap untuk mengunjungi kota. Emmelyn mengenakan mantel kulit di atas gaunnya dan membawa kantong berisi uang.     

Ia berencana untuk membeli beberapa barang di pasar. Mars mengenakan jubah hitam dan menyimpan pedangnya di rumah, ia hanya membawa pisau agar tidak terlalu menarik perhatian.     

Mars juga mengikat rambut panjangnya dan berusaha untuk terlihat sederhana, meskipun ia sudah pasti akan tetap menarik perhatian orang-orang dengan ketampanannya yang jarang dimiliki seorang pria pada umumnya.     

Biasanya, ketika ia pergi ke kota untuk minum-minum bersama Gewen dan Edgar, ia tidak peduli tentang hal seperti itu. Tapi sepertinya Emmelyn menikmati gaya pacaran seperti ini, jadi ia akan melakukan semuanya sesuai keinginannya.     

Sekitar jam 2 siang, mereka sudah jalan-jalan keliling pasar sambil berpegangan tangan. Emmelyn terpesona oleh ukuran pasar kota. Draec benar-benar sebuah kerajaan besar. Hal itu terbukti dari ibu kotanya yang sangat berkembang.     

Kota raja itu sangat megah, dipenuhi dengan gedung-gedung mewah dan banyak kedai untuk bisnis. Pasar kota benar-benar yang terbesar yang pernah dilihat Emmelyn. Ada begitu banyak kedai dan tempat yang menarik minatnya.     

Ia membeli banyak kancing dan bahan kerajinan tangan, ia juga tidak lupa membeli beberapa kotak kue dan permen. Melihat istrinya terlihat senang dengan waktu belanjanya, Mars menawarinya untuk mengunjungi lebih banyak kedai.     

Barang-barang yang telah dibeli Emmelyn diberikan kepada 'asistennya', salah satu penjaga yang membuntuti mereka untuk menjaga keduanya dari jauh. Jadi, ia dan Emmelyn tidak perlu membawa apa pun.     

"Astaga... Kurasa aku membeli terlalu banyak barang..." Emmelyn akhirnya berhenti ketika koin emas di dompetnya hampir habis. "Aku sangat impulsif."     

"Ahaha... tidak apa-apa. Kalau belanja bisa membuat bahagia dan menghilangkan stresmu, sebaiknya kita sering-sering melakukannya," kata Mars sambil tertawa kecil.     

"Aku merasa lebih baik hari ini," Emmelyn lalu tersenyum. "Menurutku ini seperti sebuah terapi. Kau benar... lain kali aku akan melakukannya lagi saat aku merasa sedih."     

"Yah... lagi pula kau memiliki kunci peti harta karunku," Mars mengingatkannya. "Kau dapat mengambil berapa pun yang kau inginkan dan membelanjakan emas sesuai keinginanmu. Aku hanya ingin kau merasa bahagia."     

"Aku tahu..." Emmelyn mencium pipinya dan berbisik. "Aku memang sangat bahagia."     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.