Pangeran Yang Dikutuk

Ramuan



Ramuan

0Mars menghela nafas panjang dan menjelaskan, "Perasaanku kepada Emmelyn sangatlah berbeda dengan perasaan yang pernah aku rasakan untuk Ellena atau saudara-saudara perempuan Gewen ataupun para istri dari semua sepupuku."     

"Mereka semua adalah satu-satunya wanita yang pernah berinteraksi denganku selama ini. Dan saat aku melihat Emmelyn, aku tidak pernah merasakan hal semacam ini."     

"Aku tidak bisa dengan mudah menyebutnya cinta karena aku memang belum pernah jatuh cinta. Aku tidak berpengalaman soal itu, kau tahu kan?"     

Edgar hanya menggaruk kepalanya bingung karena ia sendiri juga tidak punya pengalaman sama sekali jika soal percintaan.     

Selama ini, ia belum pernah bertemu dengan wanita yang bisa meluluhkan hatinya dan membuatnya mabuk kepayang.     

Baginya, tidur dengan wanita yang berbeda-beda adalah gaya hidup dan hal yang lumrah untuk dilakukan. Ia seorang pria dan memiliki kebutuhan biologis yang harus ia penuhi.     

Tapi jika sudah menyangkut masalah hati… ia tidak pernah bertemu dengan seorang wanita yang bisa membuat jantungnya berdegup begitu kencang dan membuatnya lupa soal dunia.     

"Yah, bagaimana aku juga tahu soal itu, kita berdua ini kan sama-sama bodoh jika soal percintaan?" Edgar menggeleng sedih. Ia melirik ke samping dan melihat Gewen mencium gadis pirang di tulang selangkanya... lalu turun ke payudaranya yang sedikit terbuka.     

"Ehem... kita juga tidak bisa bertanya kepada pria hidung belang itu," katanya sambil tetap mengarahkan pandangannya pada Gewen.     

Mars tertawa kecil dan mengangguk setuju. "Kau benar, percuma saja bertanya kepadanya."     

Edgar akhirnya menepuk bahu Mars dan memberikan seluruh dukungannya. "Siapa sangka, di antara kita semua, yang pertama jatuh cinta adalah pria yang tidak bisa menyentuh wanita. Ini benar-benar menarik. Kuharap kau tahu apa yang sedang kau lakukan dan kau akan hidup bahagia dengannya."     

"Terima kasih, Edgar!" kali ini giliran Mars yang menuangkan anggur ke dalam gelas mereka. "Mari bersulang untuk kehamilan Emmelyn dan kebahagian kami!"     

Kedua pria itu mendentingkan gelas mereka dan terus minum dengan riang.     

"Hei, hei... apa aku melewatkan sesuatu?" tiba-tiba Gewen mendatangi mereka dengan membawa gelasnya sendiri. Ia mengulurkan gelasnya dan meminta salah satu dari mereka untuk menuangkan anggur ke dalamnya. "Tuangkan untukku sedikit dan aku akan bersulang dengan kalian juga."     

Mars dan Edgar saling pandang. Pangeran menggelengkan kepalanya sedikit dan Edgar tahu bahwa ia harus merahasiakan percakapan mereka dari Gewen untuk sementara waktu.     

Edgar berdehem dan menuangkan anggur dari kendi untuk Gewen. "Yah... Mars baru saja mengaku kepadaku bahwa ia benar-benar tertarik padaku. Sekarang Lord Aldrich telah kembali ke rumahnya di Glendale, Mars bertanya apakah aku ingin bermalam di istananya."     

Wajah Gewen terlihat sangat kaget mendengar itu. Ia menoleh ke Mars dan menyipitkan matanya dengan tatapan kecewa. "Apa itu benar?? Kenapa kau tertarik pada binatang ini tapi bukan aku? Apa aku tidak cukup tampan bagimu???"     

Suasana hati Mars saat ini sangat baik jadi ia tidak mau memarahi Edgar karena sudah membuat lelucon bodoh ini. Ia hanya memutar matanya dan menjawab, "Itu tidak benar. Ia hanya bercanda."     

"Ahh... baiklah kalau begitu," Gewen menatap tajam Edgar untuk memperingatkannya berhenti bercanda seperti itu.     

"... Lord Aldrich belum kembali ke Glendale," Mars dengan cepat menambahkan. "Aku memintanya tetap tinggal dan menghangatkan ranjangku selama musim dingin."     

Lalu ia tertawa terbahak-bahak.     

Oh, hari ini begitu menyenangkan baginya. Pangeran Mars Strongmoor bisa minum, bercanda, dan bersenang-senang dengan teman-temannya.     

Ia berharap suasana hatinya akan tetap seceria ini setelah ia sampai di rumah dan bertemu Emmelyn. Ia harus tampak bahagia dan menyingkirkan semua pikiran-pikiran yang mengganggu sehingga Emmelyn tidak ikut sedih.     

Mars tahu gadis itu menangis di dalam kamar saat ia sudah keluar dan hatinya begitu hancur ketika mendengarnya terisak. Ia berharap mereka berada dalam keadaan yang berbeda, tapi hei... ia harus tetap bersyukur atas semua ini.     

Memiliki kesempatan untuk bertemu Emmelyn dalam kehidupan ini sudah merupakan hal yang luar biasa. Ia tidak boleh menganggap remeh takdir ini.     

Mars tiba-tiba ingat ia harus segera kembali karena ia berjanji akan pulang sebelum makan malam. Ia harus menenangkan diri dan terlihat baik-baik saja sehingga ia bisa menghindari kecanggungan di antara mereka.     

Gewen tidak mengerti mengapa Mars tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Menurutnya tidak ada yang lucu hingga harus membuatnya tertawa terbahak-bahak seperti itu. Ia pun menoleh ke Edgar dan melihat pria kekar itu juga ikut tersenyum.     

Gewen langsung merasa curiga dan berpikir ada yang tidak beres.     

"Apakah kalian sedang mengolok-olokku?" Ia menyilangkan tangan di dadanya dan mengangkat alis.     

Mars hanya menepuk pundaknya dan berkata, "Kami tadi sedang membahas kekasihku. Aku ingin mengajaknya ke pesta dansa sebagai pasangan kencanku nanti dan mengumumkan hubungan kami secara resmi. Aku sangat senang hari ini karena itulah suasana hatiku juga sangat baik. Seperti yang sekarang kau lihat."     

"Oh..." Gewen butuh beberapa detik untuk mencerna apa yang baru saja dikatakan temannya.     

Tunggu dulu...     

Mars... akan membawa Lord Aldrich ke pesta ... sebagai pasangan pestanya?     

APA BENAR?     

"Apakah kau sudah gila????" Gewen menepis tangan Mars dari pundaknya. "Seluruh negeri ini sedang memperhatikanmu, mata mereka semua tertuju padamu seperti burung elang. Mereka sangat ingin melihatmu menikah dengan wanita dan menghasilkan ahli waris... tapi kau malah memutuskan untuk mengumumkan kepada dunia kalau kau ini penyuka pria? Apa kau mau ayahmu terkena serangan jantung dan mati di tempat hah?"     

Gewen mungkin saja seorang teman yang narsistik dan hanya peduli tentang dirinya sendiri, tapi ia adalah sahabat Mars yang setia dan ia tidak mungkin membiarkan sang pangeran menghancurkan reputasinya seperti itu.     

Ia bisa paham jika Mars ingin tidur dengan pria manapun (meski ia sedikit kecewa kenapa Mars tidak pernah tertarik pada dirinya yang tampan ini)... Mars tidak seharusnya memberitahu gaya hidup terlarangnya itu kepada publik.     

Sekalipun rumor beredar di seluruh kerajaan bahwa ia gay, ia harus menyangkalnya dengan sekuat tenaga, bahkan sampai ia mati. Bukan justru mengumumkan bahwa ia sekarang menjalin hubungan serius dengan seorang pria.     

Jika sampai rakyat tau soal ini dan mulai membenci keluarga kerajaan karena gaya hidup Mars, mereka akan menjadikannya senjata untuk memulai pemberontakan.     

Tidak ada satu orang pun yang bisa memprediksi hal buruk apa yang akan terjadi. Jalan hidup yang dipilih Mars itu menurut Gewen bukanlah hal normal dan tidak akan dengan mudah diterima masyarakat.     

Gewen tidak bisa membiarkan Mars menghancurkan dirinya dan kerajaannya seperti ini.     

Ia meraih lengan pangeran dan menatap matanya dengan saksama. "Aku tidak akan membiarkanmu melakukannya!"     

Mars tersenyum saat melihat betapa temannya menyayanginya, meski kadang ia tak tahan ketika harus menghadapi tingkah Gewen sehari-hari.     

"Aku tau mengapa kau khawatir," katanya. "Aku akan mengusahakan yang terbaik agar tidak ada satu orang pun yang mengenalinya sebagai laki-laki. Aku akan meminta penjahit kerajaan membuatkan gaun indah untuknya. Para pelayan juga akan membantunya merias wajah."     

"Gaun dan riasan yang indah bisa saja mengubahnya menjadi seorang wanita yang cantik," Gewen mengerutkan alisnya. "Tapi suara dan jakunnya akan langsung membongkar jati dirinya sebagai seorang pria. Apa kau mengerti itu?"     

"Sudah kubilang kau tidak perlu khawatir, aku akan mengurusnya," Mars tertawa lagi. Ia menenggak sisa anggurnya dan kemudian berniat berpamitan dengan kedua temannya itu. "Aku pamit dulu, tadi aku sudah berjanji akan pulang saat makan malam padanya. Sampai jumpa lusa besok untuk latihan rutin kita. Jangan sampai terlambat atau kupenggal kepala kalian."     

Ia menepuk bahu Edgar dan Gewen, lalu keluar dari bar dengan senyum yang masih tersungging lebar di wajahnya.     

Kedua jenderal muda itu saling bertukar pandang dan Gewen semakin bingung, ia yakin Mars pasti akan melanjutkan rencana itu.     

"Ia sedang mencoba bunuh diri," Gewen bergumam pelan. Ia menoleh ke Edgar dan menegur, "Mengapa kau tidak mengatakan apa-apa? Kenapa kau tidak menghentikan rencananya? Ia pasti sudah membahas hal ini denganmu kan? Apa kau akan membiarkannya melakukan apa saja yang ia suka?"     

Edgar hanya mengangkat bahu. "Bukan urusanku."     

***     

Mars pulang tepat saat makan malam dan Emmelyn terlihat sedang duduk di ruang makan menunggu kehadirannya. Ia duduk di hadapan begitu banyak hidangan lezat yang baru saja disiapkan oleh para juru masak di dapur.     

"Hei..." Mars duduk di samping gadis itu dan bersiap untuk makan. "Apakah kau bermaksud makan tanpa menungguku?"     

Emmelyn hanya mengangkat bahu. Ia mengambil piringnya dan bersiap untuk mengambil makanan yang ia suka. Mars kemudian mengikutinya dan mereka hanya makan dalam diam.     

Setelah selesai makan malam, Mars menepuk tangannya dan Roshan pun segera tiba sambil membawa mangkuk porselen kecil. Pangeran menerima mangkuk yang dibawa Roshan dan memberikannya langsung kepada Emmelyn.     

"Jika kau sudah selesai makan, minumlah ini. Dokter Vitas sudah menyiapkan ramuan khusus untuk membantu pertumbuhan janinnya," ucap Mars sambil mengulurkan mangkuk itu pada Emmelyn.     

Ia mengambil mangkuk yang disodorkan Mars dan segera meminumnya. Wajahnya langsung berubah saat meneguk ramuan pahit itu. "Ramuan macam ini? Rasanya tidak enak sama sekali!!!"     

"Hmm…. itu kan hanya vitamin?" Mars dengan cepat melambaikan tangannya dan Roshan memberikan mangkuk kedua. Ukuran mangkuk kedua yang Roshan bawa lebih kecil dan berisi sup yang nikmat. "Minumlah ini untuk menghilangkan rasa pahitnya."     

Emmelyn langsung meminum sup itu sampai habis dan ekspresinya langsung berubah ceria lagi. Rasanya enak.     

"Wah… yang ini rasanya sangat nikmat…" ucapnya. Tapi tiba-tiba badannya gemetaran ketika ia ingat bahwa ia akan hamil selama 8 bulan ke depan. "Hmm… Apa aku harus minum ramuan pahit ini setiap malam selama hamil?"     

"Betul," Mars mengangguk. "Dokter Vitas memintamu meminum vitaminnya setiap malam demi kesehatanmu dan bayiku. Menurutku rasanya tidak begitu buruk, dalam seminggu kau akan terbiasa setelah meminumnya setiap hari. Dulu aku juga seperti itu. Sekarang aku bahkan bisa meminum semua jenis ramuan tanpa kesulitan sama sekali."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.