Pangeran Yang Dikutuk

Empat Sahabat



Empat Sahabat

0"Emmelyn sedang hamil dan bayi kami akan lahir di musim panas mendatang."     

Edgar sangat terkejut dan tidak satu kata pun keluar dari mulutnya. Ia terpaku dan tidak mengatakan apa-apa selama beberapa saat. Berita yang disampaikan putra mahkota hari ini memang sangat mengejutkan.     

"Kau tidak salah dengar, Edgar" kata Mars ketika ia melihat raut wajah temannya itu. Ia menghela napas panjang dan menyesap wine-nya kembali.     

"Oh...." mendengar Mars mengulangi pernyataan tadi, Edgar tergerak dari kebingungannya. Ia langsung memeluk Mars dan menepuk punggungnya berulang kali. "Astaga...! Aku ikut bahagia mendengarnya! Akhirnya kau akan menjadi seorang ayah."     

Setelah menyampaikan berita itu kepada Edgar, ini pertama kalinya Mars merasa benar-benar bahagia tentang berita kehamilan Emmelyn.     

Sebagai teman yang baik selama bertahun-tahun, pangeran sangat yakin Edgar akan menjadi orang pertama yang akan ikut bahagia mendengar berita ini selain raja dan ratu.     

Bahkan jika bukan karena kekhawatiran soal bocornya rahasia ini dan Mars berani memberitahu Gewen, pria nakal itu sudah pasti juga akan bahagia mendengarnya.     

Namun Mars sudah memutuskan untuk menyampaikan berita ini kepada Gewen setelah ia memberitahu orang tuanya.     

"Terima kasih, aku sangat bahagia sekarang ini," Mars tersenyum lebar dan kegalauannya sekarang mulai berkurang. "Aku sedikit khawatir mengenai masa depannya tapi aku harap anakku tidak harus terpengaruh dengan kutukan yang sedang aku terima dan bisa hidup dengan baik."     

"Jangan khawatir, aku yakin kau tidak akan mewariskan kutukan itu padanya. Apa aku boleh bertanya siapa wanita beruntung yang saat ini mengandung keturunanmu itu?" Edgar dengan bersemangat menuangkan anggur ke dalam gelas mereka dan mengangkat gelasnya untuk bersulang. "Untuk pewaris baru keluarga Strongmoor."     

Mars mendentingkan gelasnya ke gelas Edgar dan meneguk anggur yang baru saja dituangkan sahabatnya itu sebelum menceritakan soal Emmelyn.     

Dari semua orang yang ia kenal di dunia, ia percaya bahwa Edgar akan selalu mendukungnya.     

Karena itu pangeran beranggapan bahwa Edgar pantas tahu seluruh cerita antara dirinya dan Emmelyn. Dengan demikian, tidak ada lagi kesalahpahaman di antara mereka.     

"Jadi… ia sebenarnya adalah putri dari Wintermere?" Edgar menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Kalau begitu, pasti situasinya sangat rumit saat ini, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika harus berada di posisimu. Seandainya saja kau bisa bertemu dengannya sebelum kita menaklukkan kerajaannya. Dengan begitu, pasti lebih mudah bagi kalian untuk menjalin hubungan."     

"Yah, mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Percayalah, aku pun berharap kami bertemu jauh sebelum invasi itu terjadi," Mars hanya mengangkat bahunya.     

Ia tiba-tiba ingat bahwa alasan Emmelyn kembali ke Terra adalah karena ia mendengar kabar tentang invasi itu saat ia berada di Antlantea.     

Jika Draec tidak menyerang Wintermere, mungkin ia masih akan bertualang di Atlantea bersama laki-laki bernama Maxim itu.     

Siapa yang tahu tahu seberapa dekat hubungan mereka setelah menghabiskan begitu banyak waktu untuk menjelajah bersama.     

Pada dasarnya, Mars merasa menyesal atas semuanya tapi ia tak merasa begitu bersalah dengan yang sudah terjadi.     

Lagi pula, apa yang bisa dilakukannya untuk mengubah masa lalu?     

Tidak ada sama sekali!     

Ia akan lebih tersiksa jika terus merasa menyesal padahal ia tahu betul ia tak akan bisa merubah apa yang sudah terjadi.     

Mars merasa ia hanya bisa membahagiakan Emmelyn untuk membayar semua kesalahan ayahnya di masa lalu dan membangun masa depan yang indah bersama.     

Tapi kesepakatan itu begitu membatasi perasaan Emmelyn dan ia tidak yakin apakah gadis itu akan tetap tinggal di kastilnya setelah melahirkan.     

Untuk saat ini, mudah baginya menahan Emmelyn untuk tidak meninggalkan dirinya karena ia sedang hamil. Tapi setelah itu, pangeran sebenarnya tidak bisa memprediksi apa pun.     

"Aku tidak akan pernah tahu ia kebal terhadap kutukanku jika ia tidak mencoba membunuhku malam itu. Saat itu, dia menyamar di kastilku selama satu bulan," jawab Mars.     

Edgar meletakkan gelasnya dan tenggelam dalam pikirannya. Setelah beberapa saat, ia mulai berbicara dengan suara rendah dan pelan, ia khawatir akan menyinggung perasaan pangeran.     

"Hm… aku mulai berpikir mengenai kutukan itu… bagaimana jika…" ia menyipitkan matanya dan menatap Mars dengan seksama, untuk sesaat ia ragu apakah harus menyampaikan pendapatnya ini. "Bagaimana jika kutukan itu sudah hilang dan kau sebenarnya bisa menyentuh wanita mana pun? Mungkin saja kan?"     

Mars hanya menghela nafas dan menjawab, "Bisa saja."     

"Kalau begitu, kenapa kau tidak cari tahu? Apa kau sudah pernah mencoba menyentuh wanita lain selain Emmelyn?" Edgar bertanya lagi, ia juga semakin penasaran mengenai kutukan Mars itu.     

Mars menggelengkan kepalanya, "Belum, sebenarnya aku takut aku akan membunuh wanita yang tidak berdosa hanya untuk mencari tahu apakah kutukanku sudah hilang atau belum. Rasanya tidak sepadan melakukan itu."     

"Tapi… coba kau pikirkan, tidak ada salahnya mengorbankan satu wanita saja demi kebaikanmu sendiri kan? Jika sampai kita bisa membuktikan bahwa kutukanmu itu sudah hilang, apa kau bisa bayangkan apa yang bisa terjadi?"     

"Kau tidak perlu lagi terikat dengan satu wanita saja untuk memperoleh keturunanmu. Dengan begitu, kau bisa mempertahankan kestabilan kerajaan, menurutku ini solusi yang menguntungkan," kata Edgar dengan nada mendesak.     

"Apa kau sama sekali tidak peduli dengan masa depan kerajaanmu? Aku rasa mengorbankan seorang wanita demi masa depan Draec adalah keputusan yang bijaksana. Kau bisa saja mencobanya dengan pencuri wanita dari penjara untuk membuktikan apakah kutukan itu sudah hilang atau belum."     

"Jika ia mati sehari setelah kau menyentuhnya, maka bisa dipastikan kau masih memiliki kutukan itu. Tidak ada ruginya mencoba hal tersebut, lagi pula penjahat-penjahat itu juga nantinya akan dipenggal di alun-alun," Edgar mulai menjelaskan panjang lebar mengenai rencana 'pembuktian kutukan' ini.     

Mars mengepalkan tangannya erat-erat saat ia memegang gelasnya. Pangeran sebenarnya tidak benar-benar mengkhawatirkan soal mengorbankan satu wanita untuk membuktikannya, seperti yang tadi disarankan Edgar, ia justru khawatir dengan Emmelyn.     

Gadis itu baru saja memberitahunya bahwa mereka sebaiknya berhenti berhubungan badan karena ia sudah hamil...     

Bayangkan jika Emmelyn mengetahui bahwa Mars tidak lagi dikutuk. Gadis itu sudah pasti akan pergi meninggalkannya secepat kilat. Ia bahkan tidak akan peduli lagi soal bayi yang dikandungnya.     

Kepalanya terasa berat memikirkan kemungkinan tersebut dan ia tidak mau mengambil resiko sebesar ini. Mereka baru saja akan memulai sebuah tahapan yang baru dalam 'hubungan kontrak' ini.     

Dan jika sampai semua orang tahu, orang tuanya serta para menteri tidak akan segan-segan menjodohkannya dengan wanita lain yang mereka anggap lebih pantas. Wanita yang bukan musuh Draec seperti Emmelyn.     

Jika mempertimbangkan semua kemungkinan ini, ia merasa tidak ada gunanya membuktikan apakah Mars masih dikutuk atau tidak.     

Untuk saat ini, lebih baik tidak usah mencari tahu terlebih dahulu. Pangeran sudah memutuskan ia tidak akan mau membuktikannya sampai ia yakin Emmelyn sudah luluh dan menjadi miliknya.     

"Sudah kubilang aku tidak akan melakukannya, Edgar," kata Mars akhirnya. Ia menghabiskan anggurnya dan menuangkan lagi. "Tolong jangan membicarakan hal itu. Ini adalah hari yang paling bahagia seumur hidupku. Aku tidak mau membahas soal kutukan sialan itu."     

Edgar menghela napas, "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud merusak suasana hatimu dengan mengusulkan rencana tadi. Hanya saja... jika kau benar-benar terbebas dari kutukan itu tapi terjebak dengan wanita lain, aku tidak bisa membayangkan betapa patah hatinya Ellena nanti."     

Mars terdiam lagi dan ia mulai berpikir keras setelah mendengar nama itu. Sudah lima tahun sejak terakhir kali ia melihat Ellena dan mereka sudah lama tidak membicarakan gadis itu.     

Mendengar Edgar menyebut namanya sekarang, ia tiba-tiba teringat begitu banyak kenangan indah yang sudah mereka berempat lalui sejak kecil.     

"Ellena tahu aku tidak bisa punya anak darinya karena aku tidak bisa berhubungan badan dengannya," jawab Mars. "Aku membutuhkan wanita yang bisa melahirkan ahli waris untukku. Emmelyn bisa melakukannya, aku rasa Ellena akan mengerti dan ia tidak akan menyalahkanku."     

"Bagaimana kau yakin bahwa gadis bernama Emmelyn ini kebal dari kutukanmu? Ya memang kau sudah menyentuhnya dan ia masih hidup sampai hari ini. Tapi bagaimana jika kutukanmulah YANG BENAR-BENAR SUDAH HILANG? Jika kau tidak lagi dikutuk, kau bisa menyentuh wanita mana pun termasuk Ellena. Mengapa kau tidak mau mencari tahu kebenarannya? Aku tidak mengerti dengan keputusanmu itu," Edgar nampak kesal.     

Ellena adalah sahabat baiknya dan tentu saja ia harus membela gadis itu setelah apa yang mereka lalui bersama. Dan ia pikir Mars harusnya lebih memilih Ellena daripada gadis yang baru ia kenal dan muncul entah dari mana.     

Memang benar Emmelyn sedang mengandung anak pertamanya, tapi apa gunanya jika mereka tidak saling jatuh cinta? Atau, jangan-jangan Mars mencintainya?     

Mars menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tidak, aku tidak mau mengambil resiko."     

"Wah… aku tidak menyangka akan mendengar jawaban itu tapi baiklah..." Edgar tampak tercengang. Ia mengedipkan matanya selama beberapa detik seolah mencoba memahami kata-kata temannya.     

Ia melanjutkan, "Aku benar-benar kagum denganmu, aku heran mengapa kau bersikeras tidak mau mencari tahu. Bahkan setelah berteman selama ini, aku rasa masih ada hal-hal yang tidak aku tahu tentangmu."     

"Aku tahu kami berdua dalam situasi yang sulit saat ini. Tapi aku hanya berharap bisa memperbaikinya dan kita bisa melupakan masa lalu yang pedih itu untuk membangun kehidupan baru bersama-sama," kata Mars kemudian.     

Ia mendesah. "Mungkin saja perasaannya akan mulai berubah setelah anakku lahir. Tidak ada yang tahu seperti apa masa depan yang akan kita miliki dan aku tidak mau merusaknya."     

"Apakah kau mencintainya?" Edgar kemudian menanyakan pertanyaan krusial itu. Ia ingin mencari tahu jawabannya agar ia bisa memahami keputusan sang pangeran.     

Jika saja Edgar bukan siapa-siapa dan tidak mengenal pangeran dengan baik, ia akan mengira Mars itu pria terbodoh di dunia ini.     

Tidak mungkin ada pria waras yang tidak mau tahu apakah mereka bisa menyentuh wanita lain atau tidak?     

Bayangkan berapa banyak wanita yang bisa menemaninya tidur jika benar kutukan itu sudah rusak. Tapi Mars tetap saja pada pendapatnya itu.     

Apa pria ini sudah dimabuk cinta?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.