Pangeran Yang Dikutuk

Minum Dengan Edgar



Minum Dengan Edgar

0"Bukankah kau sudah tau betapa pentingnya bayi ini bagiku?" tanya Mars kepada Emmelyn.     

Sang pangeran bicara dengan suara yang lembut tetapi nadanya sangat tegas. Emmelyn hanya menghela nafas panjang karena ia tahu ia tidak akan pernah menang jika berdebat dengan pria itu.     

"Aku tidak akan menyentuhmu jika kau tidak menginginkannya, aku bisa pastikan hal itu. Kita hanya akan berhubungan badan jika memang sama-sama mau," Mars meraih tangan Emmelyn dan memegangnya dengan tangan kanannya. Ia menyentuh lembut wajah Emmelyn dengan tangan satunya dan melanjutkan.     

"Dengarkan aku… satu-satunya hal yang tidak akan pernah bisa aku lakukan adalah membuatmu merasa tidak nyaman atau menjadi semakin stres. Dan aku harap kau mengerti bahwa aku ingin berada di sisimu karena aku ingin menjagamu dan bayi ini."     

Ia menambahkan, "Jika kau mau, aku bisa tidur di sofa saja, tapi aku mohon jangan pisah kamar denganku. Biarkan aku tetap berada di sisimu selama kau hamil."     

Emmelyn hanya diam ketika mendengar penjelasan sang pangeran. Ia terbukti salah ketika mengira pangeran tidak akan bersikap lebih baik lagi dari kemarin.     

Kenapa pria ini begitu baik kepadanya????     

Bagaimana Emmelyn dapat terus memperlakukannya sebagai musuh??     

Merasa luluh dengan perkataannya, gadis itu hanya mengangguk lemah. "Baiklah…"     

Mars kemudian bangkit dari sofa, "Aku akan ke luar dulu, kurasa kau butuh waktu untuk menyendiri. Aku akan menemui Gewen dan Edgar di kota untuk merayakan berita bahagia ini. Aku akan kembali tepat saat makan malam."     

"Hmm ..."     

"Kau bisa langsung memanggil Roshan jika kau ingin sesuatu," kata Mars lagi.     

"Jangan khawatir, aku akan melakukannya."     

Pangeran kemudian berjalan keluar dan menutup pintu kamarnya. Begitu Mars pergi, Emmelyn terisak tanpa suara.     

Hatinya begitu sakit menerima kenyataan ini, hidupnya yang sudah hancur kini seolah terbangun kembali dengan hadirnya bayi di kehidupan mereka.     

Tapi di sisi lain, ia benar-benar tidak bisa membiarkan dirinya bahagia bersama Mars meski hanya beberapa bulan saja.     

Jauh di dalam hatinya, ia ingin sekali merayakan kebahagiaan ini bersama sang pangeran.     

Namun, sebaiknya ia tidak mengambil resiko lebih jauh karena sekarang saja ia sudah tidak bisa menahan sakit yang terbendung dalam hatinya.     

***     

"Mengapa kau tiba-tiba berubah?" Edgar mendentingkan cangkirnya ke Mars dan mulai meneguk anggurnya. "Kau tidak seperti Mars yang selama ini kukenal."     

Wajah pria kekar itu memerah karena terlalu banyak mengonsumsi alkohol sejak satu jam lalu. Suhu udara sangat rendah dan banyak tentara yang menghabiskan hari libur mereka dengan bersantai dan minum untuk menghangatkan diri.     

Jika waktu libur sudah usai, putra mahkota langsung meminta mereka untuk bekerja lebih keras lagi untuk berlatih dan bersiap untuk perang di musim semi.     

Itulah saatnya ketika mereka mulai berbaris dan menyerang target berikutnya. Musim gugur dan musim dingin biasanya digunakan berlatih dan beristirahat.     

Dan ketika musim dingin hampir berakhir, putra mahkota akan mulai berkoordinasi dengan para gubernur di koloni sekitar target berikutnya untuk mempersiapkan tentara dan perbekalan.     

Mereka akan siap berperang saat musim semi tiba. Pada akhir musim panas, mereka akan kembali membawa kemenangan dan beristirahat selama musim gugur. Siklus ini pun berulang setiap tahunnya.     

Mars bertemu dengan kedua temannya itu di kedai minuman yang terletak di kota raja. Biasanya mereka akan memesan ruangan pribadi untuk mereka bertiga dan beberapa gadis juga akan dipersiapkan khusus untuk Gewen.     

Gewen biasanya akan menyelinap di sudut ruangan dengan para gadis dan minum bersama mereka sambil melakukan hal-hal tidak senonoh.     

Mars dan Edgar hanya minum di sudut ruangan sambil membicarakan beberapa topik yang mereka pikir menarik.     

"Apa maksudmu? Aku tidak berubah sama sekali," Mars mengangkat salah satu alisnya ketika menjawab tuduhan Edgar. Ia tak mengerti maksud dari pertanyaan temannya itu.     

"Kau memberikan libur selama TIGA HARI. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya, momen historis," Edgar hanya terkekeh. "Bukannya aku mengeluh yah, aku pikir memang mereka pantas mendapatkan istirahat. Tapi keputusan ini terlihat aneh karena tidak biasanya kau memberikan libur sebanyak itu?"     

"Ah… sebenarnya aku hanya ingin menghabiskan waktu dengannya," jawab Mars sambil menyinggung senyum tipis di wajahnya.     

"Dengannya? Apa maksudmu?" Edgar berusaha keras menahan tawanya. "Apa kau sedang membicarakan soal pacarmu?"     

"Sudah diamlah Edgar!" Mars hanya melirik sinis kepada temannya itu. "Aku ingin memberitahumu sesuatu, tetapi kau harus berjanji tidak akan pernah memberitahu Gewe…"     

"Apa maksudnya aku tidak boleh memberitahunya? Rahasia apa yang kau sembunyikan?" Edgar hanya melirik ke arah kiri untuk memastikan Gewen masih asyik bermesraan dengan dua wanita cantik di sudut ruangan.     

Seorang wanita dengan rambut pirang panjang dan gaun minim sedang duduk di pangkuannya. Yang satunya berambut merah dan duduk di sebelah Gewen sambil memeluk pinggangnya seperti seekor koala.     

Edgar hanya berdehem dan mengangguk, "Ya, aku berjanji. Kurasa ia juga tidak akan peduli dengan apa yang akan kau sampaikan."     

Mars lalu menuangkan lebih banyak lagi anggur ke dalam cangkirnya dan meminumnya perlahan. Matanya mulai bersinar kegirangan saat akan membagikan berita bahagia itu.     

"Gewen salah sangka. Aku tidak punya pacar laki-laki. Pacarku bernama Emmelyn dan ia berhasil membodohi Gewen dan membuatnya berpikir Emmelyn adalah seorang laki-laki," ucapnya sambil terkekeh.     

"Hah? Apa itu benar?" Edgar sedikit terkejut dengan pernyataan itu dan mengerutkan alisnya. Ia tidak bisa percaya begitu saja dengan yang barusan Mars sampaikan. "Coba kau ulangi!"     

"Ya ampun… apakah minum terlalu banyak anggur membuatmu jadi kehilangan pendengaran, Edgar? Sudah kubilang Gewen salah sangka. Pacarku itu perempuan, ia seratus persen wanita tulen!"     

"Apa kau yakin?" Edgar menatap Mars dengan seksama dan bertanya lagi. "Apa kau sudah pastikan semuanya?"     

"Ya Tuhan, Edgar!" Mars memutar matanya karena kesal. "Tentu saja aku sudah pastikan. Aku ini bukan orang bodoh yang tidak bisa membedakan wanita tulen atau tidak yah. Kau kira ada gunanya aku berbohong padamu?"     

"Hmmm… baiklah."     

Edgar diam untuk mencerna semua pengakuan Mars dan kemudian meyakinkan dirinya sendiri bahwa putra mahkota tidak sedang berbohong.     

Ia sekarang yakin pangeran baru saja menyampaikan bahwa kekasihnya itu sebenarnya adalah perempuan dan bukan laki-laki seperti yang digosipkan oleh Gewen.     

Wah… mengejutkan sekali, jadi ia benar-benar wanita?     

Apakah yang ia maksud itu Lord Aldrich? Atau ia membicarakan soal orang lain?     

"Saat itu, Gewen mencoba merayunya jadi ia berpura-pura menjadi laki-laki," kata Mars melanjutkan. Ia tampak bangga dengan kecerdasan Emmelyn, meski gadis itu sering menyusahkannya.     

Awalnya, masalah itu tampak sangat memalukan tapi itu bukanlah hal yang tidak bisa Mars tangani. Dan setelah ia menerimanya, ia justru menertawakan masalah konyol itu.     

"Tapi, Gewen bilang Lord Aldrich mengaku sebagai kekasihmu? Apa sekarang kita sedang membicarakan orang yang sama? Jadi… laki-laki yang dikira Gewen kekasihmu itu sebenarnya perempuan?" Edgar menginterogasi Mars seperti ia seorang pencuri.     

Mars mengangguk. "Betul sekali."     

Edgar menghela nafas panjang dan menggelengkan kepalanya. "Astaga. Kalian memiliki kehidupan yang rumit."     

"Bukan begitu, sebenarnya itu hanyalah kesalahpahaman. Seperti kataku, Gewen mencurigai Lord Aldrich adalah seorang wanita, jadi ia mencoba merayunya. Karena merasa tidak nyaman dan ingin ia pergi, Lord Aldrich mengaku sebagai laki-laki dan pacarku," Mars tertawa terbahak-bahak. "Kau lihat sendiri taktik itu berhasil kan?"     

Edgar juga tertawa setelah ia mendengar seluruh ceritanya. Ia masih ingat saat Gewen mabuk dan mengeluh bahwa Mars mungkin saja jadi gay karena dirinya. Jika diingat-ingat, itu adalah salah satu momen yang lucu.     

"Ya, aku ingat yang itu." Ia melirik Gewen lagi dan mengangguk dengan penuh antusias. "Aku tidak akan memberitahunya. Aku akan membiarkan ia terus berpikir kau gay. Bahkan kita bisa membuatnya lebih menarik. Kau harus memperlihatkan bahwa kau tertarik kepadaku atau pria lain selain dirinya. Ia akan sangat murka jika mengetahuinya… HAHAHAHAHA… "     

Mars menyemburkan anggurnya saat mendengar kata-kata Edgar. Yang ia sampaikan sebenarnya ide cemerlang dan pasti akan sangat lucu.     

Ia tidak keberatan untuk melakukan rencana Edgar karena banyak orang mencurigainya sebagai gay. Tapi untuk saat ini ia tidak bisa melakukan rencana itu karena ia akan menjadi seorang ayah.     

Ia tidak ingin terus mengobarkan gosip karena orang-orang justru akan semakin mempertanyakan keabsahan keturunannya.     

"Tidak, sebaiknya kita tidak melakukannya. Aku harus bertindak tegas dan meluruskan semua gosip itu. Jika tidak, orang-orang akan terus menuduhku sebagai gay," Mars menggelengkan kepalanya. "Saat anakku lahir nanti, mereka justru akan mulai mempertanyakan apakah ia benar-benar keturunanku atau bukan."     

Edgar meletakkan cangkirnya di meja dan menatap pangeran dengan tatapan bertanya-tanya. "Mengapa tiba-tiba kau membicarakan soal anak? Apakah kau akan punya anak?"     

Mars mengangguk sambil tersenyum. "Benar."     

Wajahnya dipenuhi dengan ekspresi bangga.     

Ia akan menjadi seorang ayah yang sesungguhnya! Dokter Vitas sudah memastikannya hari ini.     

Karena Edgar adalah teman terdekatnya, Mars tidak keberatan memberi tahu pria itu tentang rahasia ini sebelum menyampaikan kabar itu kepada orang tuanya.     

Ia percaya Edgar akan menjaga kabar ini, ia sudah bertahun-tahun bersahabat dengan Edgar dan pria itu bukanlah tipe yang suka menyebarkan gosip.     

Mars sangat ingin merayakan berita gembira ini, tetapi tidak ada satu orang pun di kastilnya yang bisa ia ajak untuk merayakannya. Karena itulah ia memutuskan untuk mengajak Gewen dan Edgar untuk minum-minum.     

Gewen terlalu sibuk dengan para wanitanya dan Mars juga tidak terlalu mempercayainya. Ia merasa Gewen tidak akan mampu menyimpan rahasia penting ini dari ibunya, sang ratu yang paling antusias menunggu kabar ini.     

Tapi Edgar berbeda, ia bisa dipercaya untuk hal semacam ini. Ia akan menyimpan rapat-rapat rahasia ini sampai ke liang lahat jika Mars memintanya.     

Dengan pertimbangan tersebut, Mars akhirnya memutuskan untuk membagikan kabar ini kepada Edgar dan bukan Gewen.     

"Emmelyn sedang hamil dan bayi kami akan lahir di musim panas mendatang."     

Edgar sangat terkejut dan tidak satu kata pun keluar dari mulutnya. Ia hanya terdiam untuk beberapa saat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.