Pangeran Yang Dikutuk

Emmelyn Tidak Suka Tidur Telanjang



Emmelyn Tidak Suka Tidur Telanjang

0Satu jam kemudian, Mars kembali ke kastil. Saat mandi bersama, Emmelyn pun bertanya. "Apakah kau berhasil menangkap mereka? Apa kau dapat petunjuk apapun soal penyusup itu?"     

Tetapi pangeran hanya menggelengkan kepala. Emmelyn menggigit bibirnya sedikit, ia masih ingin berpura-pura tidak bersalah dan tidak mau mengakui drama yang baru saja ia ciptakan, "Oh, mungkin aku benar-benar salah lihat tadi. Aku yakin jika memang ada penyusup, kau dan anak buahmu bisa menangkap mereka."     

"Kami memang berhasil menangkap mereka," jawab Mars singkat, pandangannya tertunduk sedikit.     

Tanggapan pria itu membuat Emmelyn bingung.     

"Eh...? Apa maksudmu?" Ia tidak mengerti apa yang Mars katakan.     

Memang tidak ada penyusup kan? Emmelyn tadi hanya mengada-ada supaya ia bisa mengalihkan perhatian laki-laki itu agar meninggalkannya sebentar. Lalu, siapa yang Mars dan anak buahnya tangkap?     

"Kami menangkap para penyusup itu, tetapi mereka bunuh diri sebelum kami dapat menanyai mereka," kata Mars, kini ia memandang Emmelyn dengan sedikit memancarkan kekhawatiran.     

Emmelyn mengedipkan matanya beberapa kali saat mendengar penjelasannya. Jadi, memang benar ada penyusup? Wah, padahal tadi ia hanya berbohong.     

Ia tidak sengaja memberi tahu Mars untuk memeriksa kembali keamanan kastilnya dan saat melakukannya mereka berhasil menemukan dua orang asing yang mencurigakan bersembunyi di kandang. Kedua pria itu bunuh diri dengan racun sebelum mereka dapat diinterogasi.     

"Jangan khawatir, ini bukan hal baru. Seperti yang sudah kau ketahui, keluargaku memiliki banyak musuh. Kurasa kaulah salah satu orang yang paling paham soal ini," Mars tersenyum tipis.     

Kata-katanya seolah secara halus menyindir alasan mengapa ia dan Emmelyn bisa bertemu di tempat ini untuk pertama kalinya: Yah, karena Emmelyn ingin membunuhnya.     

"Oh, begitu ..." Emmelyn tiba-tiba merasa sedikit tidak enak hati. Ia adalah salah satu dari orang-orang itu beberapa bulan lalu. Sebenarnya, beberapa minggu terakhir ini ia mulai mengenal sang pangeran lebih baik dan menyadari bahwa Emmelyn tidak lagi membencinya. Ia juga tidak punya alasan kuat untuk membenci Mars. Dendamnya ada pada sang raja.     

"Jadi... ada banyak orang yang ingin mencoba membunuhmu sampai kau sudah terbiasa dengan hal itu?" Emmelyn bertanya seolah ingin menyelidiki lebih dalam.     

"Iya," Mars hanya mengangguk. "Aku bisa menjaga diriku sendiri. Tidak ada alasan bagiku untuk terlalu khawatir soal keselamatanku, tapi..."     

Ia tidak melanjutkan kata-katanya.     

Mars tidak pernah mengkhawatirkan dirinya sendiri, ia kuat dan mampu bertarung dengan lawan setangguh apa pun. Ia dibesarkan menjadi seorang pangeran yang selalu curiga dan waspada. Tapi sekarang ia justru mengkhawatirkan wanita yang ada di hadapannya dan anak-anak mereka di masa depan.     

"Bisa kau beritahu aku apa yang biasanya kau lakukan kalau ada penyusup seperti tadi?" Emmelyn semakin penasaran bagaimana Mars biasanya menghadapi musuh-musuh yang ingin membunuh dirinya dan keluarganya.     

Tapi Mars tidak memberikan jawaban apa pun, ia hanya diam dan kemudian menutup matanya. Ia berpura-pura tidak mendengar pertanyaan yang dilontarkan Emmelyn.     

Biasanya penyusup yang tertangkap akan langsung dijebloskan ke penjara dan disiksa sampai mati. Ia memiliki penjara bawah tanah khusus yang dirancang untuk menyiksa mereka secara keji agar mereka mau memberikan informasi mengenai orang-orang suruhan penyusup tersebut.     

Tapi, kebanyakan dari mereka sudah punya trik tersendiri yakni bunuh diri tepat sebelum ditangkap. Kesetiaan mereka benar-benar sampai akhir hayat. Lebih memilih mati ketimbang harus mengungkapkan informasi berharga semacam itu.     

Namun, meski Mars tahu Emmelyn adalah wanita yang sanggup mendengar cerita seperti itu dibanding wanita lainnya, ia tak ingin memberi tahu secara detail. Ia pun takut gadis itu akan mulai berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya.     

Emmelyn kemudian menatap sang pangeran dan ia berusaha keras membaca ekspresinya di kegelapan malam. Sayangnya, ia tak mampu menafsirkan ekspresi yang terpancar dari wajah Mars. Kenapa ia hanya diam? Apa ia tak tahu apa yang pasukannya sendiri lakukan jika menangkap penyusup itu?     

Lelah menanti jawaban dari Mars, ia kemudian meniup sebagian besar lilin yang ada sebelum mereka mandi karena ia malu. Kini dibalik cahaya yang redup ia tak bisa melihat dengan jelas, baik ekspresi Mars yang terdiam atau suasana di sekitarnya.     

Emmelyn bisa menebak sedikit apa yang akan terjadi jika penyusup ditangkap tapi ia tak mau memaksa Mars menceritakan semuanya. Untuk saat ini, gadis itu tidak lagi menganggap Mars sebagai musuhnya... justru Emmelyn merasa kasihan padanya.     

Ia mulai berpikir bahwa Mars harus menjalani hidup seperti ini karena kesetiaan butanya kepada sang ayah dan kerajaannya. Entah bagaimana, Emmelyn hanya ingin menunjukkan rasa simpati kepada sang pangeran.     

Meski mereka bertemu dalam situasi yang tak terduga dan ia sangat membenci sang raja, Emmelyn merasa Mars tidak pantas mendapatkan perlakuan yang kejam darinya.     

Ia pun mulai sadar kalau Mars harus memikul begitu banyak tanggung jawab di pundaknya. Emmelyn tidak mau lagi mempersulit hidupnya yang memang sudah rumit.     

Bahkan, ia berharap bisa membantu meringankan bebannya secara perlahan-lahan, siapa tau ia berguna?     

Setelah selesai mandi, mereka melakukan 'tugas' seperti biasa dan bercinta dengan penuh gairah di ranjang. Rasanya, itulah satu-satunya cara yang paling sempurna untuk mengakhiri hari mereka.     

Setelah jalan-jalan seharian dan makan kelinci panggang di hutan, makan malam mewah dengan santapan lezat, dan mandi santai, mereka bisa mengakhiri hari dengan seks yang menggairahkan.     

Kini, hidupnya terasa begitu sempurna, pikir Emmelyn tepat sebelum ia menutup matanya karena kelelahan.     

Bisa dibilang... ini hidup yang tidak mungkin bisa didapatkan banyak orang.     

Ia berharap ini bukan salah satu hal yang dikatakan kebanyakan orang, terlalu sempurna untuk menjadi sebuah kenyataan.     

***     

"Selamat pagi," bisik Mars ke telinga Emmelyn sambil ia menggerakkan tubuhnya untuk memeluk wanita yang selama beberapa waktu terakhir menemaninya tidur. "Jangan lupa nanti kau mesti bertemu Dokter Vitas. Aku sudah minta Roshan mengirim pesan ke istana untuk memintanya datang ke sini."     

Emmelyn masih setengah mengantuk dan mulai membuka matanya satu per satu. Ia sudah tidak ingat lagi mengapa ia harus bertemu dengan dokter tua itu. Memangnya dia sakit?     

Setelah berpikir keras dan mengingat-ingat kejadian semalam, ia akhirnya tersadar. Kini ia mulai sedikit terbangun.     

Ahh... semalam ia tidak bisa merasakan buah itu, ia punya masalah dengan indra perasanya.     

"Hmm ..." ia mengangguk lemah, lalu menguap lebar. Ia menutup matanya lagi dan tiba-tiba membukanya setelah lima detik.     

Bukannya segera bangun, ia justru membuka selimut dan melihat di balik selimut untuk memeriksa tubuhnya.     

Astaga... jadi semalam ia tidur telanjang lagi? Bodoh sekali, pikirnya.     

Belakangan ini, ia mulai sadar setiap kali mereka berhubungan seks sebelum tidur, ia dan Mars selalu malas untuk mengenakan pakaian kembali dan langsung memutuskan tidur karena lelah.     

Tidak heran jika keduanya sering terbangun dalam keadaan telanjang. Emmelyn selalu merasa malu saat mengetahui hal tersebut keesokan harinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.