Pangeran Yang Dikutuk

238



238

0Sementara itu, pikiran Mars juga berkecamuk tanpa arah. Ia khawatir tentang Ellena, tentang Emmelyn, tentang orang tuanya, keluarga Preston, Killian... Kerajaan Draec...     

Begitu banyak hal yang mengganggu pikirannya, sehingga ia merasa dadanya menjadi sangat berat.     

"Aku akan pergi dan memeriksa Emmelyn," katanya setelah beberapa saat.     

Menunggu di luar ruangan tempat Ellena dirawat hanya membuatnya merasa lebih buruk. Terutama karena Mars tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya.     

Ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan memeriksa Emmelyn. Ia masih belum menerima kabar dari Roshan tentang Edgar dan Killian, jadi ia pikir mereka pasti tidak berhasil mengejar Killian saat ia kabur.     

Mars sendiri tidak perlu terlalu khawatir, jika memang Killian kabur, ia percaya Edgar tahu apa yang harus dilakukan.     

Edgar akan mengerahkan prajuritnya untuk mencari pria itu di setiap sudut Draec sampai mereka menemukan Killian. Yang terpenting adalah ia sudah berpesan kepada Edgar untuk tidak menyakitinya, demi Emmelyn.     

"Bagaimana keadaannya?" tanya Mars kepada salah satu pelayan yang tinggal di kamar untuk merawat Emmelyn ketika ia masuk.     

"Lady Emmelyn sedang beristirahat, Yang Mulia. Ia menangis begitu lama sampai ia kelelahan," pelayan itu menjawab pertanyaan pangeran dengan berbisik. Sepertinya Emmelyn sedang tidur.     

"Ah, baiklah. Tolong tetap tinggal di sini bersamanya. Aku akan kembali satu jam lagi untuk memeriksanya lagi," kata Mars.     

Ia berjalan ke tempat tidur dan menemukan Emmelyn sedang berbaring di tempat tidur dengan mata tertutup.     

Para pelayan telah mengganti gaunnya yang berlumuran darah dengan yang baru dan ia terlihat bersih. Dadanya naik turun saat ia tidur dengan selimut menutupi separuh tubuhnya.     

Mars merasa sangat sedih saat melihat noda air mata di wajahnya. Sepertinya Emmelyn memang menangis cukup lama hari ini.     

Rasa frustasinya terhadap apa yang menimpa Killian dan Ellena pasti diperparah oleh hormon kehamilannya. Itu sebabnya Emmelyn menangis tanpa henti. Ia pasti kelelahan sampai tertidur seperti ini.     

Mars membungkuk dan mencium kening Emmelyn, lalu mengusap air mata yang masih tersisa di pipinya. Astaga... Emmelyn terlihat sangat cantik dan rapuh saat ia seperti ini.     

Mars benar-benar berharap ia bisa tinggal di samping tempat tidurnya dan memeluknya sepanjang hari. Namun, ada banyak hal yang harus ia urus sekarang karena kejadian di ruang perpustakaan itu.     

Ia harus bergegas untuk berbicara dengan ayahnya dan membereskan semuanya.     

Mars memandang Emmelyn sebentar sebelum ia berbalik dan meninggalkan ruangan.     

Setidaknya sekarang Emmelyn sedang beristirahat. Mudah-mudahan, saat ia bangun, sebagian besar masalah sudah teratasi sehingga gadis itu tidak merasa terlalu stres dengan semua ini. Sekarang, Mars harus menemukan Edgar dan Killian.     

"Yang Mulia," Roshan segera melangkah ke arah Mars ketika ia melihatnya keluar dari kamarnya. "Lord Edgar telah kembali."     

"Dimana ia sekarang?" Mars langsung bertanya kepada Roshan.     

"Ia ada di luar, pria itu ditangkap tetapi ia melakukan perlawanan yang cukup keras dan sangat sulit untuk menangkapnya tanpa menyakitinya," lapor Roshan. "Mereka berhasil mengalahkannya dan sekarang ia dikurung di salah satu kamar bagian pelayan."     

"Oke, aku akan bertemu Edgar sekarang," kata Mars.     

Ia berjalan keluar dari istananya dan menemukan Edgar sedang duduk di tanah dengan napas terengah-engah. Pria itu mengalami beberapa luka di tubuhnya, kemungkinan disebabkan oleh Killian saat mereka bertarung.     

"Hei... apa yang terjadi?" Mars bertanya. Ia segera berjongkok dan memeriksa luka di tubuh Edgar. Untungnya, luka-luka itu tidak mengancam nyawanya, tetapi beberapa di antaranya cukup parah dan banyak mengeluarkan darah. "Astaga.. apakah ia melakukan ini kepadamu?"     

Edgar memejamkan mata dan mengangguk. Ia masih terengah-engah. "Kau menyuruhku untuk tidak menyakitinya... karena itu ia lebih unggul."     

"Aku sangat menyesal..." Mars menarik napas dalam-dalam. Ia merasa kasihan karena Edgar terluka demi melaksanakan perintahnya. Namun, ia tidak mungkin mengambil risiko dengan melukai Killian. Emmelyn akan marah kepadanya dan menyalahkannya jika sampai itu terjadi.     

Ia mengerti, bagi Emmelyn, Killian adalah anggota keluarga terakhirnya yang tersisa. Jika terjadi sesuatu kepada saudaranya itu, ia akan benar-benar sendirian di dunia ini.     

Di hari lain, mungkin Emmelyn bisa bersikap lebih rasional, tapi sekarang ia sedang hamil dan emosional ditambah dengan kondisi mentalnya yang tidak stabil. Ia bahkan mengancam akan bunuh diri jika sampai Mars membunuh Killian.     

Mars tidak bisa membiarkan istrinya melakukan itu. Ia akan berbicara dengannya saat Emmelyn merasa lebih baik, tapi tidak sekarang.     

"Ugh... tidak apa-apa," Edgar membuka matanya dan menoleh ke arah Mars, memaksakan senyum. "Aku bukan orang yang lemah. Ini bukan apa-apa. Aku akan pulih dalam waktu singkat. Bagaimana dengan gadis-gadis itu? Apa Ellena baik-baik saja?"     

Mars menelan ludah dan mendesah. "Tuan Vitas sedang merawat luka Ellena, Emmelyn menangis begitu keras dan sekarang ia kelelahan. Ia sedang tidur di kamar kami."     

"Hmmm."     

"Di mana Killian? Berapa banyak prajurit yang kau tugaskan untuk menjaganya?" Mars bertanya lagi kepada Edgar.     

"Ia dirantai di salah satu ruangan di bagian pelayan. Kau bisa pergi ke sana dan berbicara dengannya," kata Edgar. "Menurutku penting untuk memastikan apakah ia benar-benar saudara laki-laki istrimu atau bukan dan membujuknya agar berpikir logis."     

"Baiklah... Aku akan melakukannya."     

Mars memastikan Edgar mendapatkan perawatan yang ia butuhkan dengan luka-lukanya sebelum ia pergi menemui Killian. Ia perlu berbicara dengan pria itu dan menyelesaikan beberapa hal sebelum orang tuanya mengetahui situasi di istananya, yang kemungkinan akan segera terjadi.     

"Tolong rawat dirimu, Edgar. Aku akan pergi menemui pria itu dan berbicara dengannya," kata Mars sebelum meninggalkan temannya.     

"Baik, Yang Mulia. Jangan khawatirkan aku. Gah... ini bukan apa-apa," kata Edgar. Ia meringis kesakitan dan menyandarkan punggungnya ke dinding. Ia memberi isyarat kepada seorang pelayan untuk mendekat. "Ambilkan aku wine, ya! Aku akan mati kebosanan jika harus menunggu dengan tangan kosong."     

Pelayan itu membungkuk dan pergi. Ia kembali dalam lima menit dengan membawa wine untuknya seperti yang diminta Edgar. Mars hanya menggelengkan kepalanya saat melihat apa yang pria itu lakukan.     

"Lihat? Aku baik-baik saja," kata Edgar sambil tertawa kecil.     

Edgar memang sangat berbeda dengan orang-orang pada umumnya, pikir Mars. Ia tersenyum lega dan menepuk bahu Edgar dengan lembut sebelum ia meninggalkan pria itu untuk menemui Killian.     

Edgar Chaucer meminum wine dengan tenang, lalu menyuruh salah satu anak buahnya untuk membersihkan lukanya dan mengoleskan obatnya.     

***     

Mars tiba di kamar di bagian pelayan tempat mereka menahan Killian. Ia memberi isyarat kepada kedua prajurit yang berjaga di luar untuk membukakan pintu untuknya. Mereka langsung melaksanakan perintah dan membiarkan putra mahkota masuk.     

Ketika ia melangkah masuk, Mars menemukan Killian duduk di lantai dengan kaki dirantai ke pagar besi di jendela.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.