Pangeran Yang Dikutuk

Seperti Orang Asing



Seperti Orang Asing

0Mars juga pasti mudah menerima gadis itu dalam hidupnya karena mereka memang sudah sejak kecil tumbuh bersama.     

Dan kemudian Ellena akan menjadi ratu. Lagipula, tanpa dirinya, keluarga Strongmoor tidak akan bisa lepas dari kutukan sang penyihir…     

Kerajaan akan mengalami perebutan kekuasaan karena orang-orang akan memperebutkan tahta setelah mengetahui pangeran tidak dapat menghasilkan pewaris. Dan hal tersebut sekarang bisa dihentikan karena Ellena.     

Tanpa sadar, Emmelyn memandangi perutnya yang masih rata. Tapi masalahnya sekarang adalah ia sedang mengandung anak putra mahkota.     

Ia dan pangeran menandatangani perjanjian itu karena mereka berdua putus asa.     

Saat itu, Emmelyn merasa putus asa dan ia ingin tetap hidup agar ia bisa membalas dendam, atau jika memang ia tidak bisa membunuh raja Draec, setidaknya ia bisa mendapatkan kerajaannya kembali.     

Dan sang pangeran juga putus asa karena ia harus segera memiliki anak untuk menjadi penerusnya. Karena rasa keputusasaan itulah Mars akhirnya mengikat Emmelyn ke dalam kesepakatan itu untuk menghasilkan tiga ahli waris untuknya.     

Sekarang situasinya telah berubah. Pangeran tidak lagi putus asa seperti dulu dan ia bisa memilih wanita mana pun untuk memberinya anak. Jika sudah begini, apa yang akan terjadi kepada Emmelyn?     

Entah bagaimana ia tiba-tiba merasa tidak punya tempat di sini. Haruskah ia pergi saja? Apakah sudah terlambat untuk pergi sekarang?     

Emmelyn tersadar dari lamunannya saat sebuah tangan hangat menyentuh bahunya. Ia mendongak dan menemukan Mars di belakangnya. Wajahnya tampak ceria dan bahagia. Di belakangnya, Edgar, Gewen, dan Ellena berjalan beriringan.     

Mereka semua tersenyum dan tampak gembira. Namun begitu mata Ellena melihat Emmelyn, ekspresinya berubah menjadi kesal.     

Tepat pada saat itu, Emmelyn tahu bahwa Ellena membencinya sama seperti ia membenci Ellena.     

"Ibu ..." kata Mars pada ibunya.     

Ratu Elara menoleh padanya dan tersenyum lebar. "Apakah kau sudah berbicara dengan temanmu?"     

"Ya. Ellena juga ada di sini, Ibu," kata Mars. Ia memiringkan dagunya ke arah Ellena. Ratu Elara menggigit bibirnya karena terkejut. Ekspresinya terlihat sangat bahagia.     

"Ya Tuhan ..! Akhirnya kau kembali!" Ratu bangkit dari kursinya dan memeluk Ellena dengan sangat erat. "Bagaimana kabarmu? Kemana saja kau selama ini??" Ratu Elara terlihat akan meneteskan air matanya karena begitu bahagia melihat gadis itu telah kembali.     

"Aku baik-baik saja, Yang Mulia." Ellena tersenyum manis dan membalas pelukan ratu. "Banyak yang ingin aku ceritakan kepada Yang Mulia."     

"Oh, tolong katakan... aku sangat merindukanmu! Sudah bertahun-tahun semenjak kau pergi meninggalkan kami semua..." Ratu Elara menyeka matanya yang basah. Ia melepaskan Ellena dari pelukannya dan berbalik ke arah suaminya. "Yang Mulia, Ellena telah kembali."     

"Yang Mulia," Ellena membungkuk dengan anggun kepada raja dan melirik Mars. "Banyak yang ingin kuberitahukan kepada Baginda, tapi... tidak sekarang."     

Mars telah memberi tahu teman-temannya untuk tidak membahas kutukannya yang berhasil dipatahkan di depan Emmelyn.     

Ia masih membutuhkan waktu untuk memikirkan cara terbaik untuk menangani situasi yang rumit ini. Karena itulah Ellena dengan sengaja tidak mengatakan apa pun kepada Ratu Elara dan Raja Jared tentang kutukan tersebut.     

"Ah... baiklah. Kalau begitu, maukah kau datang untuk minum teh besok dengan bibimu?" Ratu Elara mengundang Ellena tepat di hadapan Emmelyn yang saat itu hanya diam sambil menyaksikan semua adegan pertemuan yang mengharukan itu. "Tolong, jangan menolak undanganku."     

"Terima kasih, Yang Mulia, saya akan datang bersama bibi saya," Ellena memandang bibinya yang duduk di meja sebelah dan melambai padanya. Lady Preston mengangguk dengan senyum tipis.     

Emmelyn merasa dirinya tak terlihat di hadapan semua orang ketika ia harus menyaksikan orang-orang di sekitarnya berbicara dan mengenang kembali masa lalu. Ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan.     

Ia adalah orang asing di antara orang-orang itu, dan tiba-tiba saja ia merasa sangat kesepian.     

"Oh, Emmelyn, kau belum pernah bertemu teman-temanku," Mars tiba-tiba menyadari bahwa Emmelyn tampak begitu pendiam selama pertemuan yang mengharukan itu.     

Sang pangeran sudah begitu terbiasa mendengar celoteh gadis itu sehari-hari. Sekarang saat Emmelyn tidak berbicara sepatah kata pun setelah Mars kembali dari perpustakaan, ia merasa ada sesuatu yang hilang.     

Mars lalu menunjuk ke arah Gewen dan Edgar dan memperkenalkan mereka sambil tertawa kecil. "Kau sudah bertemu Gewen dan Edgar. Tentu kau masih ingat dengan mereka, bukan?"     

Ia menyipitkan matanya kepada Gewen seolah memberi peringatan kepada temannya itu bahwa Gewen tidak boleh mencoba menggunakan pesonanya untuk menggoda Emmelyn. "Perkenalkan, ini Lady Emmelyn."     

"Lady Emmelyn, senang bertemu dengan Anda." Gewen memaksakan senyum saat dia membungkuk sedikit untuk memberi salam kepada Emmelyn.     

Laki-laki itu masih terlihat kesal karena teman-temannya menipunya sehingga ia mengira bahwa Lord Aldrich memang benar-benar lelaki dan membuatnya meragukan kemampuannya sendiri dalam mengenali tubuh perempuan.     

"Lord Gewen," jawab Emmelyn, menganggukkan kepala padanya, lalu ke Edgar. "Lord Edgar, senang bertemu denganmu juga."     

Edgar menggaruk kepalanya dan tersenyum. "Lady Emmelyn."     

Kemudian tibalah giliran Ellena. Ia tersenyum kepada Emmelyn tetapi senyumnya tidak mencapai matanya. "Halo, namaku Lady Ellena Greystorm. Aku adalah teman lama Pangeran Mars, Lord Edgar, dan Lord Gewen."     

Emmelyn menggigit bibirnya. "Namaku Emmelyn. Tidak ada nama keluarga."     

Mars tidak mengatakan apa-apa saat Emmelyn memperkenalkan dirinya tanpa nama belakangnya. Dia tidak ingin membuka kedok Emmelyn sebagai seorang putri dari Wintermere jika gadis itu memang tidak ingin orang lain tahu siapa dia, terutama karena Raja Jared ada di sana.     

"Oh ... kenapa kau tidak punya nama keluarga?" Ellena mengerutkan alisnya.     

Meskipun suaranya terdengar simpatik, matanya menatap Emmelyn dengan pandangan merendahkan.     

Ellena segera berasumsi bahwa gadis di hadapannya ini hanyalah rakyat biasa rendahan yang tidak tahu siapa ayahnya.     

Sekarang, Ellena merasa lega. Meskipun ia sendiri adalah seorang yatim piatu yang dibesarkan oleh bibinya yang kaya yang menikah dengan seorang Duke, setidaknya ia berasal dari keluarga bangsawan di selatan.     

Keluarga Greystorm adalah bangsawan rendah di pedesaan. Kedua orang tuanya meninggal karena penyakit ketika Ellena berusia lima tahun. Ia kemudian diadopsi oleh bibinya yang tidak memiliki anak yang membawanya ke kotaraja.     

Di sanalah Ellena bertemu dengan ketiga anak laki-laki yang kemudian menjadi temannya. Karena ibu mereka adalah teman baik, keempat anak itu tumbuh bersama sebagai sahabat.     

Edgar yang kuat, Gewen yang rupawan, Mars yang sakit-sakitan, dan Ellena yang jenaka selalu terlihat di istana kerajaan bermain bersama.     

Ellena selalu berhati-hati untuk tidak menyentuh Mars, kecuali dia mengenakan sarung tangan kulitnya.     

Persahabatan mereka berkembang menjadi cinta di sisi Ellena dan ia sering bercanda bahwa suatu hari dia akan menikah dengan sang pangeran.     

Ketika mereka tumbuh dewasa, candaanya itu menjadi serius dan pada suatu hari, dia mengambil keputusan untuk membantu Mars menghadapi kutukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.