Pangeran Yang Dikutuk

Hari Pernikahan (4)



Hari Pernikahan (4)

0Emmelyn menggigit bibirnya dan mengangguk. Air mata mulai menetes di pipinya, tetapi ia tidak berusaha untuk menghapusnya karena ia tidak ingin melepaskan tangannya dari genggaman Mars.     

Athos dan Lily saling bertukar pandang. Mereka berdua tampak bahagia dan lega. Semuanya berjalan lancar, pikir mereka bersamaan.     

Saat ini, mereka hanya ingin melihat Mars bahagia, dan Athos dapat merasakan apa yang mereka rasakan sekarang.     

Athos sangat menyukai sepupunya dan ia senang Mars akhirnya bertemu dengan cinta dalam hidupnya dan akan segera membangun keluarga dengannya.     

Athos lalu berpaling ke arah Emmelyn. "Mempelai wanita, tolong ikuti kata-kataku."     

Emmelyn mengangguk. Sekarang, ia meraih tangan Mars dan meletakkannya di dadanya saat ia mengulangi kata-kata Athos.     

"Aku, Emmelyn Rosehill, memilihmu, Mars Strongmoor, untuk menjadi suamiku yang sah     

Aku menghadapkan para saksi yang aku percaya di hari pernikahanku     

Aku berjanji akan selalu berada di sisimu,     

Baik dalam keadaan sakit atau pun sehat, dalam suka dan duka,     

Baik dalam situasi yang baik atau buruk.     

Aku berjanji untuk mencintaimu tanpa syarat,     

Menghiburmu di kala kau kesusahan     

Mendukungmu untuk meraih semua impianmu,     

Tertawa dan menangis bersamamu,     

Tumbuh bersamamu baik secara akal dan jiwa     

Selalu terbuka dan jujur kepadamu,     

dan menyayangimu seumur hidupku."     

Upacara sederhana itu begitu indah bahkan Gewen pun merasa terharu saat menyaksikannya.     

Sebagai sahabat yang baik, ia hanya bisa berharap pernikahan ini akan langgeng dan pasangan tersebut akan diberkahi umur panjang untuk merayakan cinta mereka bersama-sama.     

"Mars dan Emmelyn sekarang akan bertukar cincin sebagai simbol cinta dan komitmen mereka terhadap satu sama lain. Cincin adalah logam mulia; menjadi sangat berharga saat kau memakainya. Cincin kawin ini adalah hal yang istimewa; menunjukkan bahwa kau telah terikat dengan orang lain."     

"Cincin pernikahan menandai awal dari perjalanan panjangmu bersama pasanganmu. Cincin kawinmu berbentuk lingkaran — menandakan bahwa cinta kalian yang tidak pernah berakhir. Cincin itu adalah materai dari sumpah yang baru saja kalian ambil untuk terus mencintai satu sama lain hingga akhir hayat kalian."     

Lily tersenyum dan mengambil sebuah kotak kecil dari keranjang bunga yang dibawa putranya. Ia memberikannya kepada suaminya.     

Athos mengeluarkan dua cincin sederhana dari kotak dan memberikan satu kepada Mars sambil berkata, "Tolong pakaikan cincin itu di tangan kiri Emmelyn dan ulangi kata-kataku."     

Mars menerima cincin itu dan menarik tangan kiri Emmelyn lebih dekat. Ia mengulangi kata-kata Athos saat ia menyelipkan cincin kecil putih itu ke jari manis kiri Emmelyn.     

"Sebagai tanda cintaku kepadamu     

Yang menunjukkan bahwa aku telah memilihmu     

Di atas segalanya     

Dengan cincin ini, aku mengikatmu."     

Tepat saat Mars selesai mengucapkan kata-kata itu, air mata Emmelyn mengalir lebih deras, ia tidak bisa lagi menahannya. Gadis itu mulai terisak-isak saat cincin itu terpasang di jari manisnya. Ketika ia melihat cincin itu, ia sangat emosional, Mars menarik Emmelyn ke dalam pelukannya dan mengelus punggung gadis itu dengan pelan.     

Mars pun ingin menangis, tetapi ia tahu saat ini ia harus menjadi suami yang kuat. Air mata Emmelyn bisa dimaklumi karena ia sedang hamil dan hormonnya pasti sangat tidak stabil saat ini.     

Sedangkan Mars adalah seorang pria yang tidak akan pernah hamil. Karena itu, ia berpikir sebaiknya menahan diri dan menjadi kuat demi Emmelyn. Jika tidak, upacara sederhana ini mungkin tidak akan berjalan lancar.     

"Maaf," bisik Emmelyn. "Aku sangat bahagia tapi aku tidak tahu mengapa aku terus saja menangis..."     

"Tidak apa-apa... tidak apa-apa," kata Mars berulang kali. "Kau bisa menangis sesukamu. Kami akan menunggumu."     

"Tidak... jangan lakukan itu. Aku ingin kita menyelesaikan upacara ini secepatnya," Emmelyn melangkah mundur dan menyeka air matanya. Ia tiba-tiba teringat mimpi buruknya tadi malam.     

Bagaimana jika itu adalah firasat buruk? Ia tidak ingin membiarkan apa pun terjadi dan menghentikan mereka untuk menikah.     

"Aku sudah siap," kata Emmelyn dengan suara serak setelah ia berusaha keras untuk menguatkan hatinya. Emmelyn menoleh ke arah Athos dan mengulurkan tangannya untuk meminta cincin yang satunya.     

"Apakah kau yakin?" Athos bertanya sambil tersenyum. "Seperti yang suamimu katakan, kita bisa menunggu."     

"Tidak..." Emmelyn menggelengkan kepalanya dengan penuh semangat. "Aku ingin menikah sekarang juga."     

"Baiklah," Athos melirik istrinya lagi dan mereka berdua saling tersenyum penuh arti. Entah bagaimana, setelah menikah selama tujuh tahun, mudah bagi mereka untuk saling membaca pikiran.     

Saat mereka menyaksikan pernikahan antara Mars dan Emmelyn, mereka berdua teringat akan pernikahan mereka sendiri tujuh tahun lalu.     

Momen ini membawa kembali kenangan manis mereka sendiri. Itulah mengapa Athos dan Lily merasa sangat bahagia hari ini.     

"Sekarang, Emmelyn, tolong pakaikan cincin ini di tangan kiri Mars dan ulangi kata-kataku," Athos melanjutkan upacara pernikahan itu.     

Emmelyn mengangguk. Ia mengambil cincin itu dari Athos dengan tangan yang gemetar. Ia memandang Mars dengan senyum tegang dan mengulangi kata-kata Athos, saat ia menyelipkan cincin ke jari manis kiri Mars.     

"Sebagai tanda cintaku kepadamu     

Yang menunjukkan bahwa aku telah memilihmu     

Di atas segalanya     

Dengan cincin ini, aku mengikatmu."     

Sekarang setelah mereka berdua mengucapkan janji pernikahan dan cincinnya telah dipertukarkan, Mars dan Emmelyn merasa dada mereka berdebar kencang.     

Mereka kini sudah resmi menikah!!     

Mereka berdua berpaling ke arah Athos dengan serentak dan menunggu pria itu mengumumkan mereka sebagai suami dan istri.     

Gubernur berdeham dan mengangguk. "Dengan kekuasaan yang dianugerahkan kepadaku sebagai bupati kerajaan ini, sekarang aku menyatakan kalian sebagai suami dan istri. Mempelai pria, kau boleh mencium pengantin wanita."     

Semua orang yang hadir menghela napas lega. Upacara itu akhirnya selesai.     

Pasangan bahagia itu sekarang resmi menikah.     

Mars berseri-seri ketika ia menarik Emmelyn lebih dekat dan mencium bibirnya dengan penuh gairah.     

Gewen memandang adegan ciuman penuh kasih sayang dari kedua pasangan itu di hadapan publik dengan mulut menganga, sementara Edgar hanya tertawa sambil memalingkan pandangannya ke arah lain.     

Lily akhirnya bertepuk tangan, diikuti oleh putra-putranya yang lebih tua dan akhirnya para pria yang hadir mengikutinya. Mereka merayakan pengikatan janji suci yang baru saja mereka saksikan.     

"Aku mencintaimu," bisik Mars saat ia melepaskan bibirnya dan menatap wajah Emmelyn dengan penuh kasih. "Kau membuatku menjadi orang paling bahagia di dunia saat ini."     

"Aku juga mencintaimu..." Emmelyn balas berbisik.     

Mereka berciuman lagi, kali ini lebih lama tapi lebih lembut.     

Lalu mereka berdua berpelukan.     

Matahari akhirnya terbenam dan seluruh taman kini dihiasi sinar matahari keemasan. tempat itu semakin tampak ajaib dan keindahannya memukau semua mata. Terutama, dengan hadirnya pasangan yang baru menikah itu.     

"Semuanya, mohon sambut Pangeran Mars Strongmoor dan istrinya, Putri Emmelyn Rosehill Strongmoor," kata-kata Athos disambut dengan sorakan meriah oleh semua orang yang hadir.     

"Mari kita rayakan pernikahan kalian dengan sebuah pesta," kata Athos dengan suara ceria. Ia mengulurkan tangannya untuk memberi selamat kepada sepupunya.     

Mars menjabat tangan Athos dan memeluk pria itu. "Terima kasih banyak untuk semuanya."     

Lily memberi Emmelyn saputangan sutra untuk menyeka air matanya dan memeluknya. "Selamat, Putri Emmelyn Rosehill Strongmoor."     

"Oh... terima kasih banyak, Lady Greenan," kata Emmelyn dengan mata berkaca-kaca.     

"Kau boleh memanggilku Lily," Lily menepuk punggung Emmelyn dengan hangat. "Sebaiknya kita tidak perlu sungkan terhadap satu sama lain karena kita sekarang adalah keluarga."     

"Ahh... baiklah, aku suka ide itu," Emmelyn tersenyum lebar. "Kau bisa panggil aku Em."     

Saat para wanita berpelukan dan berbicara, Gewen dan Edgar bergantian memberi selamat kepada sahabat mereka.     

"Aku sangat bahagia untukmu," kata Edgar sambil memeluk Mars dan menepuk punggungnya. "Terima kasih telah mengundang kami untuk hadir pada momen yang sangat penting dalam hidupmu ini."     

"Terima kasih, Edgar. Kehadiranmu di sini sangat berarti bagiku," jawab Mars.     

"Aku juga ikut bahagia untukmu," kata Gewen setelah Edgar melepaskan pelukannya dari Mars. Gewen menepuk bahu pangeran dan tertawa kecil. "Selamat! Akhirnya kau berkorban demi kami… hehehe."     

Mars tertawa kecil ketika ia mendengar kata-kata Gewen. "Kau membuatnya terdengar seperti aku telah mengorbankan diriku kepada iblis dengan menikah."     

"Kau yang bilang begitu, bukan aku," jawab Gewen puas.     

Setelah berteman dengan putra mahkota selama lebih dari dua puluh tahun, ia belum pernah melihatnya sebahagia itu.     

Dalam hati, Gewen diam-diam bertanya kepada dirinya sendiri apakah jatuh cinta dengan seorang wanita dan menikah dengannya akan memberi pria kebahagiaan sebesar itu.     

Gewen sendiri belum pernah jatuh cinta dan ia merasa kenikmatan seksual yang ia rasakan dari begitu banyak wanita cantik di dunia ini adalah tujuan terakhir dalam hidupnya.     

Tapi setelah melihat putra mahkota, ia jadi meragukan dirinya sendiri. Mungkin jika Gewen bisa merasakan apa yang Mars rasakan, ia akan tahu dengan lebih baik lagi apa yang ia inginkan.     

Itulah mengapa ia merasa bahagia saat Mars berhasil menemukan seorang wanita yang ia cintai dengan tulus dan kini akan berbagi hidup dengannya.     

Jika pernikahan Mars dan Emmelyn benar-benar membuat putra mahkota bahagia dan puas, maka... mungkin ... mungkin saja, Gewen akan mulai mencoba membuka hatinya untuk mempertimbangkan soal percintaan dan pernikahan.     

Yah muuuuungkin....     

Itu sebabnya ia mengatakan Mars kini telah berkorban demi yang lain.     

Emmelyn memutar matanya saat mendengar kata-kata Gewen. Astaga, playboy ini terlalu berlebihan, pikirnya.     

Ia sangat ingin memukul kepala pria itu dengan bunga di tangannya, tetapi Emmelyn menahan dirinya dan memaksakan senyum di wajahnya, seperti seorang putri.     

"Lord Gewen, kau sangat lucu," katanya sambil menahan matanya yang hampir membulat karena kesal.     

"Ahahaha... Aku harap Yang Mulia tahu bahwa aku hanya bercanda," jawab Gewen cepat. "Aku berniat mengucapkan... selamat! Aku berharap kalian berdua bisa bahagia selamanya dan memiliki banyak anak yang sehat dan lucu-lucu."     

"Wah, terima kasih," jawab Emmelyn. Mars hanya tersenyum melihat obrolan kecil mereka berdua.     

"Sebaiknya kita rayakan pernikahan ini dan bersenang-senang sepuasnya!" seru Lily dengan nada penuh kegembiraan. "Anak-anak harus segera tidur, sebaiknya kita mulai sekarang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.