Pangeran Yang Dikutuk

Daging Kelinci Kesukaan Emmelyn



Daging Kelinci Kesukaan Emmelyn

0"Apakah kau ingin istirahat?" Mars bertanya kepada Emmelyn. "Atau kau ingin pergi keluar dan mencari udara segar? Kita bisa melihat hutan yang kau sebutkan dan memilih tempat terbaik untuk Killian. Bunga-bunga bermekaran dan sangat indah di luar sana."     

"Ahh... kedengarannya bagus. Kalau begitu, sebaiknya kita pergi jalan-jalan keluar," kata Emmelyn.     

Ia setuju dengan saran Mars karena dunia di sekitar mereka terlihat sangat cantik dengan sebagian besar bunga bermekaran dan pepohonan kembali hijau.     

Musim semi benar-benar datang di Draec dan mereka bisa melihat semuanya hidup kembali.     

"Baiklah," Mars menepuk punggungnya dan memberi isyarat untuk menunggu. "Tetap di sini. Aku akan pergi dan mengambil mantel kita. Di luar masih agak dingin. Aku tidak ingin kau kedinginan."     

Ia melangkah keluar dari ruang makan dan pergi ke kamar mereka. Ia mengambil mantel bulu yang bagus untuk Emmelyn dari lemari.     

Mantel itu adalah hadiah dari ibunya untuk Emmelyn bulan lalu. Pangeran memilih itu karena ia tahu Emmelyn sangat menyukai mantel itu. Kemudian, ia juga mengambil jaket kulit untuk dirinya sendiri.     

Ketika ia kembali ke ruang makan, ia meletakkan mantel bulu di punggung Emmelyn dan membantunya memakainya. Setelah Mars mengenakan mantelnya sendiri, ia meraih tangan istrinya dan membawanya berjalan keluar dari pintu samping di mana mereka bisa melihat kolam ikan.     

Kolam itu membeku di musim dingin dan sekarang kembali hidup dengan ikan berwarna-warni yang berenang dengan gembira di atas air. Mereka juga bisa melihat beberapa bunga lili air yang bermekaran begitu indah.     

Segala sesuatu di sekitar mereka tampak begitu segar dan enak dipandang. Musim semi yang sangat indah. Emmelyn menarik napas panjang begitu ia berjalan melewati pintu, dan mengisi paru-parunya dengan udara segar.     

"Bagaimana jika kita jalan-jalan sebentar?" katanya kepada Mars. "Aku ingin melihat bunga di taman di luar jendela kita."     

Mereka berjalan bergandengan tangan menuju taman yang ia sebutkan. Mars senang melihat suasana hati Emmelyn berubah menjadi lebih baik.     

Satu demi satu, masalah yang mereka hadapi terselesaikan dan mereka bisa melihat secercah harapan dalam masa-masa suram ini.     

"Apakah kau ingin pergi berkuda? Hari ini sangat indah dan cuacanya sempurna untuk melihat-lihat pemandangan," saran Mars setelah mereka merasa puas menikmati keindahan taman di dekat kastil.     

Putra mahkota berusaha keras mengingat-ingat dalam kepalanya untuk memberikan hadiah kepada tukang kebun mereka karena memelihara taman yang begitu indah yang bisa membahagiakan istrinya.     

Ada banyak sekali jenis bunga yang bermekaran di taman itu. Semua tampak indah dan Mars bisa mencium aromanya di udara. Emmelyn sepertinya juga sangat menikmatinya. Ia menghirup udara beberapa kali dan wajahnya tampak berseri-seri.     

"Ya, aku mau," jawab Emmelyn.     

"Baiklah, kalau begitu. Aku akan meminta pelayan menyiapkan kuda untuk kita."     

Mars melambai dan memberi isyarat kepada seorang pelayan untuk datang. Ketika pelayan itu tiba, Mars menjelaskan kepadanya bahwa ia ingin berkuda dengan Snow dan meminta pelayan untuk mempersiapkannya dan membawanya ke tempat mereka agar ia dan Emmelyn bisa pergi jalan-jalan.     

"Sebaiknya kita berkuda dengan Snow bersama-sama," katanya. "Jaraknya cukup dekat, aku yakin Snow tidak akan merasa lelah membawa kita berdua."     

"Kedengarannya bagus," kata Emmelyn.     

Emmelyn merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Mungkin inilah yang ia butuhkan. Udara segar, dan menghabiskan waktu bersama pria yang dicintainya.     

Setengah jam kemudian, dua pelayan datang dengan membawa Snow yang sudah siap ditunggangi. Mars lalu membantu Emmelyn naik ke punggung kudanya sebelum ia menyusul naik.     

Pangeran mengendalikan Snow dengan lembut dan memerintahkan kuda kesayangannya untuk membawa mereka berkuda santai di luar kastil. Dua puluh prajurit segera mengikuti mereka dari belakang dengan menunggangi kuda mereka masing-masing.     

Ketika Mars melihat mereka, ia memberi isyarat kepada kapten untuk menjaga jarak agar bisa memberikan mereka privasi. Kapten menundukkan kepalanya untuk menunjukkan bahwa ia memahami perintah tersebut.     

Perjalanan yang mereka lakukan hari itu sangat menyenangkan dan santai. Mars memeluk perut Emmelyn dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memegang kendali kudanya. Emmelyn tersenyum dan memejamkan mata sambil menikmati perasaan hangat yang memenuhi dadanya.     

Rasanya sangat membahagiakan, hari yang sangat indah. Emmelyn bisa mencium aroma maskulin dari belakangnya dan merasakan dada suaminya yang kokoh dan hangat di balik punggungnya. Ia merasa aman, terlindungi, dan dicintai.     

"Apakah kau suka pemandangannya?" Mars berbisik ke telinga istrinya dan mengencangkan pelukannya di tubuhnya. Mars ingin terus memeluk Emmelyn dan menghirup aromanya sebanyak yang ia bisa, memanfaatkan minggu terakhir mereka bersama sebelum ia pergi untuk membunuh penyihir itu.     

Ia tahu ia akan sangat merindukan Emmelyn saat ia pergi. Astaga... ia bahkan tidak ingin memikirkannya sekarang.     

"Aku menyukainya," jawab Emmelyn. "Ini sangat indah."     

Ia melihat sekeliling mereka dengan tatapan kagum. Ada begitu banyak bunga dari berbagai macam warna di kiri dan kanannya. Pohon-pohon mulai menumbuhkan daun lagi, dan burung-burung berkicau.     

"Apakah kau ingin keluar lagi besok?" Kata Mars. "Setelah menyelesaikan pemakamannya, kita bisa tinggal sedikit lebih lama di hutan dan mungkin menangkap kelinci lagi untuk makan siang? Aku akan melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan. Kau hanya perlu duduk dan bersantai sementara aku menyiapkan semuanya."     

Saat ia memikirkan tentang daging kelinci, Emmelyn secara tidak sadar menjilat bibirnya. Itu adalah salah satu makanan favoritnya.     

Ahh... sekarang ia merasa lapar lagi. Rasanya cukup memalukan karena mereka baru makan siang satu jam yang lalu.     

"Ya, aku suka ide itu," ia berbalik dan tersenyum kepada pangeran. "Kau mengenalku dengan sangat baik sekarang."     

"Baiklah, kuharap aku memang mengenalmu dengan lebih baik sekarang," jawab Mars. "Aku kan memang suamimu."     

Emmelyn dan Mars mengunjungi tubuh Killian bersama-sama setelah mereka kembali dari perjalanan santai mereka bersama Snow. Kali ini, Emmelyn bisa menangisi Killian semaunya. Ia tidak bersama orang asing. Mars adalah suaminya dan ia bisa menjadi dirinya sendiri di dekatnya.     

Mars memegang tangan Emmelyn saat ia terisak-isak dan mengeluarkan air matanya yang mengalir deras untuk Killian. Kini, Emmelyn telah merelakan kepergiannya, tetapi ia masih merasa terluka dan hancur karena kakaknya terbunuh di hadapannya.     

Satu-satunya yang membuat Emmelyn sedikit terhibur adalah mengetahui bahwa Killian tidak menderita. Kematiannya datang begitu cepat dan tidak menyakitkan, jadi Emmelyn yakin ia tidak merasakan sakit apa pun.     

Roshan dan pelayan mereka yang lain juga telah merawat tubuhnya dengan baik dan sekarang ia mengenakan pakaian yang megah, cocok untuk seorang pangeran, sesuai dengan statusnya.     

Hal lain yang membuat Emmelyn lega adalah karena Killian akan dimakamkan di dekat kastil mereka, sehingga ia bisa sering berkunjung. Killian tidak akan dimakamkan di kuburan tanpa nama seperti seorang penjahat.     

Emmelyn menduga ini semua bisa terlaksana karena usaha suaminya. Meskipun Killian terbunuh ketika ia menyerang putra mahkota, ia tidak diperlakukan seperti musuh atau penjahat.     

Jika Mars tidak bertindak, raja pasti ikut campur dan Emmelyn tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal seperti ini kepada almarhum kakaknya.     

"Terima kasih," kata Emmelyn dengan suara serak setelah ia selesai menangis untuk Killian. Mars mengeluarkan saputangan dari saku mantelnya dan dengan lembut menyeka air mata kekasihnya hingga kering sambil mendengarkannya.     

Emmelyn mengerucutkan bibirnya dan hampir menangis lagi. Ia merasa sangat tersentuh oleh semua cinta dan perhatian yang Mars tunjukkan kepadanya selama ini.     

"Kenapa kau berterima kasih kepadaku?" Mars bertanya padanya, ia tampak tidak mengerti sama sekali yang dimaksud Emmelyn.     

"Terima kasih telah melakukan ini untuk Killian dan memastikan ia dikuburkan dengan layak," kata Emmely dengan suara serak. Ia hampir kehilangan suaranya karena terlalu banyak menangis selama tiga hari terakhir.     

"Kakakmu adalah saudara iparku," jawab Mars. "Jadi, tentu saja, aku harus memperlakukannya dengan baik karena ia juga keluargaku. Tidak perlu berterima kasih kepadaku untuk semua ini. Yang kau lakukan itu seperti berterima kasih kepada matahari karena telah bersinar dan angin yang sudah bertiup. Itulah yang seharusnya mereka lakukan. Tentunya, matahari akan selalu bersinar dan angin akan terus berhembus."     

"Tapi aku tidak ingin menerimanya begitu saja... meskipun matahari akan bersinar terlepas apa pun yang terjadi, aku tetap ingin bersyukur untuk itu ..." Emmelyn berdiri lemah di depan suaminya dan menggandeng tangannya. "Aku mencintaimu dan aku berterima kasih atas semua yang kau lakukan untukku."     

Mars melihat tangan mereka yang saling bergandengan dan kemudian melihat wajah istrinya. Ia sangat senang karena Emmelyn adalah wanita baik yang tahu caranya menghargai orang lain.     

Dari awal, Mars memang tahu Emmelyn memiliki hati yang baik dari cara ia memperlakukan para pelayan dan orang lain yang berstatus di bawahnya. Mars tahu ia telah memilih dan menikahi wanita yang tepat.     

Emmelyn benar-benar ratu yang sempurna untuk Draec, ibu terbaik untuk anak-anaknya... dan tentu saja, pasangan hidup yang sempurna untuknya.     

Ia tidak sabar untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama Emmelyn.     

Tapi pertama-tama... ia harus menangani penyihir itu.     

"Kau... benar-benar manusia paling luar biasa yang pernah aku temui," kata Mars sambil tersenyum. "Aku selalu bersyukur bisa bertemu denganmu seumur hidupku dan menjadikanmu istriku."     

Ia mencium bibir istrinya dengan lembut dan kemudian menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Emmelyn merasakan rasa sakit dan kesedihannya benar-benar berkurang setengahnya ketika ia berbagi dengan suaminya.     

Emmelyn pun memeluknya kembali dan membenamkan kepalanya di dada Mars.     

Rasanya sangat hangat dan menyenangkan.     

***     

Emmelyn dan Mars beristirahat di kamar mereka dan menikmati teh bersama sambil menyaksikan pemandangan di luar jendela mereka. Hari yang panjang dan melelahkan, tapi setidaknya, mereka akhirnya bisa duduk bersama dan melepas lelah.     

"Ayo pergi ke kota besok. Kita bisa jalan-jalan di hutan dan menangkap kelinci lagi. Bagaimana menurutmu?" Mars tiba-tiba bertanya kepadanya.     

"Aku belum sempat membawamu berkeliling di beberapa tempat di sekitar sini. Sekarang karena aku cuti seminggu, apa ada tempat yang ingin kau kunjungi? Aku bisa menemanimu sepanjang hari."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.