Pangeran Yang Dikutuk

Membahas Rencana Pernikahan



Membahas Rencana Pernikahan

0Mars sangat gembira ketika mendengar balasan Emmelyn. "Oh... itu artinya kau bersedia untuk segera menikah denganku?"     

"Tentu saja, aku mau!" Emmelyn tersenyum lebar. "Aku pikir kau tidak akan pernah memintanya."     

"Oh, sayangku..." Mars merasa sangat bahagia hingga ia tidak bisa menahan air matanya. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya karena Mars dan air mata bukan dua hal yang bersahabat baik.     

Mars adalah seorang pria yang tangguh dan pejuang yang gagah di medan perang. Air mata bukan bagian dari hidup Mars selama ini. Namun hari ini pangeran merasa sangat emosional sehingga air mata keluar begitu saja dari matanya.     

Mars lalu memeluk Emmelyn dengan lebih erat lagi. Mereka hanya terdiam sambil menghangatkan satu sama lain tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.     

Emmelyn sendiri tertegun melihat pria tangguh di hadapannya kini meneteskan air mata hanya karena Emmelyn mengatakan ia bersedia menikah dengan pangeran.     

Mars langsung menyeka air matanya dan mencium Emmelyn sebagai simbol untuk kesepakatan yang baru saja mereka buat. Mereka berdua berciuman dengan mesra untuk beberapa saat dan keduanya tampak diliputi kebahagiaan yang luar biasa.     

"Terima kasih," ucap Mars dengan berbisik setelah ia mengakhiri ciuman mereka dan memeluk kekasihnya dengan erat. "Aku akan menggelar pernikahan yang megah untukmu karena kau pantas mendapatkannya. Tapi kau harus bersabar karena aku hanya bisa mewujudkannya setelah kita melalui ujian berat ini. Aku akan menemukan penyihir itu dan mengakhiri ini untuk selamanya."     

Emmelyn hanya tersenyum dan menundukkan kepalanya karena malu. Ia tahu pangeran akan menepati janjinya.     

Emmelyn sendiri tidak peduli akan pesta pernikahan yang mewah. Ia hanya ingin pangeran menjadi miliknya seorang. Hanya ia yang berhak atas pangeran.     

Tapi Emmelyn menolak untuk mengucapkan kata-kata itu dengan keras. Ia tidak ingin Mars menganggap dirinya terlalu kampungan.     

Astaga… ego Emmelyn terlalu tinggi. Dulu butuh waktu lama baginya untuk mengakui bahwa Emmelyn memiliki perasaan khusus terhadap pangeran.     

Butuh lebih lama lagi bagi Emmelyn untuk bisa dengan bebas mengungkapkan perasaannya kepada pria itu layaknya pasangan lain yang tengah dimabuk asmara.     

Sekarang Emmelyn sudah terbiasa mengucapkan 'Aku mencintaimu' berulang kali dan ia juga sudah menerima lamaran Mars. Bisa dibilang ini adalah kemajuan yang besar.     

Setelah euforia di dalam dada mereka mereda, Emmelyn kembali menyesap anggurnya sambil duduk di pangkuan Mars dan mereka terus membicarakan tentang rencana pernikahan rahasia itu.     

"Menurutku tempat yang paling sempurna untuk menggelar pernikahan kita adalah di Southberry," kata Mars kemudian. "Sepupuku Athos pasti bisa menjaga rahasia ini dan ia juga bisa menjadi saksi pernikahan kita. Aku lebih senang jika ada orang penting yang ikut serta dalam upacara pernikahan kita sehingga mereka nanti bisa bersaksi jika terjadi sesuatu."     

Emmelyn mengangguk paham. Sebelum ini, ia juga sudah banyak mendengar tentang sepupu Mars yang dimaksud.     

Mereka berdua terlihat cukup dekat. Sepertinya menikah di Southberry dengan sepupu Athos sebagai saksi adalah pilihan terbaik yang bisa mereka ambil saat ini.     

"Aku suka dengan idemu," kata Emmelyn sambil tersenyum. "Tapi aku rasa perjalanan ke Southberry di musim dingin akan sangat melelahkan, iya kan?"     

Mars setuju dengannya. "Bisa dibilang itu sisi negatif dari rencana ini. Untuk beberapa bulan mendatang aku tidak punya alasan yang masuk akal agar bisa pergi ke sana. Jika kita berdua memaksakan diri untuk pergi ke sana, orang-orang akan mulai curiga."     

"Bagaimana jika kita melakukan perjalanannya di musim semi saja?" tanya Emmelyn. "Aku kira kehamilanku masih belum terlihat jelas di musim semi ini."     

"Orang hebat memang sering sepemikiran," komentar Mars sambil tertawa kecil. "Alasan lainnya mengapa aku lebih memilih menunggu adalah karena kehamilanmu masih muda. Kita harus memastikan dirimu dan bayi kita sudah sehat dan kuat sebelum melakukan perjalanan ke mana pun."     

"Ahh... baiklah," Emmelyn tersentuh karena Mars memikirkan segalanya dengan begitu matang. Apalagi jika sudah menyangkut bayi mereka.     

Pangeran lalu menambahkan, "Aku juga berpikir akan lebih baik bagi kita untuk pergi ke Southberry setelah musim dingin berakhir. Aku bisa membuat alasan dengan mengatakan aku perlu menemui Athos untuk membahas tentang strategi invasi berikutnya. Kami biasanya pergi berperang pada pertengahan musim semi."     

"Oke, itu alasan yang bagus," Emmelyn mengangguk setuju.     

Namun wajah Emmelyn justru terlihat tidak senang. Ia tiba-tiba teringat bahwa tahun lalu Mars dan pasukannya menyerang Wintermere dalam usaha invasi mereka. Mirip dengan apa yang ingin pangeran rencanakan bersama Athos.     

Artinya, Mars akan segera membuat rencana invasi baru dan menyerang kerajaan lain. Memikirkan hal itu, Emmelyn tidak harus bereaksi seperti apa.     

Emmelyn sebenarnya benci ketika mengingat bahwa Mars punya kewajiban sebagai putra mahkota untuk melaksanakan penyerangan terhadap kerajaan lain.     

Gadis itu juga benci memikirkan bagaimana Mars akan meninggalkan dirinya sendirian saat sedang hamil tua nanti.     

Tapi Emmelyn tidak bisa berbuat apa pun. Ia tidak ingin Mars melihatnya sebagai istri yang selalu menuntut dan memerintah suaminya. Emmelyn juga tidak mau menjadi istri yang selalu memberi tahu apa yang Mars boleh dan tidak boleh lakukan.     

Emmelyn mencoba menghilangkan kekhawatirannya saat ini ketika memikirkan Mars akan segera berperang lagi. Namun, sangat sulit dilakukan.     

Mars langsung bisa melihat perubahan ekspresi pada raut wajah Emmelyn dan ia pun bisa menebak konflik batin apa yang tengah Emmelyn rasakan.     

Pria itu lalu menghela napas dan mencoba mencairkan suasana dengan mengusap punggung Emmelyn pelan.     

"Sayang, kunjunganku ke Southberry untuk membahas soal invasi hanyalah sebuah alasan belaka. Aku sebenarnya tengah membahas tentang pembatalan invasi mulai tahun depan dengan ayahku," jelas Mars kepada Emmelyn.     

Ia menambahkan, "Sejujurnya aku sangat lelah dengan semua peperangan ini. Aku tidak ingin pergi ke mana pun selain berada di sampingmu. Aku hanya ingin selalu menemanimu dan anak kita."     

Kata-kata Mars yang lembut terasa seperti udara segar yang menyejukkan hati Emmelyn. Gadis itu merasa seolah ditenangkan dengan perkataan sang pangeran. Ah… jadi Mars pun juga memikirkan hal itu?     

Emmelyn mengerucutkan bibirnya dan air mata mulai terbentuk di sudut matanya.     

Hanya inilah yang Emmelyn benar-benar inginkan. Tapi gadis itu tidak berani mengungkapkan apa pun karena takut Mars akan mengira dirinya sebagai wanita yang suka menuntut dan melanggar batas.     

"Iya… Aku juga ingin selalu berada di sisimu…" seru Emmelyn. Ia akhirnya tidak perlu lagi khawatir untuk menyampaikan apa yang sebenarnya ia inginkan. "Aku tidak punya siapa pun di kerajaan ini dan ditinggal sendirian saat hamil membuatku sangat takut."     

"Jika kau pergi berperang dan meninggalkanku dan anak kita di kastil ini, akan sangat berat bagiku. Tapi aku juga tidak mau memaksamu untuk tetap tinggal karena kau punya kewajiban terhadap kerajaan ini dan ayahmu dan— "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.