Pangeran Yang Dikutuk

Uring-Uringan **



Uring-Uringan **

0PERINGATAN:     

Di dalam bab ini ada adegan seksual yang eksplisit. Mohon pengertiannya agar yang di bawah umur, silakan mencari buku lain untuk dibaca. Buku ini hanya untuk orang dewasa. Terima kasih banyak.     

.     

.     

Mars menarik organ intimnya yang kini mengeras dari mulut Emmelyn dan mengacak-acak rambut gadis itu sebelum ia menurunkan wajahnya dan mencium kembali bibir Emmelyn.     

Mereka berciuman dengan penuh gairah sementara tangan mereka sibuk meraba-raba satu sama lain tanpa henti.     

Mars kemudian membawa Emmelyn ke tempat tidur mereka yang besar dan meletakkannya di kasur yang empuk. Saat Mars terus mencium Emmelyn, tangannya membelai payudaranya dan memainkan putingnya.     

Emmelyn mendesah panjang ketika Mars tiba-tiba melepaskan bibirnya dari ciuman mereka dan segera turun ke bagian intim Emmelyn. Mars pun tengah menikmati apa yang mereka sebut makan siang lebih awal.     

Rasanya sungguh nikmat!     

Saat Emmelyn menggigit bibirnya untuk menahan desahannya lagi, Mars telah memposisikan kejantanannya tepat di bagian vagina Emmelyn dan perlahan memasukinya.     

Pangeran lalu mulai menggerakkan pahanya masuk dan keluar. Mereka berdua terus saja menikmati setiap kenikmatan yang mereka rasakan setiap kali Mars memasuki Emmelyn dengan begitu dalam.     

Mereka bercinta untuk kedua kalinya hari itu dan menikmati satu sama lain di atas kasur yang empuk itu.     

Keduanya telah membuat kesepakatan yang tak diucap bahwa mereka akan menikmati seks kapan pun mereka menginginkannya sebelum mereka tidak dapat menikmatinya lagi.     

Begitu Emmelyn memasuki trimester kedua dan perutnya menjadi jauh lebih besar, mereka harus melakukannya dengan lebih hati-hati.     

Mereka masih akan bersenang-senang, tetapi akan ada begitu banyak larangan dan pencegahan yang harus mereka lakukan.     

Dan setelah Emmelyn melahirkan, mereka harus menahan diri untuk tidak berhubungan intim sampai ia benar-benar sembuh. Prosesnya bisa memakan waktu hingga dua bulan.     

Karena itu mereka ingin memanfaatkan waktu mereka sebaik-baiknya sekarang, sebelum keadaan menjadi sulit bagi mereka untuk berhubungan seks.     

"Ahh... Aku mencintaimu," bisik Mars ke telinganya saat mengakhiri hubungan percintaan mereka. Ia menggerakkan pahanya dengan lebih cepat selama beberapa menit sambil mencapai puncak dan kemudian melepaskan benihnya di dalam organ intim Emmelyn.     

Gadis itu pun hanya menjawab dengan desahan lembut dan senyum bahagia di wajahnya.     

Mereka berpelukan selama lima menit untuk menikmati perasaan bahagia sesudah mengalami kenikmatan lewat seks siang itu. Saat mereka membuka mata, mereka berciuman lagi dan saling menyeringai.     

"Uhmm… sekarang aku lapar dan ingin makan siang dengan makanan yang sesungguhnya," ucap Emmelyn sambil tertawa kecil.     

"Ahh… Aku juga lapar. Sebaiknya kita pergi ke ruang makan dan makan," Mars mengiyakan. Ia mencium kening Emmelyn lagi dan turun dari tempat tidur.     

Emmelyn mengikutinya. Mereka membersihkan diri dan berpakaian lalu keluar dari kamar mereka dengan senyum lebar di wajah masing-masing.     

Setelah makan siang, Mars harus menemui raja di istana kerajaan untuk membahas soal politik.     

***     

Emmelyn tidak melihat Mars sepanjang hari setelah makan siang. Mars sempat berpesan ia akan kembali tepat setelah ia bertemu raja untuk membahas urusan kerajaan. Namun, sampai waktu makan malam, Mars masih belum muncul juga.     

"Roshan, apakah Yang Mulia sudah kembali?" Emmelyn bertanya untuk yang kesembilan kalinya malam itu. Sang putri mondar-mandir di ruang makan dengan wajah yang tampak cemberut. Ia tidak terbiasa makan malam tanpa Mars.     

Ia sudah terbiasa dengan rutinitas mereka dan Emmelyn sangat menyukainya ketika mereka bisa menghabiskan waktu bersama saat makan malam.Terkurung di dalam ruangan seringkali membuatnya bosan.     

Emmelyn hanya bisa menahan kebosanan dengan menyibukkan dirinya dengan menjahit, atau berbicara dengan bayi mereka atau menunggu Mars pulang.     

Ia selalu menantikan waktu makan siang dan makan malam karena dengan begitu ia bisa bertemu dan berbicara dengan Mars tentang apa pun. Waktu makan malam menjadi waktu yang paling menyenangkan bagi Emmelyn saat ini.     

Dan mereka selalu melakukannya setiap hari selama tiga bulan terakhir. Hari ini, adalah hari pertama Mars menghilang dari ruang makan mereka dan Emmelyn merasa sangat kesal.     

Emmelyn tidak pernah menyangka jika makan sendirian tanpa Mars akan membuatnya begitu frustasi seperti ini.     

"Astaga... ada apa denganku? Sebelum aku datang ke sini, aku sering bepergian dan makan sendirian dan semuanya baik-baik saja," tegur Emmelyn kepada dirinya sendiri. "Tapi kenapa aku begitu bergantung dan manja sekarang? Mars pasti sangat sibuk sehingga ia tidak bisa pulang tepat waktu untuk makan malam."     

"Tapi... tapi... jika ia benar-benar sibuk, ia bisa saja mengirim seseorang untuk memberi tahuku. Mengapa ia harus membiarkanku menunggu seperti ini..." gumam Emmelyn kepada dirinya sendiri. "Apa ia tidak tahu aku benci menunggu???"     

"Tunggu... bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk kepadanya? Bagaimana jika ia terluka ... atau..." Emmelyn dengan cepat melambai dan memanggil Roshan untuk datang kepadanya. "Bisakah kau mengirim seseorang ke istana kerajaan dan memeriksa apakah putra mahkota masih di sana dan apakah ia baik-baik saja?"     

Roshan yang sedari tadi memperhatikan sang putri mondar-mandir dan berbicara sendiri mencoba menahan batuknya dan membungkuk. "Baiklah, Yang Mulia."     

Kepala pelayan itu lalu segera meninggalkan ruang makan dan pergi menemui kepala penjaga kastil. Ia memberi tahu penjaga kastil itu mengenai permintaan Emmelyn untuk mengirim seorang prajurit ke istana untuk memeriksa pangeran.     

Kedua pria itu cemburu melihat Emmelyn cemas hanya karena pangeran belum kembali untuk makan malam. Mereka bisa melihat betapa sang putri sangat peduli dengan putra mahkota.     

Sebenarnya mereka tidak merasa aneh jika pangeran pulang terlambat. Putra mahkota mungkin harus tinggal di istana untuk mengurus beberapa urusan kerajaan atau bisa saja raja meminta pangeran untuk melakukan pekerjaan yang mendadak.     

Sebelum Emmelyn tinggal di kastil ini, putra mahkota tidak pernah ada di rumah. Ia akan selalu sibuk dengan pasukannya di lapangan atau melakukan pekerjaan di istana kerajaan. Pangeran selalu pulang larut malam dan tidak ada satu orang pun yang akan mempertanyakan kenapa ia belum pulang.     

Para penjaga dan pelayan mulai menyadari pangeran selalu pulang tepat saat makan siang atau makan malam selama tiga bulan terakhir. Dan kemungkinan besar ia melakukannya demi sang putri.     

Tapi wajar saja jika pangeran sibuk dan terkadang tidak bisa pulang tepat waktu untuk makan malam bersama putri.     

Namun sang putri tampaknya tidak berpikiran demikian. Ia bersikeras untuk mencari tahu apa yang terjadi pada pangeran hingga tidak pulang sampai larut malam.     

"Jerome sudah mengirim seorang prajurit ke istana kerajaan untuk memeriksa keadaan Yang Mulia," lapor Roshan kepada Emmelyn setelah ia selesai melakukan tugasnya. "Sekarang sudah larut, Yang Mulia. Mungkin sebaiknya Anda mulai makan malam? Yang Mulia akan sangat sedih jika ia sampai tahu Anda tidak mau makan karena menunggu beliau."     

Emmelyn memandangi piring di atas meja dan air matanya mulai menetes. Ia benci makan sendirian. Kenapa Mars begitu tega melakukan ini kepadanya?     

"Tolong, Yang Mulia... pikirkan tentang si kecil yang ada di perut Yang Mulia. Anda harus makan untuk dua orang sekarang," Roshan mencoba membujuk wanita itu dengan suara lembut.     

Emmelyn akhirnya mengalah. Ia tahu apa yang dikatakan kepala pelayan itu benar. Ia tidak boleh egois. Emmelyn akhirnya duduk dan mulai mengambil makanan dan menaruhnya di atas piringnya.     

Emmelyn tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi kepadanya. Kenapa ia menangisi masalah sepele seperti ini?     

Ia sebenarnya yakin Mars pasti punya urusan mendesak yang harus ia selesaikan di istana kerajaan dan karena itu pangeran tidak bisa pulang tepat waktu seperti biasanya.     

Dan Emmelyn seharusnya tidak menangis seperti ini kan?     

Tapi gadis itu tidak bisa menahannya lagi. Air matanya terus mengalir di pipinya saat ia mengambil sedikit daging dan mengunyahnya.     

Roshan yang berdiri di sudut ruangan hanya bisa mengamati sang putri sambil memijat keningnya.     

Roshan menduga wanita itu mengalami gangguan emosional yang cukup parah karena hormon kehamilannya. Sang putri terlihat sangat sedih hingga ia terus menangis sambil makan pada saat bersamaan.     

"Ini ramuan yang Dokter Vitas berikan, Yang Mulia," Roshan lalu mendekat dengan membawa semangkuk ramuan dari Tuan Vitas setelah ia melihat Emmelyn selesai makan. "Tolong jangan lupa minum ramuannya. Ini sangat penting untuk kesehatan Anda. Pangeran meminta saya untuk mengingatkan Yang Mulia."     

Emmelyn mengerucutkan bibirnya, tapi ia tetap mengambil mangkuk itu. Setelah meminum semua ramuannya, ia bangkit dari kursinya dan memeriksa pintu.     

"Ada kabar dari prajurit yang kau perintah tadi?" tanya Emmelyn kepada Roshan. Kepala pelayan dengan cepat mendatanginya dan membungkuk lagi.     

"Iya, Yang Mulia, prajurit itu baru saja kembali. Katanya pangeran akan segera pulang."     

"Jadi, ia baik-baik saja?" Emmelyn bertanya lagi.     

"Betul, Yang Mulia. Pangeran tidak apa-apa. Ia hanya perlu melakukan urusan mendadak dengan segera," jelas Roshan.     

"Kenapa ia tidak mengatakan apa pun kepadaku?" Emmelyn menendang lantai dengan kakinya. "Ia bisa saja mengirim seseorang untuk memberi tahuku kan?!"     

Astaga! Emmelyn kini merasa sangat kesal dan marah.     

Peristiwa malam ini membuat pikiran Emmelyn jadi kacau. Ia benci dengan apa yang ia rasakan saat ini. Ia tidak ingin marah kepada Mars, tapi Emmelyn tidak bisa menahan emosinya dan tetap ingin marah kepada pria itu.     

"Ia bisa saja mengirim seseorang jadi aku tidak perlu menunggunya," gumam Emmelyn, ia masih terdengar sangat kecewa.     

"Prajurit itu mengatakan bahwa pangeran akan segera pulang. Saya rasa, Yang Mulia hanya perlu menunggu sebentar lagi," kata Roshan dengan hormat.     

Emmelyn menggeleng. Kekecewaan tertulis dengan jelas di seluruh wajahnya.     

"Tidak, aku tidak akan menunggunya lebih lama lagi. Aku akan tidur sekarang," kata Emmelyn dengan kesal.     

Sang putri berjalan dengan anggun menuju kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.     

Roshan hanya bisa menghela napas panjang. Ia merasa kasihan melihat Emmelyn yang uring-uringan karena Mars tidak juga pulang.     

"Oh, Yang Mulia, saya harap Anda segera kembali. Sang putri merasa sangat sedih…" Roshan bergumam kepada dirinya sendiri seperti ia sedang berdoa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.